Jumat, 05 Agustus 2016

18.55 -

Luk 9:28-36

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 6 Agustus 2016: Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya - Tahun C/II (Putih)
Bacaan: Dan 7:9-10, 13-14; Mzm 97:1-2, 5-6, 9; 2 Ptr 1:16-19; Luk 9:28-36)


Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa.



Ketika (*) Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaiannya menjadi putih berkilau-kilau. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbincang tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.



Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. 



Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa senangnya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.

Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."

Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu.


Renungan


1. Misi Yesus

Perubahan wajah wajah Yesus di gunung Tabor menyingkapkan identitas Yesus sebagai Mesias yang diutus untuk membawa kabar gembira agar orang-orang yang mendengarkannya bisa percaya dan diselamatkan.

Inilah misi keselamatan yang harus terpenuhi, yaitu membawa keluar kemanusiaan dari perbudakan yang mengurangi martabatnya. Untuk hal ini Yesus harus membayar harga dengan mengorbankan diri-Nya, yakni melalui sengsara dan wafat-Nya di kayu salib.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun harus memahami arah dan tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita bukan untuk kesenangan atau ketenaran, bukan untuk status dan kekayaan, melainkan untuk menjalankan misi keselamatan bersama Yesus, suatu misi yang tak mudah namun membawa keselamatan.




2. Dalam doa dan keheningan mengalami kemuliaan Tuhan

(*) Yesus mengalami kemuliaan dalam doa dan keheningan. Sangat berbeda dengan kemuliaan yang dialami oleh banyak orang dewasa ini, dimana mereka mendapatnya dalam keriuhan dan kegaduhan. Padahal seringkali dalam hening Tuhan mengungkapkan banyak rahasia hidup kita.

Oleh karena itu, jika ingin merasakan dan ambil bagian dalam kemuliaan Tuhan, masuklah juga dalam doa dan keheningan.

Perjumpaan dengan Tuhan dalam doa dan keheningan memampukan kita untuk melihat dan mengalami kemuliaan Tuhan. Dengan demikian, kita dimampukan untuk memancarkan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari lewat kehadiran serta perbuatan nyata di tengah-tengah dunia.