Pages

Minggu, 01 November 2015

Kemanisan Salib



Setahun yang lalu Bapak Melati ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Beberapa bulan kemudian Ibunya meninggal dunia karena tak kuat menanggung sakit dan sedih. Terngiang di telinga Melati makian tetangganya yang menagih hutang “Cepat bayar hutangmu, anak kurus!” Apa yang harus ku-jual untuk membayar hutang? Karena sudah lama adikku sakit, belum sembuh-sembuh juga.

“Oh Yesus, aku tak punya apa-apa lagi, aku tak punya siapa-siapa lagi. Yang kumiliki kini hanyalah salib kehidupan ..., yang kumiliki kini hanyalah Engkau...”

Penderitaan, pencobaan, kekecewaan, kadang melanda hidup bertubi-tubi, seolah tak memberi kesempatan kepada kita untuk sedikit membenahi diri. Kehilangan kasih dari orang yang kita cintai, kehilangan kepercayaan dari orang yang kita hargai, tiada pengampunan dari orang yang kita lukai, semua itu membuat hidup bagai di atas bara api, menghempas diri ke tengah lautan duka yang tak bertepi.

Itulah salib-salib kehidupan, yang mau tak mau dialami oleh setiap orang di dunia ini. Jika kita lari dari masalah, masalah itulah yang akan mengejar-ngejar kita. Kita akan menjadi gelisah dan dihantui oleh masalah yang belum selesai tersebut. Kita tidak akan menjadi bebas, tetapi bahkan menjadi tawanan dari masalah itu.

Mengeluh tak akan membuat salib itu ringan, justru terasa bertambah berat. Lari meninggalkan salib tak akan menyelesaikan persoalan, justru masalah bertambah lekat. Menyesali kehidupan tak akan menghantar jiwa pada kekudusan, justru dosa di hati bertambah padat.



Salib bukan untuk dikeluhkan, bukan untuk ditinggalkan, bukan untuk disesalkan. Sebaliknya, salib merupakan pegangan yang kuat untuk terus menjalani kehidupan. Bayangannya memberikan kesejukan dalam gersangnya dunia, dan kelurusannya menjamin kita untuk tidak tersesat dalam pengembaraan menuju rumah Bapa.

Barangsiapa melarikan diri dari salib adalah seorang tahanan dan musuh kemerdekaan. Barang siapa berlindung pada salib tak pernah akan sesat di jalan. Kekuasaan Agung yang memberi kebahagiaan, yang tidak dapat menjadi tempat kejahatan (St Teresa Avila).

Sungguh suatu rahmat tak terkatakan bila Yesus mengundang kita untuk memasuki pengalaman ini, mencicipi sedikit saja dari apa yang pernah dialami-Nya. Salib adalah suatu rahmat, suatu tanda cinta Tuhan kepada kita.

Lewat saliblah Yesus mempersatukan kita dengan diri-Nya. Kita diajak untuk lepas bebas dari segala yang duniawi, dan melekat kepada Yesus saja.

Jika kita mempersatukan setiap salib kita dengan salib Kristus, maka hidup kita pun akan menjadi berkat bagi orang lain.

Segala kurban-kurban kecil dan sederhana, kalau kita persembahkan dengan penuh cinta-kasih kepada Kristus akan memberikan nilai yang besar dan berarti bagi sesama. Semua itu akan membantu melahirkan semakin banyak orang bagi Kerajaan Allah.
  
Salib melepaskan kita dari banyak hal.

- Ketika uang yang telah kita kumpulkan selama bertahun-tahun tiba-tiba hilang dicuri orang, kita dibebaskan dari kelekatan terhadap uang kita.

- Ketika suatu peristiwa menjatuhkan nama baik dan membuat kita menjadi malu, kita dibebaskan dari kelekatan terhadap nama baik dan harga diri.

- Ketika fitnah seseorang tiba-tiba menerjang perjalanan karir kita dan memporak-porandakannya, kita dibebaskan dari kelekatan terhadap haus kuasa dan jabatan.

Semua itu mengajak hati kita untuk lepas bebas dari segala sesuatu yang duniawi, dan hanya terarah kepada Tuhan saja.

(Sumber: Warta KPI TL No. 37/V/2007 Kemanisan Salib, Vacare Deo Edisi II/IX/2007).