Pages

Jumat, 30 September 2016

Sepuluh perintah Allah bagi orang Kristen masa kini

Dewasa ini banyak orang bertanya: “Masih perlukah Sepuluh Perintah Allah?”

Di masa kini, anak-anak kurang ditekankan masalah hukum Allah ini. Karena banyak orang tua yang berpandangan negatif dengan kata “jangan”. Jadi, tanpa sadar mereka sering mendorong anak-anaknya mencari nilai-nilai kristiani di luar Sepuluh Perintah Allah. 


Dapatkah kita menganggap bahwa perintah tersebut hanya berlaku untuk orang-orang yang hidup pada dunia Perjanjian Lama dan tidak sesuai dengan umat Perjanjian Baru? Tentunya tidak! Perintah itu tetap merupakan bagian dari Sabda Allah bagi umat-Nya. 

Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17)

Sepuluh Perintah Allah ini menyangkut soal-soal moral di dalam kehidupan manusia, agar dalam perjalanan hidup ini terbebas dari kebodohan dan nafsu

Tetapi Sepuluh Perintah Allah ini tidak dapat diartikan sebagai suatu bentuk hukum moral saja, kita perlu membukanya untuk menemukan nilai abadinya di dalam terang wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, kemudian ... menetapkannya dengan persoalan moral dan tantangan pada masa kini

Jika kita merasakan bahwa tuntutan untuk melaksanakan hukum Allah (baik yang lama maupun baru) merupakan suatu keterpaksaan, beban yang diletakkan kepada kita oleh Tuhan, maka kita tidak bisa menangkap makna hukum Tuhan.

Perbedaan antara Sepuluh Perintah Allah pada masa Musa dan bangsanya dengan Sepuluh Perintah Allah pada masa kini terletak pada perbedaan iman

Untuk menjadi seorang Kirsten, faktor yang paling mendasar adalah keputusan pribadi atas iman kepada Yesus Kristus yang bangkit dari alam maut. Iman seperti itu, yang merupakan perwujudan kasih, menjadi dasar moralitas Kristen. Tanpa pengalaman iman yang mendalam akan Kristus yang bangkit, kita merasa tidak perlu lagi mendalami Sepuluh Perintah Allah.

Sepuluh Perintah Allah (Kel 20:1-17) pertama-tama berkaitan dengan perilaku manusia. Jika seseorang mematuhi perintah Allah, memilih Allah, kehidupan, mengasihi, keadilan dan kebenaran, maka sikap hatinya akan diperbarui (Yer 31:33). Tanpa pembaruan hati, agama adalah sia-sia.

Perintah yang pertama: “Akulah Tuhan, Allahmu, janganlah menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.”

ML (Masa Lalu): Bangsa-bangsa pada masa lalu menyembah dewa (matahari, bulan, bintang, laut, api, patung batu/kayu dll – allah-allah lain). Allah mengikat perjanjian dengan bangsa Israel agar bangsa Israel hanya menyembah Allah saja.

MK (Masa Kini): Seringkali dengan mudah kita menciptakan allah yang lain bagi diri kita sendiri. Kita sungguh-sungguh memujanya, biarpun kita tidak pernah berdoa di hadapannya atau sekedar menghormatinya dengan membakar lilin. 

Sesuatuyang kita mutlakkan tersebut mungkin berupa kemalasan untuk berdoa, mode pakaian, mode ponsel, permainan, pertunjukan, suatu gerakan, aturan hidup, adat istiadat, partai politik, jabatan, harta kekayaan, dan berbagai macam hal lain.

Bukankah dalam mengejar nilai-nilai tersebut, kita juga seringkali menempuh cara-cara yang jauh dari jalan Tuhan? Juga sering menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan yang kita dewakan? Bukankah korupsi, dalam berbagai bentuknya, juga merupakan cara-cara yang seringkali ditempuh untuk memenuhi cita-cita kita?

Ketika Allah tidak sungguh-sungguh menjadi satu-satunya pedoman kita secara mutlak ... maka kita akan merasa tidak aman dan takut karena “kepastian” yang kita miliki akan hilang, Sehingga tanpa sadar kita beralih ke dunia maya dengan cara pergi ke peramal nasib, mencari perlindungan kepada setan dll.

Perintah yang kedua: “Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.”

ML: Bagi orang Israel, menyebut nama Allah dengan cara apa pun menjadi tindakan keagamaan. Menyebut nama Allah sama dengan memanggil Allah agar Dia hadir dan tinggal di antara mereka. Umat perjanjian Israel sangat menghormati Allah sehingga mereka pun segan untuk menyebut nama Allah. Karena di dalam kepercayaan Perjanjian Lama, ada suatu hubungan yang erat antara nama dan orang yang mempunyai nama tersebut. 

MK: Sebagai umat Perjanjian Baru, Yesus telah memberi teladan pada kita untuk menyapa Allah sebagaiBapa”. Dan Dia juga telah mengajarkan pada kita untuk bertutur kata yang baik dan benar.

Jadi, berbicaralah seperti seharusnya orang Kristen berbicara.

* Berbicara secara pantas

Selalu berbicara jujur, sederhana, jelas dan tidak berbelit-belit (Mat 5:37Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat).

* Berbicara ketika kita berjanji

Berjanji berarti memberikan kebenaran dari apa yang kita katakan seperti suatu ibadat kepada Allah Sang Kebenaran.

* Berbicara di dalam hidup sehari-hari

Kita tidak dapat menerima Allah sebagai Bapa kita tanpa menerima sesama kita sebagai saudara dan saudari kita.

Orang Kristen yang sejati mempunyai sikap hormat yang mendalam kepada Allah, sesama manusia, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Sikap hormat tersebut harus nampak di dalam tutur kata kita. Jadi, kita harus berbicara ramah dan sopan kepada siapa pun juga. 

Banyak masalah kehidupan dapat diselesaikan secara mudah bila orang sungguh-sungguh mau saling mendengarkan satu sama lain, bila orang sungguh-sungguh mencoba menangkap dan mengerti apa yang dikatakan orang lain.

Perintah yang ketiga: “Kuduskanlah Hari Tuhan.”

ML: Perintah ini sangatlah bersifat Yahudi. Hari Sabat dikhususkan bagi Allah yang beristirahat pada hari ketujuh, setelah Ia menyelesaikan penciptaan dunia selama enam hari. Berkaitan dengan hal itu, hari ketujuh – hari terakhir di dalam seminggu – harus selalu dikuduskan. Beristirahat adalah cara untuk memuliakan Tuhan.

MK: Jika kita melepaskan konteks Yahudi dari perintah ketiga dan menangkap makna terdalamnya, kita mungkin dapat mengungkapkannya dalam bentuk: di dalam ritme alamiah kehidupan, seseorang haruslah memasukkan saat kudus, hari yang dikuduskan, yang akan mewarnai seluruh hidupnya sepanjang hari dan menjadi ibadat kepada Allah.

Hari istimewa bagi orang Kristen bukanlah hari Sabat, tetapi hari Minggu, atau lebih tepat, hari Tuhan. Hari Minggu bukanlah hari terakhir dalam satu pekan melainkan hari pertama. Apa yang diperingati bukanlah hari istirahat bagi Allah tetapi kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.

Secara historis, hukum tentang larangan bekerja pada hari Minggu mungkin lebih merupakan sisa-sisa pengaruh Sabat daripada perayaan akan hari Tuhan.

Bagi kita, hari Minggu adalah hari yang kudus, di dalam bahasa Ibrani berarti berbeda. Artinya: hari Minggu menjadi milik Allah.

Sebaiknya hari Minggu menjadi hari istirahat. Biarpun hari istirahat, tidaklah berarti kita harus berhenti sama sekali dari seluruh kegiatan. Istirahat, hiburan yang dilakukan hendaknya tidak merusak suasana hari Tuhan (Kan. 1246 art. 1 dan 1247).

Pada hari Minggu, kita tidak hanya merayakan masa lalu tetapi juga merayakan masa kini. Kasih Allah dan pengampunan serta bantuan-Nya tersedia bagi kita melalui Yesus Kristus yang bangkit dari mati. Pusat ibadat hari Minggu adalah Ekaristi, saat kita berkumpul merayakan kebangkitan Kristus

Perintah yang keempat: “Hormatilah ibu-bapamu.”

ML: Bila kita berbicara tentang keluarga, kita sedang berbicara tentang masyarakat secara umum. Meskipun kehidupan keluarga mengalami perubahan bentuk, keluarga tetap merupakan dasar masyarakat.

Nilai dasar dari perintah ini adalah: terimalah dan hormatilah sesama di dalam kehidupan kita. Karena Allah telah menciptakan kita agar kita hidup di dalam kebersamaan dengan orang lain

Bagi orang Israel, masyarakat tersebut adalah orang Israel, bangsa dan keluarga mereka. Orang Israel tidak mempunyai pengalaman sebagai suatu negara, sebagaimana yang kita kenal sekarang, atau kehidupan sebagai suatu keluarga yang terdiri dari ayah-ibu dan anak.

Keluarga dekat orang Israel adalah menggabungkan diri ke dalam kehidupan keluarga-keluarga yang lain dan ke kehidupan suku tertentu. Perjanjian, yang mengikat seorang pribadi dengan sukunya, adalah penerimaan bentuk kehidupan sosial yang tetap sebagai bangsa nomaden.

MK: Sekilas perintah ini sangatlah terbatas cakupannya. Oleh karena itu, kita perlu menggali lebih dalam lagi keseluruhan perintah Allah tersebut untuk menemukan arti yang lebih mendalam yang juga dimaksudkan bagi kita semua.

Bagi kita orang Kristen, perintah ini untuk menguduskan semua hubungan kita satu sama lain, seperti antara orang tua dengan anak-anak, majikan dengan pekerja, aparat pemerintah dengan warga negara, pastor paroki dengan umat paroki dll. Kita semua adalah bagian dari umat Allah, komunitas orang-orang percaya yang disatukan oleh Roh Allah

Relasi Kristiani pertama-tama adalah bahwa kita disatukan oleh Roh Allah, yang bekerja di antara kita dengan cara yang berbeda. Jadi, kewajiban kita yang utama adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh melalui sesama kita.

Perintah yang kelima: “Jangan membunuh.” 

ML: Perintah ini sangat tegas, langsung dan lugas. 

Sesungguhnya, secara total Allah memihak kehidupan. Maka, kita tidak akan pernah menjadi anak-anak Allah bila kita tidak memihak kehidupan, setiap pribadi di dunia ini.

MK: Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk memahami kehidupan seperti cara Yesus memahaminya. Perintah ini adalah suatu ajakan yang positif “hargailah kehidupan tanpa terkecuali!”

Di dalam kehidupan kita, ada banyakpembunuhan yang tidak pernah kita pikirkan

* Dewasa ini, beberapa orang sangat peka pada nilai kehidupan. Misalnya: menolak perang, menolak hukuman mati dll. Sayangnya, ada bentuk-bentuk lain pembunuhan yang makin diterima banyak orang. Misalnya: aborsi (pengguguran kandungan ~ menghilangkan kehidupan yang telah dipercayakan kepada seorang ibu).

* Perbuatan manusia mencakup juga perkataan manusia. Misalnya: Aku tidak suka hidup bersamamu; Kamu menghalang-halangiku – enyahlah dari hadapanku; Aku tidak ingin kamu menjadi tetanggaku; Aku tidak menginginkan kamu di rumah; Aku tidak ingin bersamamu, enyahlah dari hadapanku”

Makna dari semuanya itu “Kamu harus menyesuaikan diri dengan kehidupanku, kamu harus memenuhi kebutuhanku. Aku tidak peduli apa pun tentang dirimu dan kehidupanmu. Siapa kamu, bagaimana kamu bertumbuh, apa yang kamu pikirkan atau katakan, semuanya itu tidak berarti bagiku. Aku ingin hidup tanpa dirimu.

* Dalam kehidupan dan pertumbuhan, kita dapat dilukai dengan berbagai cara. Seorang anak dilukai secara kejam oleh anak yang lain. Seorang anak remaja merasa kurang diperhatikan dan dicintai karena dicemoohkan oleh temannya. Inisiatif dan kegembiraan yang sangat penting di dalam pertumbuhan seorang karyawan yunior dihancurkan oleh rekan seniornya di tempat kerja.

Banyak orang membawa luka yang ditorehkan oleh orang lain. Kita hidup bersama orang lain dan “tidak ada orang yang hidup sendirian”. 

Sepanjang hidup kita, kita adalah pembangun atau penghancur

Sikap kita terhadap kehidupan menampakkan masa lalu kita yang telah membentuk diri kita sekarang ini

Banyak orang yang peduli dengan kehidupan, tetapi hanya kehidupan mereka sendiri, suatu kehidupan yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri (selalu berusaha memaksakan kehendaknya agar segala sesuatu sesuai dengan harapan mereka. Akhirnya... untuk menyelesaikan persoalan, muncullan tanda kelemahan berupa kekerasan fisik, baik di dalam masyarakat maupun di dalam rumah. Jadi, kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, tanda bahwa mereka tidak mempunyai Roh Allah yang menjiwai hidup mereka.

Seseorang yang “membunuhdengan kemarahan atau senjata adalah orang yang sudah tidak mau membawa kehidupan kepada orang lain. Orang yang demikian adalah seorang pribadi yang gagal.

Perintah yang keenam: “Jangan berzinah.”

ML: Perintah ini sederhana dan lugas, perintah ini harus dibaca dengan latar belakang Perjanjian Lama. Pada dasarnya, seksualitas adalah baik karena dapat menjadikan pria dan perempuan menjadi lebih sesuai dengan kehendak Allah, tidak sendirian dan terkucilkan tetapi dalam kebersamaan yang kreatif.

Bagi orang Israel, keluarga dan kehidupannya merupakan bagian perjanjian. Mereka saling menghormati sesama, termasuk menghormati ikatan kekeluargaan.

Jadi, tindakan jahat yang harus dihindari adalah menghancurkan kesatuan sebuah keluarga, menyerang rumah tangga orang lain. Bagi mereka, perintah ini lebih memiliki arti sosial daripada arti seksual

MK:. Bagi kita orang Kristen, hubungan seksual antara pria dan perempuan merupakan bagian dari Kerajaan Allah. Kehidupan seksual pria dan perempuan tidak berada di luar pertumbuhan hubungan kita dengan Allah dan sesama sebagai orang Kristen. 

Seks itu tidaklah jelek; seks itu indah. Kenikmatan seksual merupakan suatu keindahan.

Akan tetapi, mencari kenikmatan seksual tanpa cinta yang dikuduskan dan tanggung jawab bagaikan membuka bibir tanpa mengeluarkan suara. Suatu perbuatan tanpa perasaan.

Secara moral, seksualitas tidak ditentukan oleh nilai biologis; seksual telah ditebus dan merupakan cinta yang kreatif, suatu cinta yang menyembuhkan, mengembangkan dan mencipta.

Jika seksualitas harus dikuduskan dan ditebus, maka tidak seharusnya disalahgunakan. Jadi, orang Kristen seharusnya memiliki kesetiaan yang penuh terhadap seks di dalam perkawinan.

Perintah yang ketujuh: “Jangan mencuri.”

ML: Perintah ini merupakan ungkapan yang sangat jelas akan keadilan, yang bertujuan menegakkan perjanjian; tidak melakukan perbuatan yang merugikan saudara-saudari dengan mengambil barang milik mereka. Secara singkat isinya adalah masalah eksploitasi – eksploitasi terhadap saudara, mereka yang lemah dan tak berdaya, mereka yang bergantung kepada kita

MK: Pemahaman kita akan keadilan seringkali sangat sempit dan dangkal. Hampir secara khusus berkisar pada kepemilikan harta dan bagaimana kepemilikan tersebut dicuri atau dirusakkan secara tidak adil. Pemahaman kita tidak menyangkut kebutuhan; bukan pula bagian dari persaudaraan. 

Kedatangan Yesus ke dalam sejarah umat manusia memperdalam dimensi keadilan. Berdasarkan Mat 25:31-46, keadilan akan ditegakkan pada saat penghakiman terakhir. Jadi, tugas utama orang Kristen adalah membangun persaudaraan di dalam lingkungan hidupnya, sesuai dengan doa Yesus (Yoh 17:21). 

Perintah yang kedelapan: “Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.”

ML: Orang Israel adalah suatu bangsa yang dibentuk oleh suatu perjanjian. Perjanjian mengarahkan mereka untuk memperhatikan satu sama lain seperti juga mengarahkan mereka kepada Allah. Perjanjian secara mendalam mempengaruhi mereka untuk mengakui bahwa Allah adalah sumber kebenaran.

MK: Banyak orang sangat hebat dalam berbicara tentang kebenaran pada setiap kesempatan dan tempat, tapi tanpa kasih.

Bagi mereka, kebenaran merupakan suatu tongkat untuk memukul orang lain, bukan sesuatu yang seharusnya membangun relasi.

Sementara yang lain merasa demikian “mengasihi” sehingga mereka tidak pernah menegur orang lain dengan kebenaran supaya hubungan tetap terjaga.

Jika seseorang ingin dapat bertumbuh dan berkembang dalam kebenaran harus bebas dari dosa.

Akibat dari dosa, di hatinya selalu diliputi ketidak percayaan/berprasangka buruk terhadap sesama. Hal ini terjadi karena dia melihat orang lain dan berbagai kejadian menurut pandangan yang telah terbentuk dan tertanam di dalam dirinya.

Akhirnya ... dia memiliki kecenderungan untuk melindungi ketidakamanannya dengan memalsukan fakta/berbohong.

Di balik setiap luka batin terdapat kebohongan, penyimpangan, dan prasangka. Luka batin demikian hanya dapat disembuhkan oleh kebenaran

Jika seseorang tidak mau menerima kebenaran tentang dirinya sendiri, ia menjadi tertutup terhadap rahmat Allah. Jadi, kita harus berbicara kebenaran dalam kasih, yaitu: tulus, dapat diandalkan, jujur, dan dapat dipercaya. 

Perintah yang kesembilan: “Jangan mengingini istri sesamamu.”

Perintah yang kesepuluh: “Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.”

Kedua perintah di atas tidak mengatur tindakan semata-mata, tetapi keduanya berbicara tentangkeirihatian”.

Iri hati adalah tanda tak mampu, menginginkan sesuatu tetapi tidak bisa kita punyai.

Jadi, kedua perintah terakhir ini berbicara tentang sikap dan keinginan. Hal ini diatur oleh hati, bagian terdalam dari diri sesorang.

Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku. Kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 18:37; 8:32)

(Sumber: Warta KPI TL No. 72/IV/2010 » Sepuluh Perintah Allah bagi Orang Kristen Masa Kini, Finban Connolly, CSsR dan Peter Burns, CSsR).




Menjadi kekasih Tuhan dan kekasih suami



Setiap wanita mempunyai panggilannya masing-masing. Ada yang diberi kemampuan untuk mengurus keluarga, ada pula yang dipanggil untuk berbuat lebih banyak bagi gereja dan masyarakat. 

Apa pun jabatannya di tengah masyarakat, panggilan yang paling mendasar adalah menjadi ibu dan istri, peran ini tidak dapat digantikan oleh siapapun. Kehadiran para ibu umumnya tersembunyi dari publik, tidak menonjol namun mempunyai peran vital bagi keluarganya. 


Seorang ibu dalam keluarga ibarat jantung bagi tubuh. Ibu juga memompakan kehidupan, spirit, harapan kepada anggota keluarganya



Oleh karena itu menjadi ibu sebenarnya suatu anugerah yang sangat mulia melebihi karier puncak manapun. Wanita yang melakukan segalanya karena cinta mengetahui tujuan dari semua pekerjaannya bukan semata-mata untuk mendapat pujian keluarga tetapi terlebih untuk menyenangkan hati Tuhan (1 Kor 10:31). 



Meskipun dianggap remeh di mata orang lain (tidak mempunyai karier, tidak mempunyai penghasilan sendiri, kerjanya hanya mengurus rumah tangga, menemani anak belajar, mengantar dan menjemput anak sekolah/kegiatan lainnya), ia dapat menjadi kudus dihadapan Tuhan melalui peranannya

Jika kegiatan sosial dijalani dengan benar (mengunjungi teman yang sakit, mendampingi sahabat yang sedang bermasalah atau kegiatan lain yang berguna bagi orang lain), maka seorang wanita semakin luas hatinya untuk mengasihi suami dan anak-anaknya.

Terlalu repot dengan penampilan luar membuat orang tidak punya waktu mengasah rohani, memperdalam pengetahuan dan mengolah kepribadian. 

Jadi, wanita yang cantik dan menarik, inner beauty akan terpancar keluar, jika ia memperhatikan kecantikan fisik secara fajar, menambah wawasan intelektualnya, mengolah kepribadian (perasaan, cara berpikir, bersikap, berkehendak dan perbuatan seseorang), kematangan psikis dan perkembangan rohaninya secara seimbang 

Wanita yang mengembangkan intelektualnya akan tampak dalam tutur kata, sorot mata dan prilakunya. Intelektual bukan semata-mata wanita yang unggul dalam ilmu pengetahuan tetapi juga wanita yang dapat menerapkannya dalam kehidupan demi kebaikan diri, keluarga dan orang lain. 

Kecerdasan seorang wanita terletak pada kemampuan dia untuk melakukan yang terbaik bagi keluarganya dan orang lain dalam situasi yang dihadapinya.

Wanita yang menarik secara intelektual adalah wanita yang perkataan dan tindakannya berjalan seiring; terbukti mampu menerapkan ilmunya dalam pelbagai situasi hidup dan terbukti efektif membawa hasil yang diharapkan bagi kemajuan diri, keluarga dan masyarakat sekitar. 

Syaratnya: pandai (dapat terlihat dari cara berpikirnya; biasanya dapat mengutarakan pikiran dan pendapatnya dengan lugas dan jelas), berwawasan luas (dapat melihat sesuatu hal dari banyak sudut pandang alias tidak picik), realistis (umumnya obyektif, rasional dan terbuka pada perubahan), bijaksana (mampu berpikir, merasa, menimbang dan memutuskan dengan tepat).

Manusia batiniah berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram, yang sangat berharga di mata Allah (1 Ptr 3:4).

Mengasihi adalah keputusan, berkaitan dengan kehendak. Kehendak diperkuat dengan latihan dan komitmen

Kasih itu menghidupkan, menumbuhkan dan membahagiakan. Kasih tidak berdiri sendiri melainkan mendasari dan mewarnai segala pikiran, ucapan, tindakan, sikap dan pilihan-pilihan kita serta seluruh aktivitas kita. 

Orang yang hatinya dikobarkan oleh api cinta Allah sendirilah yang dapat juga mengobarkan kasih, menghangatkan orang lain disekitarnya (Yoh 2:17; Mzm 69:10). 

Mereka “hadir” dengan memberi perhatian, hati, cinta, waktu, pemikiran dan tenaga. Orang yang berhati luaslah yang dapat menampung segala permasalahan dan kegetiran orang lain dan memberi tempat berteduh bagi orang yang berbeban berat dan berlelah hati sehingga orang dapat merasa diterima apa adanya

Kasih haruslah menjadi nafas dari kehidupan seorang murid Kristus (Yoh 13:35). Berhenti mengasihi berarti berhenti menjadi murid Yesus. Semua orang hanya membutuhkan sedikit kasih dan perhatian untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik.

Kasih tidak sama dengan perasaan. Kasih itu bukanlah perasaan tapi tindakan dan suatu komitmen untuk tetap mengasihi sampai akhir. 

Cinta yang sebenarnya adalah tindakan berdasarkan cinta meskipun kita tidak merasa mencintai. Cinta adalah sebuah tindakan positif yang tidak ditentukan oleh perasaan melainkan oleh kehendak; tekad untuk mengembangkan diri dengan tujuan memelihara pertumbuhan rohani sendiri atau rohani orang lain. Jatuh cinta bukanlah perluasan diri tapi keadaan dimana dinding ego kita runtuh sementara (M. Scott Peck, MD).

Kasih bukanlah ucapan bibir. Kasih tidak cukup diucapkan walaupun dengan perkataan indah (Yak 2:15-16; 1 Kor 13:1; Mat 23:14).

Kasih bukanlah pengetahuan atau pikiran saleh. Banyak membaca Kitab Suci, mendengarkan lagu rohani, berdoa, ke gereja seringkali membuat kita merasa sudah hidup saleh. Kasih bukanlah menemukan kesalahan dalam diri orang lain (Luk 18:10-12; 1 Kor 13:7; Yoh 8:3-11). 

Kita berpikir diri kita sudah baik sehingga tidak memerlukan lagi pertobatan, tidak butuh kritik dan pendapat orang lain. Jika kita merasa diri sudah baik, sulit bagi kita untuk berubah dan bertumbuh dalam kebajikan.

Kasih bukanlah tindakan saleh. Peraturan yang sangat rinci dipenuhi tetapi apa yang mendasar yaitu kasih kepada manusia diabaikan (Mat 23:23keadilan, belas kasihan dan kesetiaan). Kasih tidak cukup berupa ibadah dan pelayanan kita di gereja.

Kasih adalah pengorbanan. Kasih itu adalah tindakan nyata bagi orang yang paling lemah, menderita dan tersingkir (Mat 25:35-36). Ketulusan itu perlu terus-menerus dimurnikan sehingga kita bukan melakukannya untuk mendapatkan pujian.

Sekalipun … jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna (1 Kor 13:1-2)

Banyak persoalan keretakan rumah tangga berawal dari pertengkaran yang meledak-ledak dan persoalan yang tak terselesaikan. Hal ini terjadi karena suami istri tidak mempunyai waktu berdua untuk menyelesaikan setiap ganjalan dalam hubungan mereka

Masing-masing memilih jalan yang mudah yaitu pura-pura tidak ada masalah alias mengabaikan persoalan sehingga masalah itu menjadi berlapis-lapis dan makin sulit dicari akarnya. 

Selain itu ada area yang sensitif akibat dari pengalaman awal dari keluarga asal atau pengalaman traumatis di usia remaja/dewasa sehingga cara pandangnya terdistorsi atau tidak sesuai dengan kenyataan. Hal inilah yang dapat menimbulkan emosi negatif dalam diri mereka. Reaksi ini dapat berakibat buruk pada relasi kita dengan orang lain.

Reaksi emosi negatif ditentukan oleh cara pandang kita terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, dunia, dan apa saja yang terkait dengan diri kita serta bahkan Tuhan.

Emosi negatif ini akan melelahkan jiwa dan juga menimbulkan rasa tidak aman bagi kedua belah pihak sehingga tanpa sadar mereka menjadi keras kepala dan keras hati

Selain itu mereka tidak lagi melihat bahwa perkawinan dapat menjadi penempaan untuk berubah. Berubah itu memang sakit, setiap orang ingin menghindarinya. 

Justru dalam penderitaan dan menerima rasa sakit, seseorang belajar untuk meluaskan diri, keluar dari zona nyaman yang cenderung mengungkung orang pada cinta diri yang berlebihan. 

Jika seorang berani mengambil resiko disakiti, maka ia akan menjadi pribadi yang terbuka pada pengalaman-pengalaman baru, yang membuatnya lebih mampu mencintai pasangan/sesamanya. 

Keluarga adalah sekolah kasih yang utama.

Bagaimana pun buruknya keadaan hidup perkawinan, Tuhan selalu dapat memberi awal yang baru dan akhir yang indah. Allah dapat menciptakan dari yang tidak ada, tentu Ia juga dapat memperbaiki apa yang keliru dan rusak. 

Apa pun kesalahan di masa lampau bukan berarti akan salah selama-lamanya. Jadi, kesalahan apa pun yang ada di masa lampau perlu dinetralisir dulu

Jika kita mau melakukan satu langkah, maka Tuhan akan memberi kekuatan dan rahmat untuk mengambil langkah berikutnya. 

Kondisi ini membuatnya berkembang menjadi orang yang tangguh, ulet dan kreatif … mengadakan lompatan iman menuju keadaan baru yang belum dikenal sebelumnya. Ini adalah suatu perjuangan berat yaitu melawan diri sendiri.

Setiap orang yang tidak lari dari proses akan mengalami pertumbuhan dan perubahan ke arah yang lebih baik.

Pertumbuhan iman bukan seperti pohon cabe yang hari ini ditanam tiga bulan lagi sudah berbuah. Pertumbuhan iman seperti pohon jati yang membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, sedikit demi sedikit tetapi berakar kuat dan kokoh

Untuk itu kita memerlukan suatu komunitas yang mempunyai pengalaman iman akan Yesus Kristus yang hidup, yang memperjuangkan nilai-nilai Kristiani sehingga kita lebih kuat untuk bertahan hingga akhir. Wadah rohani ini akan memberi kesempatan kepada kita untuk terus bertumbuh secara rohani dan terus berkobar untuk melayani Allah dan sesama.

Hidup rukun dan bahagia dalam keluarga bila hidup kita terarah pada pelaksanaan kehendak dan rencana Allah. Tetapi proses ini bukanlah hal yang selalu mudah, dibutuhkan suatu perjuangan yang tiada hentinya.

Semakin seseorang itu berkembang dan matang kepribadiannya semakin ia tidak perlu mempertahankan apa-apa, mengosongkan diri. Orang yang mengosongkan diri semakin siap untuk menerima hak-hal baru.

Seorang wanita perlu memiliki kekuatan mental agar tidak terpaku oleh pengalaman buruk masa lalunya. Dan juga perlu kematangan emosi untuk melewati dan mengatasi rasa sakitnya. Ia harus memandang setiap perjuangan yang dihadapinya dalam keluarga sebagai suatu proses untuk menjadikannya pribadi yang unggul. Maka ia perlu menjadi tiang rohani dalam keluarganya

Wanita yang matang kepribadiannya tidak cepat melemparkan kesalahan kepada orang lain tetapi mengambil tanggung jawab atas masalah atau perasaan negatif yang dia alami.

Ibu rumah tangga yang berani melihat ke dalam diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain tentu dapat sangat mengurangi banyak sekali potensi konflik dalam rumah tangga.

Siapapun tidak suka dipersalahkan. Istri yang tidak mempersalahkan suami sudah menjadi modal yang kuat untuk memenangkan hati suami.

Lalu bagaimana jika istri mengalami emosi negatif seperti tersinggung, kecewa, sedih, jengkel, cemburu terhadap suami? Hal ini tetap dapat disampaikan dengan cara yang benar.

Sebab perasaan yang tidak disampaikan akan menjadi ganjalan yang dapat merusak relasi suami istri. Istri dapat menyampaikan perasaan tanpa menyalahkan.

Tujuannya supaya suami mengerti keadaan istri. Caranya adalah menyampaikan perasaan apa adanya dan bukan pendapat

* Aku merasa kecewa sore ini begitu tahu kita tidak jadi pergi bersama, menyampaikan perasaan apa adanya tanpa menuduh orang lain sebagai penyebab. Ini adalah sikap orang dewasa mengambil tanggung jawab atas perasaannya. Orang yang mengambil tanggung jawab atas hidupnya adalah aktor; orang yang mempunyai kebebasan untuk bertindak. Ia bukanlah reaktor yang keputusan dan tindakannya ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Jika kita bereaksi karena keadaan, orang, atau kejadian di luar diri kita, kita ibarat reaktor yang meledak setiap kali tombol ditekan. 

* Kamu kok seenaknya sendiri membatalkan janji begitu sajamenyampaikan pendapat.

Faktor paling menentukan untuk menjadi pribadi yang menarik adalah penerimaan diri. Jika seseorang dapat menerima diri sendiri apa adanya, ia tidak akan terganggu oleh sikap orang lain, selalu berpikir positif dan mau mengerti orang lain. Ia juga mudah bersyukur dan punya pengendalian diri yang baik sehingga ia melihat potensi dirinya dan mau mengembangkan segala aspek kehidupan, talenta, kemampuan diri, kepribadian dan kerohanian, ia merasa penuh dan merasa dirinya berharga.

Jadi, ia tidak merasa perlu mengejar barang mahal untuk menaikkan gengsi/status sosialnya, dalam memilih barang lebih mementingkan fungsi dan kualitasnya.

Inilah kebebasan yang sesungguhnya yaitu di saat kita dapat menguasai sepenuhnya emosi, keinginan dan nafsu kita. Dapat berkatatidakpada keinginan yang berlebihan

Yang kita perlu tuju adalah berkembang menuju kepenuhan diri kita. Apa yang dimaksud dengan diri kita yang sepenuhnya? Yaitu secara realistis dapat menerima keadaan dan kenyataan. Bereaksi sesuai dengan realitas. Tidak terikat pada masa lalu yang tidak lagi aktual. 

* Seorang wanita makan sangat berlebihan jika berada di pesta karena sewaktu kecil ia pernah merasakan kelaparan. Sekarang ia sudah menikah dengan suami yang berpenghasilan cukup.

Keadaan masa kecilnya yang kelaparan tidak lagi sama dengan keadaannya sekarang sehingga ia tidak perlu melahap makanan berlebihan hanya sekedar supaya bisa bertahan lebih lama dari rasa lapar.

* Seorang wanita mempunyai kecenderungan berlebihan mencari pemutih. Wanita ini terobsesi sekali mempunyai kulit yang lebih putih. Dimana ada klinik kecantikan yang menawarkan perawatan memutihkan kulit pasti dicobanya. Setelah mencoba sekian kali ia masih tetap saja merasa kulitnya kurang putih.

Hal ini terjadi karena orang tuanya sering mengatakan bahwa ia adalah anak yang kulitnya paling gelap diantara saudara-saudaranya yang lain, sehingga terlihat tidak cantik. Padahal sekarang ini, tidak ada orang yang pernah mengatakan kulitnya hitam dan jelek. Ia tidak melihat realitas saat ini dan terikat pada pengalaman buruk masa lalu.

Kepribadian seseorang unik karena terbentuk oleh proses sosialisasi (pengalaman masa kecil, pola asuh, latar belakang keluarga dan lingkungan).

Kadang-kadang antara panggilan untuk melayani dan panggilan sebagai seorang ibu dan istri terjadi konflik. Bagaimana dapat mempersatukannya secara harmonis? Tidak merugikan kehidupan rumah tangga, tetapi juga ikut aktif ambil bagian dalam pelayanan Tuhan dan karya keselamatan-Nya.

Kita harus mendahulukan apa yang terpenting yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan maka kita akan melihat bahwa tugas-tugas kita yang lain pun tidak akan terganggu bahkan akan terasa menjadi lebih ringan dan lancar. 

Persiapan sesungguhnya untuk melayani Tuhan adalah kedekatan hubungan kita dengan-Nya lewat komunikasi setiap saat lewat hidup di hadirat-Nya siang dan malam, lewat menyadari kehadiran-Nya di mana pun dan dalam diri siapa pun juga.

Tanpa rahmat Tuhan melalui Ekaristi, firman Tuhan (makanan bagi roh) dan doa pribadi, kita mudah diombang-ambingkan oleh tawaran dunia, materi, populeritas dan kegiatan lain yang memberikan kebanggaan pribadi.

* Ekaristi menyatukan kita dengan Kristus; suatu relasi yang perlu makin hari makin dipererat dan diperdalam hingga kita mencapai persatuan abadi kelak di sorga.

* Kita perlu membaca firman Allah agar kita lebih mengenal-Nya dan lebih mencintai-Nya, mengetahui janji-janji Allah, dan supaya iman kita bertumbuh.

Dengan membaca firman-Nya, hati dan pikiran kita dibersihkan (Yoh 15:3). Hidup kita akan menjadi damai dan mempunyai arah yang jelas. Hidup seperti ini tentu akan menjadi berkat bagi banyak orang.

Tentu Tuhan akan mencukupkan segala berkat dan rahmat yang kita butuhkan untuk terus dapat berkarya bagi Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.

* Doa membuat kita sabar dan penuh pengharapan dalam menanti tergenapinya firman dan janji-Nya dalam hidup kita sekeluarga (Yes 40:31).

Seorang ibu yang berkembang hidup doanya menjadi seorang ibu yang mempunyai motivasi yang tulus dalam melayani, ada semangat kelepasan dan penyangkalan diri dari hal-hal duniawi, dan melakukan kebajikan-kebajikan Kristiani.

Setiap orang dapat memilih jam doa pribadi sesuai dengan ritme hidupnya, ritme biologisnya dan kegiatan anggota keluarganya.

Jika dilakukan dengan setia akan membuat relasi pribadi kita dengan Tuhan bertumbuh. Semakin kita setia semakin kita melihat buah-buah dari doa pribadi ini.

Semakin lama kita hadir di hadapan Tuhan maka semakin lama juga Tuhan dapat mengalirkan kasih-Nya kepada kita dan mengubah sifat-sifat kita menjadi semakin ilahi.

Jika anggota keluarga merasakan buah-buah rohani dari ibu, mereka tanpa dipaksa juga melakukan aktivitas rohani tersebut.

Jika Tuhan memberi kita kesempatan untuk melayani-Nya, janganlah kita merasa tidak mampu. Bukan kemampuan kita yang penting tetapi kemauan kita.

Cukup kita mau saja untuk dipakai oleh-Nya maka Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan (Yoh 15:5; Mzm 147:11); orang itu tidak akan mencuri kemuliaan Tuhan.

Orang-orang yang dipilih melayani Tuhan perlu kekuatan Roh Kudus dan harus memisahkan diri dari pergaulannya yang lama” untuk datang kepada-Nya, berada dekat Yesus.

* Meninggalkan cita-citanya semula yang ingin mencari uang sebanyak-banyaknya supaya mempunyai banyak rumah dan mobil. Sekarang mencari uang sebanyak-banyaknya supaya bisa mengembangkan pelayanan, membantu orang lain yang sedang sakit dan membutuhkan.

* Meninggalkan kesenangan bersama teman-teman karena ada tugas dari gereja.

Mencintai Tuhan membuat seorang istri berkembang dalam segala yang baik. Setiap suami mendambakan istri yang baik.

Istri yang baik adalah istri yang mencintai Tuhan. Cinta Tuhan yang berkembang dalam hidup istri membuatnya mampu mengasihi suami dan keluarganya dengan cinta yang tulus dan tak terbatas karena bersumber dari cinta Tuhan sendiri.

Istri yang mencintai Tuhan dapat mencintai keluarganya, anak-anaknya, orang tua dan mertua dengan secara efektif dan afektif.

Jika seorang istri dapat menjalankan semua kewajibannya dengan baik sebagai istri, ibu, anak dan menantu tentulah suami akan senang dan bangga mempunyai istri seperti ini.

Cinta suami terhadap istrinya pun semakin lama semakin kuat dan mendalam sehingga istri selalu menjadi kekasih suami. Jadi, seorang istri dapat menjadi kekasih Tuhan dan kekasih suami.

Berpegang pada komitmen dan menjalankan tugas dengan setia adalah jalan untuk menjadi sabar dan bertumbuh dalam kasih.

(Sumber: Warta KPI TL No. 94/II/2012 » Menjadi Kekasih Tuhan dan Kekasih Suami, M.T. Eleine Magdalena).

Kamis, 22 September 2016

Tuhan, jadikan aku rendah hati

Seringkali dalam menghadapi tantangan hidup, manusia tidak berdaya ketika memandangnya dengan negatif (tidak mau menerima kenyataan/menekankan sesuatu yang tidak ada). Tetapi jika kita memandangnya dengan positif, maka kita makin berkembang dalam iman, hidup meng-akar pada Yesus.

Apabila ada gesekan-gesekan dalam keluarga, jangan kita mempersalahkan suami/istri/anak (tunjuk jari pada orang lain).

Suami/istri

Dua pribadi yang berbeda bertemu mau memulai hidup berkeluarga, bukanlah hal yang gampang, karena masing-masing mempunyai latar belakang yang sangat berbeda.

Anak

Mendidik anak zaman sekarang tidak gampang, karena mereka ingin hidup bebas, selalu ingin dihargai dan didengar. Jadi kita harus meluangkan waktu lebih banyak agar mereka mau mengemukakan pendapat. Jika tidak, mereka akan mencari orang lain. Jadi anak zaman sekarang tidak hanya diasah intelektualnya saja tapi juga harus diasah hatinya.

Jika terjadi gesekan-gesekan dalam keluarga

Janganlah kita menyimpan segala sesuatu di dalam hati sehingga ada permasalahan sedikit saja kita menjadi orang yang cepat marah ... menyakiti orang lain melalui tutur kata dan perbuatan kita. 

Jika saat ini kita terbelenggu, bersabarlah melepaskannya, jangan gunakan kekerasan tapi mintalah bantuan orang lain.

Janganlah kita mempersalahkan orang lain, tanyakanlah pada diri sendiri ”apa sumbangan saya sehingga hal ini terjadi?” 

Bukankah Allah telah menganugerahkan hati nurani sehingga kita dapat merefleksi permasalahan itu, mungkin kita terlalu memaksakan kehendak kita/kita terlalu sibuk dengan hal-hal yang lain sehingga mengabaikan permasalahan itu. 

Janganlah kita berusaha membenarkan diri, supaya gambar diri kita tidak ternoda. Tetapi carilah kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita; akuilah kerapuhan kita, karena setiap orang punya kelemahan. 

Rendah hatilah untuk minta maaf secara ikhlas. Bukankah Gereja sudah menawarkan pengampunan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali? (Mat18:21-32). 

Kalau kita mengharapkan perubahan, cabutlah topeng-topeng yang kita pakai (tampil apa adanya), jangan menunggu orang lain. Karena kita tidak bisa merubah orang lain. 

Bersekutu dan berdoalah supaya Tuhan Yesus memberi semangat kerendahan hati dan semangat kerukunan sehingga kita dimampukan membuka diri/membuka tangan.

Banyak hal dalam hidup ini yang tidak dapat kita atur, semuanya tergantung dari kekuatan Allah. Pada saat tangan kita terbuka, kita mau menerima dan mau meneruskan, Allah menuntun/mengatur hidup kita (ada kehidupan). 

Tetapi jika tangan kita tertutup/mengandalkan diri sendiri ... akhirnya hidup kita makin terperosok lebih jauh sehingga Tuhan tidak dapat berkarya dalam hidup kita. 

Ingatlah, sungai Yordan mengalir ke danau Galilea dan Laut Mati. Danau Galilea mau menerima dan mau mengalirkan ke tempat lain sehingga di sana ada kehidupan. Sedangkan Laut Mati mau menerima tetapi tidak mau mengalirkan ke tempat lain sehingga di sana tidak ada kehidupan.

Marilah kita meneladan kehidupan Yesus. Meskipun Dia sudah menerima banyak dari Bapa, tetapi Dia tidak mempertahankan milikNya, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, rela berkorban untuk kita sehingga kita memperoleh kehidupan yang kekal.

Mari kita belajar dari salah satu aturan hidup Fransiskus Asisi, yaitu: ”Janganlah seorang pun menyombongkan diri, tetapi sebaliknya, berbangga dalam salib Tuhan”

1. Ingatlah, hai manusia, betapa unggulnya kedudukan yang diberikan Tuhan Allah kepadamu: Ia telah menciptakan dan membentuk engkau sesuai dengan gambar Putra-Nya yang terkasih menurut badan, dan sesuai dengan keserupaan-Nya menurut roh (bdk Kej 1:26).

2. Akan tetapi semua makhluk di bawah kolong langit, sesuai dengan kodratnya, mengabdi, mengakui dan mentaati Penciptanya lebih baik daripada engkau.

3. Bahkan setan-setan pun tidak menyalibkan Dia; tetapi engkau bersama mereka sudah menyalibkan Dia, dan engkau masih menyalibkan Dia dengan mencari kenikmatan dalam cacat cela dan dosa-dosa.

4. Karena itu, apa yang dapat kaubanggakan?

5. Bahkan kalau engkau demikian arif dan bijaksana engkau memiliki seluruh pengetahuan, bisa menafsirkan segala macam bahasa dan dapat menyelami perkara-perkara surgawi dengan cermat, engkau tetap tidak dapat berbangga atas semuanya itu (bdk 1 Kor 13:2; 12:28).

6. Sebab setan saja lebih tahu tentang perkara-perkara surgawi, dan lebih tahu tentang perkara-perkara duniawi daripada semua manusia, walaupun mungkin ada orang yang menerima dari Tuhan pengetahuan istimewa tentang kebijaksanaan yang tertinggi.

7. Juga seandainya engkau lebih bagus dan lebih kaya daripada semua orang dan bahkan seandainya engkau membuat keajaiban sehingga mampu mengusir setan-setan, semuanya itu tidak termasuk dirimu dan sama sekali bukan milikmu; maka atas semuanya itu engkau tidak dapat berbangga sedikit pun.

8. Atas hal ini kita dapat berbangga: atas kelemahan-kelemahan kita dan setiap hari memikul salib suci Tuhan kita Yesus Kristus (Bdk 2 Kor 12:5; bdk Luk 14:27).

(Sumber: Warta KPI TL No. 65/IX/2009 » Renungan KPI TL tgl 13 Agustus 2009, Rm Kees van Dick OFM).




Dia mengubah segalanya

Di bulan April 2009, suami saya merasa sakit di pinggang sampai punggung. Lalu saya membawanya ke dokter untuk periksa. Ternyata hari itu juga dia harus masuk rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan USG dan IVP, dia divonis batu ginjal yang sudah akut, kondisi ginjalnya sudah bengkak; batu ginjal yang sebelah kanan harus dilaser dan yang sebelah kiri harus dioperasi untuk mengeluarkan dua batu yang ada di ginjalnya.

Sebagai orang awam mendengar penjelasan dokter, kami hanya dapat menjawab ”ya ... ya ...” saja, tetapi kami juga memikirkan berapa duitnya. Maka kami mencari info masalah operasi dan laser tersebut. 

Ternyata dari info-info tersebut, banyak yang tidak sukses alias 90% gagal ketika dilaser. Di sinilah kami merasa ketakutan akan keberhasilan laser tersebut. Lalu kami berdoa mohon penyertaan Tuhan agar semuanya dapat berjalan lancar.

Di tengah-tengah menjalankan operasi, dokternya ke luar dan berkata: ”Maaf, lasernya tidak jadi dilakukan karena jalan untuk alat lasernya tiba-tiba tertutup, sehingga alatnya tidak dapat masuk. Kalau saya paksakan dilaser (tembak), maka akan rusak jaringan ginjalnya.” Mendengar penjelasan dokter itu, saya antara takut dan bersyukur. 

Di sinilah saya melihat bahwa pada saat ketakutan dan kita mohon penyertaan-Nya, maka dengan kuasa-Nya yang luar biasa Dia mengubah segalanya. Yang tadinya rancangan manusia (dokter) menyatakan keberhasilan laser 99,99% ternyata tidak dapat dilakukan karena ada penyempitan di saluran kencing. Akhirnya ke dua batu ginjal itu dikeluarkan melalui operasi.

Kami bersyukur atas kebaikan-Nya pada keluarga kami sehingga suami saya boleh pulang dalam keadaan baik setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Saya percaya dibalik peristiwa ini ada rancangan Tuhan yang indah bagi keluarga kami. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 64/VIII/2009).

Lepaskan ikatan-ikatan yang mengikat

Burung gagak adalah burung yang sama sekali tidak mau berbagi, jika dia mendapat berkat semuanya untuk dirinya sendiri. Tetapi ada burung gagak yang istimewa, dia diutus dan diurapi Tuhan sehingga dia mau berbagi. Contoh: Nabi Elia diberi makan roti dan daging waktu pagi den petang oleh burung-burung gagak (1 Raj 17:1-6).


Demikian juga dengan kita. Jika kita ingin menjadi burung-burung gagak yang istimewa, kita harus melepaskan ikatan-ikatan yang mengikat kita agar rahmat Allah dapat bekerja

Misalnya: 

Sakit hati, membenci, tidak mampu mengampuni dan akhirnya membunuh dengan kata-kata atau perbuatan

Ingatlah perintah Yesus untuk mengampuni sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali sehingga kita memiliki hidup kekal di dalam diri kita (Kej 34:7,25; Mat 18:22: 1 Yoh 3:15). 

Sikap yang mudah putus asa 

Belajarlah pada seorang perempuan Kanaan. Meskipun dia ditolak sampai tiga kali dengan kata-kata yang menyakitkan hati, tetapi dia tidak putus asa. Malahan dengan segala kerendahan hati dia tetap memohon belas kasihan Yesus (Mat 15:21-28). 

Mati segan, hidup tak mau 

Ingatlah! Menjadi pengikut Kristus kita tidak boleh suam-suam kuku (tidak dingin dan tidak panas). Jika kita suam-suam kuku, kita akan dimuntahkan dari mulut-Nya (Why 3:15-16). 

Perzinahan 

Lebih-lebih perzinahan secara rohani (Im 20:6berpaling kepada arwah/roh-roh peramal).

Marilah kita memohon rahmat-Nya, agar Tuhan melepaskan ikatan-ikatan yang mengikat kita sehingga kita dapat menjadi burung-burung gagak yang istimewa. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 64/VIII/2009 » Renungan KPI TL tgl 9 Juli 2009, Ibu Sugiarto).

Rabu, 21 September 2016

Doa Yesus melembutkan hatiku

Kami sekeluarga hendak berbelanja di Alfa. Ketika keluarga saya hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba ada sebuah mobil yang nyelonong (seenaknya sendiri atau tidak pedulikan sekitarnya) mundur hendak parkir di sebelah mobil saya. 

Karena kaget istri saya berteriak kepada anak muda tersebut (X): “Yang sabar to!” Mendengar teguran istri saya, X marah. Lalu saya berkata: “Kamu anak muda, yang sopan!” mendengar perkataan saya, X bertambah marah.

X menantang saya. Lalu saya menyuruh keluarga saya untuk masuk ke Alfa. Istri dan kedua anak perempuan saya masuk ke Alfa, sedang anak laki-laki saya menemani saya. 

Sebagai atlit Kempo saya memasang kuda-kuda, namun ada dorongan di hati kecil saya untuk Doa Yesus. Sungguh luar biasa kuasa Doa Yesus, X yang hendak memukul saya dengan pengungkit dongkrak tiba-tiba terpental jatuh ke tanah. 

Dan hati saya yang penuh amarah tiba-tiba terasa ada siraman air sejuk yang membuat saya mempunyai belas kasih pada X. Saya hampiri X, saya peluk dia bahkan saya mampu minta maaf pada dia. Sungguh, doa ini mengubah hati saya menjadi lembut. 

(Sumber: Warta KPI TL No.137/IX/2016).

Selasa, 20 September 2016

Jangan tawar hati




Orang hebat atau orang yang terkuat sekalipun akan lemah dan tidak berdaya di dalam menanggung hidupnya kalau mereka tidak mendapatkan kekuatan anugerah Allah.



Jika saat ini engkau tawar hati, bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan, janganlah meninggalkan kasih yang semula (Why 2:1-7). Timbalah kekuatan dengan mengenal Allah secara pribadi melalui doa dan pembacaan firman-Nya.



Seorang pelayan sejati akan tetap setia, rela membagi Injil Allah dan hidupnya, baik atau tidak baik waktunya (2 Tes 2:8; 2 Tim 4:2). Mereka melakukan pelayanan kasih untuk kemuliaan Tuhan (2 Kor 8:19), memberitakan firman Tuhan dengan maksud baik (Flp 1:15).



Karena tahu kepada siapa percaya dan yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya hingga pada hari Tuhan (2 Tim 1:12).

Marilah kita belajar dari Paulus (2 Kor 4:1, 16)

Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

» Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat (2 Kor 9:23-28).

Setiap hari mengalami tekanan, uniknya Paulus tidak tawar hati. Apa rahasianya sehingga dia tetap setia memberitakan firman meskipun badai kehidupan datang silih berganti?

Paulus tidak peduli dengan pikiran atau perkataan orang lain tentang penderitaan yang dialaminya, baginya lebih penting untuk melaksanakan kehendak Allah, dengan selalu menyerahkan jiwanya dengan berbuat baik kepada Pencipta yang setia (1 Ptr 4:19). 

Tidak ada yang kebetulan dalam kehidupan ini, Tuhan mampu mengubah air mata dukacita menjadi air mata sukacita sehingga timbul pengharapan (Rm 8:28; Yoh 16:20).

Dia kuat di dalam Tuhan, dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis karena dia telah mengalami kasih Allah secara pribadi dan dia telah mengetahui misi yang dikehendaki Allah bagi hidupnya.

» Aku (Paulus) adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.

Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.

Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-Tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum.

Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.

Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.

Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.

Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.

Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya (Kis 22:1-14).

» Firman Tuhan kepada Ananias: “Orang ini (Paulus) adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” (Kis 9:15-16).

Inilah ungkapan isi hati Paulus ketika berjalan dengan Allah.

Aku telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flp 3:12-14).

Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya

Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. 

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Flp 3:7-10).

Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Gal 2:20).

Berapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, ia melampaui segala pengetahuan. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita (Ef 3:18-20).

Tanpa Kristus, tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dunia (Ef 2:12).

Dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan (Flp 2:1).

Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp 1:6).

Dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat (1 Tes 2:1).

Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami (2 Kor 4:7) » anugerah Tuhan-lah yang memberi kekuatan, yang menopang setiap kehidupan kita.

Penderitaan itu begitu besar dan begitu berat. Hal itu terjadi, supaya jangan menaruh kepercayaan pada diri sendiri, tetapi hanya kepada Allah (2 Kor 1:8-9).

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Flp 4:13).

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13). 

Dalam menghadapi pergumulan hidup ini, bagian kita adalah menyangkal diri dan memikul salib setiap hari dengan percaya dan mempercayakan seluruh kehidupan kita ke dalam tangan kasih Tuhan (Luk 9:23; Ibr 11:1). Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Tim 1:7). Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah (2 Kor 3:5).

Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia (Flp 2:13-15).

Aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor 12:10).

Aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan diriku untuk kamu (2 Kor 12:15).

Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat (Kol 1:24).

Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita (2 Tes 2:13-14).

Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus (Gal 1:11-12).

Karena berita Injil (Perkataan sehat, yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus (1 Tim 6:3), turut menjadi ahli-ahli waris (Ef 3:6), maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah (Rm 8:17). 

Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

» Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya (Gal 3:22).

Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita (2 Kor 1:14).

(Sumber: Warta KPI TL No.137/IX/2016 » Renungan KPI TL tgl 1 September 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).