Manusia
diciptakan bermartabat, segambar (secitra) dengan Allah. Akibat dari dosa,
melemahkan kemartabatan manusia dan menjauhkan manusia dari cinta Allah.
Dengan
baptisan, kemartabatan manusia dipulihkan sehingga manusia memiliki kasih yang terbuka, mengasihi Allah dengan cara mengasihi
sesama dengan hati yang “meluber”,
yang mementingkan kebaikan dan
kebahagiaan bersama.
Jika
kita mengikuti Yesus, kita
tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup (Yoh 8:12). Kita tetap berada
di dalam terang, di dalam kita tidak
ada penyesatan sehingga kita bisa mengasihi
saudara kita (1 Yoh 2:10).
Kasih
yang terbuka memiliki keluasan untuk berbagi, berbela rasa, memberi makan yang
lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan orang asing, melawat yang
sakit, mengunjungi yang dipenjara, memberi pakaian yang telanjang (Mat 25:31-46).
Ada
banyak orang beragama yang mengatakan bahwa mengasihi Allah yang tidak dilihatnya, tetapi mereka membenci saudaranya yang
dilihatnya (1 Yoh 4:20). Mereka adalah pendusta,
bapanya adalah Iblis, bapa segala dusta (Yoh 8:44).
Mereka
berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan, kegelapan itu telah membutakan matanya sehingga mereka tidak
tahu tujuan hidupnya (1 Yoh 2:11).
Ingatlah
akhir hidup kita jika kita tidak mempunyai hati yang terbuka.
Renungkanlah
kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk 16:19-31).
Lazarus, pengemis yang badannya penuh borok, menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut.
Lazarus, pengemis yang badannya penuh borok, menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut.
Memang,
tidak mudah memiliki kasih yang terbuka. Untuk itu dibutuhkan rahmat dan
pertolongan Tuhan agar tetap mampu mengasihi sesama dengan penuh ketekunan,
keuletan dan kesabaran.
(Sumber: Warta KPI TL No.131/III/2016 » Renungan KPI TL Tgl
25 Februari 2016, Bpk Vincent).