Jika
Allah adalah kasih, maka
tidak ada satu pun ciptaan-Nya
yang tidak membawa dan dikelilingi
oleh kebaikan-Nya yang tak terbatas.
Allah
tidak sekedar menyatakan bahwa Ia adalah kasih, namun Ia membuktikannya: “Tidak
ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:17) [KGK 218, 221].
Tidak
ada agama yang mengatakan seperti yang dikatakan oleh agama Kristen: “Allah
adalah kasih” (1 Yoh 4:8, 16).
Iman
Kristen berpegang teguh pada janji ini meskipun pengalaman akan penderitaan dan
kejahatan kadang membuat manusia mempertanyakan apakah benar Allah sungguh
mengasihi.
Dalam
Perjanjian Lama Allah berkomunikasi dengan umat-Nya melalui Nabi Yesaya: “Oleh
karena engkau berharga di mata-Ku dan
mulia, dan Aku ini mengasihi
engkau, ... Janganlah takut, sebab Aku
ini menyertai engkau.” (Yes 43:4-5) dan Ia juga berkata: “Dapatkah
seorang perempuan melupakan bayinya sehingga ia tidak menyayangi anak dari
kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku
tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku (Yes
49:15-16).
Pembicaraan mengenai cinta kasih
Ilahi ini bukanlah omong kosong;
Yesus membuktikannya di kayu salib, tempat Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi para
sahabat-Nya.
(Sumber: Warta KPI TL No.131/III/2016 » Youcat No. 33).