Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud itu berbicara. “Terima kasih atas pujiannya. Perlu diketahui bahwa dulunya aku tidak cantik. Sebelum menjadi seperti sekarang ini, aku hanyalah seonggok tanah liat yang kotor dan tidak berguna.
Suatu hari ada seorang pria dengan tangan yang kekar mengambil dan melemparkan aku ke sebuah roda putar. Kemudian ia mulai memutar-mutarnya hingga aku terasa pusing. ‘Stop! Stop!’ teriakku, tetapi pria itu manjawab, ‘Belum!’
Lalu ia mulai memukulku berulang-ulang. ‘Stop! Stop!’ teriakku lagi, tetapi pria itu masih saja terus memukul, tanpa menghiraukan teriakanku.
Yang lebih buruk lagi, ia memasukkan aku ke dalam perapian. ‘Panas! Panas!’ teriakku dengan keras, tetapi pria itu hanya berkata, ‘Sabar!’ akhirnya, ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku hingga dingin. Kupikir selesailah penderitaanku, ternyata belum.
Setelah dingin ia menyerahkan aku kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnaiku, kulitku terasa perih. ‘Stop! Stop!’ teriakku, tetapi wanita itu berkata, ‘Belum!’ tidak berapa lama kemudian wanita itu menyerahkan aku kepada pria tadi dan ia kembali memasukkan aku ke perapian yang lebih panas dari yang sebelumnya! ‘Tolong, hentikan penyiksaan ini,’ teriakku sekuat-kuatnya, tetapi pria itu tetap tidak perduli, ia terus saja membakarku. Setelah itu ia membiarkan aku dingin.
Kemudian seorang wanita cantik menempatkan aku di dekat kaca, aku melihat diriku dan aku sangat terkejut, hampir-hampir aku tidak percaya, karena aku telah menjadi sebuah cangkir yang cantik
Inilah cara yang dipakai Tuhan untuk mengubah karakter kita yang jelek, supaya berubah menjadi pribadi yang indah di mata-Nya, yang memancarkan kemuliaan-Nya.
(Sumber: Warta KPI TL No. 61/V/2009 » Cangkir yang cantik, Mansor Agustus 2003 No. 65 Tahun VI).