Pages

Kamis, 05 November 2015

Sakramen Rekonsiliasi dan Penyembuhan Luka Batin

Berbicara tentang luka batin tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan manusia itu sendiri. Kita harus menyadari bahwa manusia terdiri dari tubuh (bagian tubuh manusia yang berupa materi), jiwa (bagian rohani dari manusia yang berkaitan dengan tubuh manusia) dan roh ( bagian dari tubuh manusia yang terarah dan berhubungan dengan yang Ilahi); ketiganya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam membentuk manusia.

Penggunaan istilah batin meliputi aktifitas jiwa dan roh manusia dalam arti meliputi bidang psikologis atau emosi yang memuat kenangan/memori, pikiran, impian, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa bersalah dan meliputi bidang rohani spiritual/hati manusia dalam relasi dengan Sang Pencipta.

Batin manusia mengalami luka disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Manusia mengalami luka batin karena dosa manusia sendiri

Manusia menutup diri terhadap Allah, firman-Nya, janji-janji-Nya sehingga manusia tidak terarah kepada-Nya; sering terfokus pada diri sendiri/persoalan hidup yang dihadapinya sehingga manusia terbeban oleh persoalan hidup yang dihadapi dan menutup diri terhadap rahmat Allah yang memampukan manusia menghadapi setiap persoalan. 

Keterpisahan dari Allah mengakibatkan batin manusia terluka dan dengan sendirinya relasi manusia dan Allah menjadi retak.

2. Pengalaman buruk manusia dengan sesamanya

Manusia selalu berinteraksi dengan sesamanya bahkan sejak dalam kandungan. 

Pengalaman berinteraksi dengan sesamanya berpengaruh terhadap perilaku dan reaksi kita menghadapi situasi yang kita hadapi. 

Dalam berinteraksi dengan sesamanya, manusia terkadang tidak dapat memahami sesamanya sehingga terjadi konflik dan menimbulkan kecemasan, kekuatiran, kemarahan, rasa bersalah, dan bahkan menimbulkan trauma. Hal-hal ini sangat berpengaruh bagi manusia ketika dia berhadapan dengan masalah/persoalan.

Berhadapan dengan keadaan manusia yang terluka, maka dibutuhkan adanya penyembuhan luka batin. Penyembuhan akibat terputusnya relasi Allah, sesama, dan diri sendiri (tubuh, jiwa, roh).

Contoh:

- Perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria (Yoh 4:7-42) – wanita Samaria terluka akibat dosanya yang bersuamikan lima orang dan dampaknya disingkirkan oleh masyarakat; akhirnya mendapatkan penyembuhan ketika berjumpa secara pribadi dengan Yesus di Sumur Yakup dan mau menerima Yesus sebagai sumber air hidup.

- Penampakan Yesus kepada dua orang murid yang masih dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-35) – kedua murid yang melakukan perjalanan ke Emaus mengalami penyembuhan dari segala kekecewaan mereka akan Yesus yang diharapkan akan menjadi pemimpin Israel tetapi harus sengsara, wafat, dan bangkit. Hal itu terjadi ketika Yesus berjumpa dengan mereka dan menjelaskan perihal kebangkitan-Nya sehingga kecemasan mereka akhirnya disembuhkan.

Bagi kita yang hidup di zaman ini penyembuhan luka batin dapat terjadi melalui berbagai sarana:

- Terapi psikologis – ketika kita dapat menemukan akar permasalahan yang kita hadapi, maka akan memudahkan kita untuk mengambil langkah apa yang harus kita ambil berkaitan dengan permasalahan itu.

- Doa – dapat membantu kita untuk membuka diri, membiarkan Allah yang melacak dan mendeteksi segala luka yang kita alami dan sekaligus menyembuhkan. Ketika kita membiarkan Allah bergerak bebas dalam diri kita dan membiarkan Dia yang merajai kita maka di sanalah terjadi penyembuhan dan juga terjadi perjumpaan secara pribadi dengan Allah.

- Sakramen rekonsiliasi/sakramen tobat/pengakuan dosa – sebagian orang tidak lagi menyadari peranan dan kuasa dari sakramen-sakramen. Salah satunya yaitu sakramen rekonsiliasi dapat menyembuhkan luka batin manusia - penyembuhan secara spiritual-psikologis, luka rohani, emosional, afeksi.

Dalam sakramen ini kita akan menerima pengampunan dan perdamaian dengan sesama dan diri sendiri; terjadinya perjumpaan manusia dan Allah secara pribadi akan membawa dampak pada perbaikan relasi manusia dengan sesama dan dirinya sendiri, sehingga batin manusia yang terluka akhirnya mengalami penyembuhan.

(Sumber: Warta KPI TL No. 41/IX/2007; Sakramen Rekonsiliasi & Penyembuhan Luka Batin, HDR Januari – Februari 2007 Tahun XI).