Seringkali dalam menghadapi tantangan hidup, manusia tidak berdaya ketika memandangnya dengan negatif (tidak mau menerima kenyataan/menekankan sesuatu yang tidak ada). Tetapi jika kita memandangnya dengan positif, maka kita makin berkembang dalam iman, hidup meng-akar pada Yesus.
Apabila ada gesekan-gesekan dalam keluarga, jangan kita mempersalahkan suami/istri/anak (tunjuk jari pada orang lain).
Suami/istri
Dua pribadi yang berbeda bertemu mau memulai hidup berkeluarga, bukanlah hal yang gampang, karena masing-masing mempunyai latar belakang yang sangat berbeda.
Anak
Mendidik anak zaman sekarang tidak gampang, karena mereka ingin hidup bebas, selalu ingin dihargai dan didengar. Jadi kita harus meluangkan waktu lebih banyak agar mereka mau mengemukakan pendapat. Jika tidak, mereka akan mencari orang lain. Jadi anak zaman sekarang tidak hanya diasah intelektualnya saja tapi juga harus diasah hatinya.
Jika terjadi gesekan-gesekan dalam keluarga
Janganlah kita menyimpan segala sesuatu di dalam hati sehingga ada permasalahan sedikit saja kita menjadi orang yang cepat marah ... menyakiti orang lain melalui tutur kata dan perbuatan kita.
Jika saat ini kita terbelenggu, bersabarlah melepaskannya, jangan gunakan kekerasan tapi mintalah bantuan orang lain.
Janganlah kita mempersalahkan orang lain, tanyakanlah pada diri sendiri ”apa sumbangan saya sehingga hal ini terjadi?”
Bukankah Allah telah menganugerahkan hati nurani sehingga kita dapat merefleksi permasalahan itu, mungkin kita terlalu memaksakan kehendak kita/kita terlalu sibuk dengan hal-hal yang lain sehingga mengabaikan permasalahan itu.
Janganlah kita berusaha membenarkan diri, supaya gambar diri kita tidak ternoda. Tetapi carilah kelemahan-kelemahan yang ada pada diri kita; akuilah kerapuhan kita, karena setiap orang punya kelemahan.
Rendah hatilah untuk minta maaf secara ikhlas. Bukankah Gereja sudah menawarkan pengampunan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali? (Mat18:21-32).
Kalau kita mengharapkan perubahan, cabutlah topeng-topeng yang kita pakai (tampil apa adanya), jangan menunggu orang lain. Karena kita tidak bisa merubah orang lain.
Bersekutu dan berdoalah supaya Tuhan Yesus memberi semangat kerendahan hati dan semangat kerukunan sehingga kita dimampukan membuka diri/membuka tangan.
Banyak hal dalam hidup ini yang tidak dapat kita atur, semuanya tergantung dari kekuatan Allah. Pada saat tangan kita terbuka, kita mau menerima dan mau meneruskan, Allah menuntun/mengatur hidup kita (ada kehidupan).
Tetapi jika tangan kita tertutup/mengandalkan diri sendiri ... akhirnya hidup kita makin terperosok lebih jauh sehingga Tuhan tidak dapat berkarya dalam hidup kita.
Ingatlah, sungai Yordan mengalir ke danau Galilea dan Laut Mati. Danau Galilea mau menerima dan mau mengalirkan ke tempat lain sehingga di sana ada kehidupan. Sedangkan Laut Mati mau menerima tetapi tidak mau mengalirkan ke tempat lain sehingga di sana tidak ada kehidupan.
Marilah kita meneladan kehidupan Yesus. Meskipun Dia sudah menerima banyak dari Bapa, tetapi Dia tidak mempertahankan milikNya, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, rela berkorban untuk kita sehingga kita memperoleh kehidupan yang kekal.
Mari kita belajar dari salah satu aturan hidup Fransiskus Asisi, yaitu: ”Janganlah seorang pun menyombongkan diri, tetapi sebaliknya, berbangga dalam salib Tuhan”
1. Ingatlah, hai manusia, betapa unggulnya kedudukan yang diberikan Tuhan Allah kepadamu: Ia telah menciptakan dan membentuk engkau sesuai dengan gambar Putra-Nya yang terkasih menurut badan, dan sesuai dengan keserupaan-Nya menurut roh (bdk Kej 1:26).
2. Akan tetapi semua makhluk di bawah kolong langit, sesuai dengan kodratnya, mengabdi, mengakui dan mentaati Penciptanya lebih baik daripada engkau.
3. Bahkan setan-setan pun tidak menyalibkan Dia; tetapi engkau bersama mereka sudah menyalibkan Dia, dan engkau masih menyalibkan Dia dengan mencari kenikmatan dalam cacat cela dan dosa-dosa.
4. Karena itu, apa yang dapat kaubanggakan?
5. Bahkan kalau engkau demikian arif dan bijaksana engkau memiliki seluruh pengetahuan, bisa menafsirkan segala macam bahasa dan dapat menyelami perkara-perkara surgawi dengan cermat, engkau tetap tidak dapat berbangga atas semuanya itu (bdk 1 Kor 13:2; 12:28).
6. Sebab setan saja lebih tahu tentang perkara-perkara surgawi, dan lebih tahu tentang perkara-perkara duniawi daripada semua manusia, walaupun mungkin ada orang yang menerima dari Tuhan pengetahuan istimewa tentang kebijaksanaan yang tertinggi.
7. Juga seandainya engkau lebih bagus dan lebih kaya daripada semua orang dan bahkan seandainya engkau membuat keajaiban sehingga mampu mengusir setan-setan, semuanya itu tidak termasuk dirimu dan sama sekali bukan milikmu; maka atas semuanya itu engkau tidak dapat berbangga sedikit pun.
8. Atas hal ini kita dapat berbangga: atas kelemahan-kelemahan kita dan setiap hari memikul salib suci Tuhan kita Yesus Kristus (Bdk 2 Kor 12:5; bdk Luk 14:27).
(Sumber: Warta KPI TL No. 65/IX/2009 » Renungan KPI TL tgl 13 Agustus 2009, Rm Kees van Dick OFM).