Pages

Selasa, 05 April 2016

Mewujudkan hidup berkelimpahan


Pahlawan merupakan gelar yang tidak bisa disematkan kepada sembarang orang. Namun, predikat ini sangat pantas diberikan kepada pria berusia 34 tahun asal India, Narayanan Krishnan



Selama 12 tahun ia sudah menyiapkan lebih dari 1,5 juta makanan untuk para tunawisma di India. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang ditelantarkan oleh keluarganya baik karena menderita gangguan mental maupun mereka yang sudah terlalu tua.


Pada tahun 2002, Narayanan Krishnan muda bekerja sebagai chef dengan berbagai penghargaan dan bekerja di restoran-restoran kelas atas dan Hotel-hotel Taj yang prestisius. Krishnan bahkan berkesempatan untuk bekerja di sebuah hotel bintang 5 di Swiss. 

Namun, sebelum ia berangkat ke Eropa, ia pergi mengunjungi kampung halamannya di Madurai, untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Di sanalah ia menyaksikan sebuah keadaan yang kemudian mengubah hidupnya selamanya.

Aku melihat seorang pria yang sangat tua memakan kotorannya sendiri untuk bisa bertahan hidup” ujar Krishnan seperti dilansir CNN. 

“Kejadian itu benar-benar membuatku sedih. Aku sangat terkejut untuk beberapa saat. Setelah itu, aku mulai memberi makan pria itu dan memutuskan inilah hal yang harus aku lakukuan di sisa hidupku.”

Meskipun Krishnan seorang Brahmin (golongan kasta kelas atas Hindu), yang seharusnya ditakdirkan untuk menjadi seorang chef yang sukses, Narayanan memutuskan untuk meninggalkan kariernya dan mendedikasikan hidupnya untuk menolong mereka yang tidak bisa menolong diri mereka sendiri.

Terguncang dengan apa yang ia saksikan di Madurai, ia berhenti dari pekerjaannya seminggu kemudian dan memutuskan bahwa takdirnya bukanlah untuk memasak bagi para jutawan dan pesohor, tetapi untuk memberi makanan kepada mereka yang sangat membutuhkan. “Malam itu aku berpikir, apa yang sebenarnya aku kerjakan? 

Di hotel aku menjual sepiring nasi goreng seharga 10 dollar untuk mereka yang datang bukan untuk mengenyangkan fantasi dan kesenangan mereka dan bukan perut mereka. Mereka biasanya hanya menghabiskan setengah porsi dan menyisakan setengahnya.” Peristiwa itu merupakan kejadian yang membuatnya seperti sekarang ini.

Pada tahun 2003, Narayanan Krishnan mendirikan Askhaya Trust, sebuah lembaga nonprofit yang sudah memberi makan satu setengah juta makanan kepada tunawisma India. Nama organisasinya berasal dari bahasa sanksekerta yang berarti “kekal”, nama itu dipilih karena menurutnya kasih sayang manusia tidak boleh hilang dan harus kekal abadi.

Aktivitas Krishnan setiap hari dimulai sejak pukul empat pagi, ia bersama timnya menjangkau wilayah sejauh 200 km, menjelajahi setiap sudut Madurai mencari tunawisma yang membutuhkan makanan hangat.

Krishnan sendiri bisa memberikan makan hingga 400 orang setiap harinya. Selain memberikan makanan ia membawa serta sisir, gunting dan pisau untuk memberikan cukur gratis kepada para tuna wisma.

Menyediakan makanan untuk ratusan orang setiap harinya tentu saja membutuhkan banyak uang, dan menurut laporan CNN tahun 2010 donasi sponsor yang diterima Akshaya Trust hanya cukup untuk menutupi 22 hari dalam satu bulan.

Sisanya Krishnan menyubsidi sendiri dengan uang bulanan hasil sewa rumah pemberian kakeknya. Hal itu berarti ia sama sekali tidak memiliki penghasilan sedikitpun. Beruntung ia masih mendapat dukungan dari kedua orang tuanya.

“Mereka pasti menyimpan kekecewaan karena mereka telah menghabiskan banyak uang untuk pendidikan saya” ujar Krishnan tentang kedua orang tuanya. “Aku mengajak ibuku, kumohon pergi bersamaku, lihat apa yang aku lakukan.” 

Setelah pulang ke rumah, ibunya berkata “Kamu memberi makan semua orang itu, selama aku masih hidup aku akan memberimu makan.”

“Aku hidup untuk Ashkaya dan orangtuaku yang merawatku.”

“Dulu aku berpikir mereka semua sama para pengemis, orang-orang cacat mental, tetapi Krishnan mengajarkanku perbedaannya” ucap Narayanan Lakshmi ibu dari Krishnan. 

“Orang-orang sering bertanya kepadaku, bagaimana kamu mendidik putramu? Aku tidak mendidiknya, dialah yang mendidikku, di sanalah letak ironinya” ucapnya sambil tertawa.

Pada tahun 2010, Narayanan Krishnan masuk dalam daftar CNN Heroes, yang kemudian membuat kisahnya dikenal ke seluruh dunia, dan membantu meningkatkan kesadaran terhadap masalah tunawisma di India.

Kisah nyata di atas merupakan sebuah wujud kasih yang berkelimpahan. Narayanan Krishnan adalah seorang yang berjiwa besar, dia berani menjawab panggilan Tuhan untuk memberkati anak-anak-Nya yang lain.

Jika ingin memperoleh berkat dan hidup yang berkelimpahan, maka kita harus mempunyai motivasi yang benar dalam memberi, memberi seperti yang Tuhan kehendaki

Marilah kita belajar dari 2 Kor 9:6-15

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya. Jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.”

Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. 

Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.

» Setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk menjadi “berkat” dan untuk memberkati (KGK 1669; 1 Ptr 3:9). 

Kekayaan adalah harta yang berasal dari Allah dan harus dipergunakan oleh pemiliknya dan disebarluaskan agar orang-orang yang berkekurangan pun boleh menikmatinya.

Kekayaan seumpama air yang memancar keluar dari sumbernya: semakin sering ia ditimba semakin jernih air itu, sedangkan air itu akan kotor bila sumbernya tetap tidak digunakan.

Seorang kaya hanya seorang pengelola dari apa yang ia miliki; memberikan apa yang dituntut kepada orang-orang yang berkekurangan merupakan sebuah kewajiban yang harus ditunaikan dengan kerendahan hati karena harta benda itu tidak dimiliki oleh dia yang membagi-bagikannya. 

Ia yang menahan kekayaan bagi dirinya sendiri bersalah; memberikannya kepada orang-orang yang berkekurangan berarti melunasi sebuah utang (Kopendium ASG No. 329; Pkh 5:18).

Jadi, janganlah takut untuk memberkati sesama kita. Karena memberi bukanlah sebuah kehilangan tetapi merupakan simpanan untuk masa darurat (Tob 4:8), Bapamu melihat akan membalasnya kepadamu (Mat 6:4).

Ingatlah firman-Nya: “Apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”

(Sumber Warta KPI TL : No.131/III/2016 » Renungan KPI TL Tgl 17 Maret 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).