Pages

Minggu, 01 November 2015

Memuliakan Salib

Ada seorang gadis kecil yang mulai belajar aritmatika. Ia menyukai pelajaran itu dan pikirannya penuh dengan berbagai tanda: tanda plus, tanda minus, tanda pembagi, dan sebagainya.

Pada suatu pagi ia diajak ayahnya pergi ke gereja. Gadis itu melihat salib kecil di atas altar. Ia berbisik kepada ayahnya: “Papa, untuk apa tanda plus itu di atas altar?” Gadis itu sedikit bingung melihat tanda plus sendirian di atas altar. Namun dalam pengertian yang mendalam gadis itu benar. Salib adalah “tanda plus”.

Penebusan yang disimbolkan dengan salib telah memberikan sebuahtanda plus yang besarke dalam hidup kita - karena salib menyimbolkan apa yang telah diperbuat Yesus bagi kita.

Tuhan Yesus mengidentifikasikan diri dengan yang tersingkir, yang tertindas, dan yang terlupakan. Kalau sikap Yesus demikian, seharusnya begitu juga sikap para murid-Nya. Identifikasi diri dengan yang tersingkir dan berbagi hidup dengan mereka merupakan cara hidup yang Injili.

Yesus telah menghampakan diri menjadi seorang hamba dan mati bergantung di kayu salib. Namun Allah memuliakan Dia.

Kerendahan dan ketaatan Yesus merupakan prasyarat bagi kemuliaan yang kemudian Ia terima dari Bapa, dan kita mendapat tambahan hidup abadi berkat salib suci.


Memuliakan salib tidak berarti bahwa setiap hari kita mencium salib, melainkan bahwa kita harus memanggul salib dan mengakui bahwa penderitaan adalah bagian dari konsekuensi mengikuti Yesus.


(Sumber: Warta KPI TL No. 37/V/2007; Memuliakan Salib, Vacare Deo Edisi II/IX/2007).