Pages

Senin, 16 November 2015

Bimbingan Roh Kudus

Seringkali setelah pulang dari persekutuan doa, saya sharing karya Roh Kudus kepada suami saya. Puji Tuhan, dia mulai mengenal karya Roh Kudus tersebut.


Pada awal tahun Januari 2008, di kantor tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba suami saya teringat kata-kata dokter: “Nanti jantung istrimu rusak, jika HBnya turun terus.” 

Percakapan ini terjadi pada saat saya menjaga mertua yang sedang sakit di rumah sakit, pertengahan tahun 2007. Tetapi hal itu tidak saya hiraukan karena nggak ada keluhan.

Dengan dorongan yang kuat oleh Roh Kudus, suami saya akhirnya mendaftarkan saya untuk periksa ke dokter Pudjo. Biasanya kalau saya mau periksa ke dokter selalu mendaftar sendiri. Meskipun dia tidak tahu alamatnya, dia berusaha tanya penerangan. Dia langsung mendaftarkan saya, dan boleh jatah hari Senin. 

Karena saya merasa tidak ada keluhan, Senin paginya saya masih mengumpulkan data anak komuni pertama bersama Ibu Yuliani di rumahnya.

Waktu malam harinya dokternya melihat saya lalu bertanya: “Ibu kok pucat banget. HBnya pasti turun. Ini harus dioperasi, kalau tidak nanti lama-lama jantungnya rusak.” Ternyata benar, hasil lab HB 4,7.

Singkat cerita saya harus ngamar hari itu juga. 

Setelah operasi saya merenungkan: “Tuhan, Engkau sungguh luar biasa berkarya dalam hidupku. Meskipun aku tidak paham dengan kehidupanku, tetapi Engkau memberi pertolongan tepat pada waktunya. Sehingga aku tidak terpuruk sedemikian rupa. Kalau saja bukan karena pertolongan-Mu yang luar biasa, mungkin akan terjadi hal yang sama, seperti tiga tahun yang lalu, HB 3 nggak tahu. Tuhan ampunilah aku, karena aku gagal dalam mengolah hatiku, tidak sepenuh hati menanggapi mujizat-Mu.”

Saya ada miom di kandungan. Dan Tuhan memberikan suatu mujizat sehingga menstuasi saya berjalan normal lagi. Tetapi sayang, saya tidak dapat menanggapi segalanya dengan rasa syukur. Sehingga miom ini menjadi besar lagi padahal waktu itu sudah 2 cm, kecil sekali dan hampir kering.

Karena 2 tahun yang lalu hati dan pikiran saya ruwet dengan berbagai hal, yang tidak dapat saya terima dalam hidup saya. Sehingga 1 ½ tahun yang lalu miom saya membesar lagi

Itulah kegagalan saya dalam menanggapi mujizat yang lalu itu. Saya mohon ampun dan saya tidak berani lagi meminta mujizat kesembuhan seperti dulu, tetapi saya mohon agar Tuhan memberi kesembuhan dengan cara yang lain untuk saya.

Walaupun saya tidak patuh, tidak dapat mengolah hati saya, tetapi setelah saya mohon ampun pada Tuhan dan berserah penuhnya, Dia memberi penghiburan dengan mengangkat semua rasa takut dan sakit pada waktu di operasi

Puji Tuhan, ternyata setelah dipatologi hasilnya tidak ada yang ganas, hanya lemak saja.

(Sumber: Warta KPI TL No. 47/III/2008).