Burung Rajawali mempunyai banyak kelebihan dari burung-burung
lainnya. Diantaranya: sebagai pemburu
yang hebat, karena dari jarak yang begitu jauh dia bisa melihat hewan
buruannya; biji matanya tidak sampai terbakar ketika terkena
panas terik matahari yang sangat kuat di ketinggian tertentu, karena ada selaput yang melindungi biji matanya,
sehingga biji matanya tetap terpelihara.
Ketika burung Rajawali
masih muda, pada saat dia
mendapat buruannya; puluhan burung perampok menyerangnya dengan sekuat tenaga, mereka memancingnya agar marah dan bereaksi.
Ketika
dia membalas menyerang musuhnya, tanpa sadar buruannya terlepas dari
cengkramannya yang kuat dan disambar puluhan burung perampok tersebut.
Golongan burung
perampok - tidak dapat memburu
mangsanya sendiri, maka mereka mengintai buruan rajawali.
Ketika burung Rajawali
semakin dewasa, semakin bertambah
pengertiannya, semakin sadar
bahwa dia mempunyai keunggulan
yang dapat dia gunakan dengan baik untuk menghindari perampokan.
Maka
ketika puluhan burung perampok mulai menyerangnya, dia terbang semakin tinggi ke
arah matahari dan membuat mereka melawan matahari.
Puluhan
burung perampok tersebut tidak sadar bahwa mereka tidak mempunyai keunggulan
seperti burung Rajawali. Sehingga ketika mereka mengejarnya ... biji mata
mereka terbakar, menjadi buta ... panik, lalu satu persatu mereka jatuh ke
bawah dan akhirnya mati.
Ketika
dilihatnya tidak ada lagi seekor pun dari burung-burung perampok yang
mengikutinya, dia turun kembali ke sarangnya, menikmati buruannya.
Oleh
karena taktik yang dia kerjakan, dia tidak perlu berperang, hanya membawa
lawan-lawannya ke arah matahari dan membuat mereka melawan matahari.
Itulah yang dikehendaki
Iblis. Ketika menghadapi pergumulan/begitu
banyak tantangan di luar kemampuan kita, dia buat kita marah lalu bereaksi, sehingga kita mengabaikan perkenanan
Allah dan mengurusi pergumulan kita sendiri.
Hidup
dengan sikap hati yang rindu untuk mendapatkan perkenanan dan nyukakan hati
raja seharusnya menjadi perioritas utama di dalam kehidupan kita, bukan masalah/pergumulan kita.
Seberat apa pun
pergumulan kita, bawalah semuanya naik ke hadirat Tuhan
dalam penyembahan dan doa, berkatalah: “Tuhan, aku sudah tidak sanggup
lagi menghadapi pergumulaan ini. Kubawa pergumulan ini kehadapan-Mu. Pergumulan
ini dapat mencelakakan aku secara manusia. Tetapi aku tidak akan mengabaikan-Mu.” – cara inilah
yang membuat Tuhan berperang menggantikan kita, meskipun kadangkala jawabannya tidak
seperti yang kita mau.
Pada
umumnya orang Kristen kalau berdoa, sikap dan tutur katanya kadang-kadang
terlalu kasar untuk disampaikan kepada Penguasa langit dan bumi. Karena mereka
terlena dengan statusnya (anak Allah).
Seharusnya
kita meneladani sikap Yesus – meskipun Dia statusnya anak, mempunyai hati
seorang hamba (Bdk. Flp 2:6-7). Sikap ini tergantung pada kedewasaan rohani
seseorang.
Kunci hidup kekristenan
adalah perkenanan Raja, caranya:
1. Masuk melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepadaNya dan pujilah namaNya (Mzm 100:4).
2. Pakailah pakaian ratu (roh kita),
sehingga kita tahu apakah Raja
berkenan atau tidak.
Kita terdiri dari tiga dimensi, yaitu: tubuh, jiwa dan
roh (1 Tes 5:23). Sedangkan Allah terdiri dari satu demensi, yaitu: roh (Yoh
4:24). Jadi sembahlah Dia dalam roh
dan kebenaran, agar kita bisa menerima pewahyuan dari Allah. Kemurnian
hati tidak memasukkan unsur kedagingan kita.
Jagalah hatimu dari segala kewaspadaan, karena di situlah terpancar kehidupan (Ams 4:23)
Marilah kita belajar
dari Ester (Est 5:1-8; 7:1-10):
Ester
mengenakan pakaian ratu
»
meskipun suaminya seorang raja, pada saat dia menghadap raja, dia memakai pakaian
yang layak, yaitu: pakaian ratu.
Berdirilah
ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja... berhadapan
dengan pintu istana itu ... berkenanlah
raja kepadanya.
Ketika
raja bertanya padanya: “Apa maksudmu... apa keinginanmu? Sampai setengah
kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu.” » inilah sikap hati yang luar
biasa, sehingga raja Ahasyweros yang murah hati terpikat melihat
kesahajaannya.
Jawab
Ester: “Jikalau baik pada pemandangan
raja, datanglah
kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke
perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja.”
»
bagi Ester, yang paling utama adalah dapat menyenangkan hati raja, bukan
kemauannya/kerinduan/kebutuhan – kerinduan
seperti inilah yang dihargai oleh Tuhan dengan cara yang luar biasa.
Kebudayaan
Persia pada waktu itu, jika raja mau mengambil suatu keputusan selalu diadakan
rapat. Setelah mereka menyepakati beberapa pilihan putusan yang akan diambil,
mereka minum sampai mabuk. Karena mereka percaya, bahwa jika mereka mabuk,
mereka lebih dekat dengan roh para dewa dan keputusan mereka akan di-amin-kan
oleh para dewa. Selain itu Ester ingin memberikan pelayanan yang terbaik pada
raja.
Ester
tidak langsung menyampaikan isi hatinya, karena dia tahu kebudayaan raja
Ahasyeweros (raja Persia).
Sementara
minum anggur bertanyalah raja kepada Ester: “Apakah permintaanmu, hai ratu
Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan
sekalipun akan dipenuhi.”
»
Ketika Ester sedang melayani raja, raja teringat lagi atas pertanyaannya yang
belum dijawab, lalu dia bertanya lagi. Meskipun raja bertanya tiga kali (Est
5:3, 6; 7:2), tetapi Ester tidak menjawabnya langsung, karena dia tidak mau mengotori tangannya dengan
membinasakan Haman. Dia membiarkan raja bertindak sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Memiliki sikap hati seperti ini
tidak tiba-tiba kita punya, tetapi harus kita perjuangkan dengan sukacita
setiap hari melalui peristiwa-peristiwa yang kita alami di dalam kehidupan.
Sehingga kita mudah/mampu mengalami
terobosan-terobosan hidup yang luar biasa dan dan kita pasti jadi pemenang.
(Sumber:
Warta KPI TL No. 53/IX/2008 » Renungan KPI TL 21 Agustus 2008, Dra Yovita Baskoro, MM)