Ekaristi
merupakan alat yang dahsyat dalam kehidupan kita. Karena pada saat kata-kata
konsekrasi diucapkan di dalam Misa, Tubuh Kristus benar-benar hadir di antara
kita. Dia senantiasa sanggup menjadi Pengantara kita kepada Allah,
menyelamatkan semua orang dengan sempurna
(Ibr 7:25).
Meskipun
doa kita mungkin kosong/lemah/tidak berguna, tapi doa Yesus sempurna. Karena
itu penting bagi kita untuk memusatkan semua doa-doa kita pada perayaan
Ekaristi.
Di
sebuah desa kecil di Amerika Latin, orang-orang di situ sangat miskin tetapi di situ iman mereka dalam sekali.
Pada
saat Suster
Bright (mempunyai karunia penyembuhan)
menghadiri perayaan Ekaristi di situ, ia melihat seorang wanita yang datang
dengan membawa bungkusan.
Dia
bertanya pada wanita itu apa yang dibawanya. Jawabnya: “Anakku laki-laki
yang seluruh tubuhnya terbakar karena
jatuh dalam api.”
Suster
itu bertanya: “Maukah saya berdoa untuk anakmu?” Wanita itu menjawab: “Ya.”
Selama Misa Suster Bright meletakkan anak laki-laki itu di bawah altar.
Pada akhir misa, suster itu lupa akan anak laki-laki itu. Tapi
tiba-tiba dia ingat dan bertanya pada wanita itu: “Di manakah anakmu? Mari saya
doakan.”
Wanita
itu menjawab: “Dia ada di sana berlari-lari
dengan anak-anak yang lain. Dia
betul-betul sembuh total.”
***
Bila
kita berdoa
syafaat untuk menjadi
pengantara orang lain, seakan-akan kita mengumpulkan semua darah-darah
Yesus yang mengalir dari salib-Nya. Kita mengumpulkannya dalam satu ember dan
kita menaburkan darah-darah itu kepada orang-orang yang paling memerlukan
kerahiman dan belas kasih Tuhan (Suster Catarina dari Siena).
Suster Catarina dari
Siena mempunyai hati yang besar untuk orang-orang yang di penjara.
Ada
seorang laki-laki muda di Siena yang akan dihukum mati karena kejahatannya. Dan Suster itu
berdoa pada Yesus, minta
pada darah Yesus untuk menyentuh hati laki-laki itu.
Pada
saat dia mengunjungi laki-laki itu di penjara dan mengingatkan bahwa laki-laki
itu harus membuka hatinya untuk Yesus. Awalnya dia menolak. Tetapi akhirnya Tuhan membuka hatinya untuk menerima Tuhan Yesus.
Dan laki-laki itu minta pada Suster Catarina
untuk bersama-sama dengan dia pada saat dia akan dijatuhi hukuman mati
yaitu dipenggal kepalanya.
Pada
saat laki-laki itu dipenggal dengan pisau besar, kepala itu jatuh ke
pangkuannya. Suster
Catarina sangat gembira karena
dia tahu bahwa jiwa laki-laki itu telah pergi ke Allah Bapa di sorga.
Karena
itu apabila ada seseorang yang mempunyai hati sekeras berlian, kita dapat meminta pada darah Yesus yang amat suci untuk mematahkan
hati itu, sehingga hati itu menjadi lunak kembali dan dapat merasakan cinta kasih Allah.
***
St Theresia Lisieux mempunyai
hati yang besar untuk mereka yang terhilang.
Pada
saat berusia 12 th dia mendengar seorang pembunuh yang terkenal akan dijatuhi hukuman mati atas
kejahatannya. Pembunuh itu tidak
menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya.
St Theresia Lisieux takut
pembunuh itu masuk neraka. Lalu dia berdoa dan berdoa dituntun oleh
Roh Kudus.
Ketika
membaca koran keesokan harinya dia sangat gembira karena doanya terkabul.
Pembunuh tersebut pada saat mau menjalani hukuman mati dia berbuat sesuatu yang
sangat baik yaitu: sebelum dihukum mati dia memegang salib besar dan menciumnya, kepunyaan seorang
imam yang sedang mendoakannya.
St
Theresia Lisieux ingin menjadi misionaris/imam/pengkotbah. Tetapi semua hal itu
tidak mungkin, karena dia hanya seorang suster karmelit yang tinggal di dalam
biara. Ketika membaca ayat dalam 1 Korintus 13, dia menyadari bahwa panggilan
hidupnya adalah kasih
itu sendiri. Maka semua hal sekecil apa pun yang dia lakukan, dia persembahkan itu semua untuk Allah demi mereka yang belum mengenal
kasih Allah.
***
Dalam
keadaan bahaya, kita juga harus minta perantaraan Bunda Maria dan St.
Mikael. Doa ini sangat kuat di dalam peperangan rohani.
Pada
tahun 1571 ada pertempuran yang sangat hebat dalam sejarah manusia. Armada
Turki akan menyerang Eropa. Bila mereka memenangkan peperangan ini, tidak akan
ada lagi orang-orang Kristen.
Ketika
itu Paus Pius V meminta awak kapal untuk menaikkan gambar Bunda Maria di atas
tiang kapal dan seluruh Eropa diharuskan berdoa rosario.
Meskipun
armada orang-orang Turki jauh lebih dari pada orang Kristen, orang Kristen memenangkan pertempuran
itu.
***
Di
Australia kalau lagi musim panas, daun-daun kering dapat terbakar sendiri
karena terlalu panasnya. Apalagi kalau ditiup angin mudah menjalar apinya.
Ada
satu biara Benediktin yang berada di dekat padang. Ketika ada api yang menjalar ke biara,
pemimpin biara itu tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Tiba-tiba dia
mendapat inspirasi untuk berdoa dan
membawa gambar Bunda Maria. Gambar tersebut diacungkan di depan api
yang sedang membara itu. Tiba-tiba arah angin itu berubah menjauhi biara.
Sehingga biara itu selamat dari
kebakaran.
***
Rintangan terbesar dalam
doa adalah tidak dapat mengampuni, sehingga akan mencegah karya Tuhan.
Baru-baru
ini ada salah satu anggota komunitas kami (MGL) yang mengindap penyakit tumor di leher,
yang tidak bisa dioperasi karena berbahaya.
Lalu
saya mengirimkan pesan ke semua komunitas untuk mendoakannya (komunitas kami
ada 15 lokasi di Australia). Mereka meminta seorang imam yang mempunyai karunia
penyembuhan untuk datang mendoakannya. Sesudah berdoa, imam
itu mengatakan: “Dalam
24 jam tumornya akan hilang.” Ternyata hal itu terjadi. Puji Tuhan. Dia
sangat baik dan berbelas kasih.
***
Ada
seorang biarawati yang bernama Ludy. Pada saat perang ada serdadu-serdadu
yang memasuki biaranya dan memperkosanya. Pada mulanya dia begitu marah sekali pada Tuhan,
karena dia telah membaktikan dirinya
tetapi mengalami hal itu sehingga dia harus meninggalkan biara karena hamil.
Suster
itu membutuhkan waktu yang lama sekali untuk bisa mengerti mengapa hal itu
terjadi padanya. Setelah dia
menyadari bahwa ada seorang bayi tumbuh di rahimnya, dia
mempersembahkan semua penderitaan yang dialaminya untuk menjadi pendoa syafaat
bagi wanita-wanita yang mengalami hal-hal yang sama yang dia alami yaitu
diperkosa/dilecehkan.
Kemanapun
saya pergi, saya selalu mengajarkan pada anak saya “Bahwa hal yang terbesar
yang bisa kita lakukan adalah mengampuni, hal ini penting dilakukan di mata
Tuhan.”
***
Ada
sebuah keluarga yang saya kenal, mereka kehilangan anak perempuannya yang sangat
cantik berusia 23 tahun karena diperkosa
dan dibunuh.
Penjahat
itu telah dibawa ke pengadilan. Pada waktu memasuki ruang pengadilan dan
melihat penjahat itu; orang tua perempuan itu merasakan ada tantangan yang besar untuk dapat mengampuni penjahat
itu.
Seorang
reporter koran mewawancarai ayah dari
perempuan yang diperkosa dan dibunuh itu. Hal ini menjadi berita besar di
koran.
Kemudian
dia mendapat telp dari seluruh dunia yang menanyakan: “Apakah benar anda
dapat mengampuni penjahat itu? Dan dia menjawab: “Ya, memang benar. Itulah
satu-satunya jalan yang Yesus teladankan supaya kita bisa betul-betul menjadi
manusia.” - hanya
dengan rahmat Tuhanlah seseorang bisa mengampuni.
***
Ada
seorang wanita yang sedang sakit kanker di perutnya, dia minta didoakan
seorang Romo.
Pada saat mendoakan Romo
tersebut merasa ada yang tidak benar. Dan dia bertanya pada wanita itu:
“Apakah ada seseorang dalam kehidupan anda yang belum anda ampuni? Jawabnya:
“Lho. Kok tahu? Kemudian dia menceritakan: “Saat ini saya lagi perang masalah
warisan. Karena saudari saya mengambilnya sangat banyak.”
Nasehat Romo: “Kamu
harus mengampuni saudarimu.” Jawabnya: “Lebih baik saya mati dan masuk neraka dari pada harus mengampuni.”
Romo tersebut hanya bisa
berdoa dengan hati yang tulus memohon rahmat pengampunan dari Tuhan, agar
wanita itu dapat diubahkan.
Ternyata
setelah enam bulan terjadi mujizat, wanita itu dapat mengampuni dan sakit kankernya sembuh total.
Percayalah
pada Allah.
Jika
kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah ...
Supaya
Bapamu yang di sorga
mengampuni
kesalahan-kesalahanmu.
(Mrk 11:22-25)
Pada
tanggal 24 Juni 1981 Bunda Maria
menampakkan diri pada enam orang anak di Medjugorie (Yugoslavia). Salah satu
anak itu bernama Mirjana (lahir 1965), dia mempunyai karunia untuk mendoakan orang lain. Sampai saat ini
pun setiap bulan Bunda Maria masih datang padanya dan mengajak berdoa bersama.
Pada
saat saya berada di Medjugorie, saya bertanya pada Mirjana: “Bagaimana Bunda
Maria berdoa.” Jawabnya: “Cara berdoa
Bunda Maria itu di luar dugaan kita.
Bunda Maria mendoakan
para kafir/pembunuh/penjahat, tetapi tidak menyebutkan status mereka.
Dia
mengatakan: ‘Marilah
kita berdoa untuk mereka yang masih membutuhkan cinta kasih Allah.”
Saya
terkejut mendengar jawaban itu karena ternyata nama itu sama dengan nama ordo
saya. Saya berkata: “Ternyata Bunda Maria adalah misionaris pertama dari cinta
kasih Allah. Sebetulnya kita semua dimaksudkan untuk menjadi para misionaris
dari cinta kasih Allah.”
***
Pada
saat mau mendirikan komunitas baru yaitu Missionaries of God Love (MGL), saya
pernah merasa kecewa karena ada pencobaan-pencobaan besar. Si jahat mencoba
membuat saya menyerah.
Saya
berjalan-jalan di sekeliling rumah dan berpikir kalau pulang akan mengatakan
pada para frater: “Sudah! Saya menyerah!”
Ketika
saya tiba di rumah, saat itu para frater sedang berdoa. Mereka begitu antusias memuji dan menyembah Tuhan. Sehingga tanpa sadar saya juga
memuji Tuhan dan melupakan masalah saya. Di sinilah saya mulai melihat rencana
Tuhan untuk Kerajaan-Nya.
Pada
saat puji-pujian ada salah seorang frater yang mendapatkan nubuatan dari Tuhan. Dia berkata: “Pada saat
saya berdoa, saya melihat gambar seorang laki-laki yang sedang menundukkan
kepalanya dan sedang melihat pusatnya. Pada saat dia melihat pusatnya,
hidungnya bertambah lama bertambah panjang. Sampai hidungnya mencapai tali
pusatnya di sini dan tertancap di sana seperti Timotius.”
Frater itu lalu bertanya
pada Tuhan: “Apa arti semua ini?” Jawab Tuhan: “Kamu ya, seperti itu
kalau kamu memusatkan semuanya pada masalahmu dan bukan pada-Ku.”
Hidup ini penuh dengan
pencobaan. Bila kita menghadapi pencobaan tanpa memusatkan diri pada Tuhan,
maka akan mengalami keputusasaan ... depresi.
Tetapi
kalau dalam
perang rohani, mata
kita selalu tertuju pada Tuhan, memuji dan menyembahNya, dan selalu
bersyukur, maka hal itu akan memerdekakan kita.
Marilah kita belajar dari
Paulus dan Silas (Kis 16:19-40)
Di
Filipi, Paulus dan Silas di masukkan penjara yang paling tengah dan
kaki mereka dibelenggu dalam pasungan
yang kuat. Sebelumnya mereka berkali-kali didera.
Kira-kira
tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah
... seketika itu juga terbukalah semua
pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Ketika
kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara
terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka,
bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.
Tetapi
Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab
kami semuanya masih ada di sini!” Kepala penjara itu menyuruh membawa
suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus
dan Silas.
Ia
mengantar mereka ke luar, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku
perbuat, supaya aku selamat?” jawab mereka: “Percayalah pada
Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”
Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepada semua orang di rumahnya...
seketika itu juga ia dan sekeluarganya memberi diri dibaptis.
Petrus dan Yohanes (Kis 4:23-31)
Setelah
dilepaskan dari ancaman penjara, Petrus dan Yohanes menceritakan segala sesuatu
kepada teman-teman mereka. Hal pertama yang mereka katakan adalah: mengingat
janji-janji Tuhan dan mohon
keberanian untuk memberitakan firman. Ketika mereka sedang berdoa,
goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman
Allah dengan berani.
(Sumber:
Warta KPI TL No. 53/IX/2008 » Renungan KPI TL 28 Agustus 2008, Fr. Ken Barker MGL)