Pages

Kamis, 19 November 2015

Spiritualitas Alkitabiah



Hidup ini seperti pentas sandiwara, kita adalah aktor/aktisnya. Sutradaranya (Tuhan) tidak nampak, Dia hanya mengungkapkan skenario. Kita diberi kehendak bebas dalam mengungkapkannya

Jadi sutradara aktif, aktor/aktrisnya juga aktif. Tetapi seringkali kita tidak taat pada skenario dengan berkata: “Itu tidak realistis/sok idealis/sok moralis/sok suci.” ~ tanpa sadar cara pikir dan perasaan kita sama dengan orang dunia. Akhirnya kita ditolak sutradara ... tidak sampai ke sorga.


Dalam kehidupan Gereja Katolik, liturgi yang baik mencerminkan kehidupan doa dan kehidupan harian yang sesuai dengan semangat Alkitab.

Melihat alur/benang merah Alkitab itu sendiri yaitu:

1. Melihat Tuhan dalam diri Yesus (Yoh 12:45). 

2. Melihat Tuhan dalam sesama (Mat 25:31-46) - ini yang sering kita lupa lakukan dalam kehidupan rohani kita sehingga akhirnya kita masuk ke tempat siksaan yang kekal. 

Dosa membuat hubungan kita dengan Kerajaan Allah terputus. Dosa adalah: kerjasama manusia dengan Iblis.

Dosa ada 3 macam:

1. Dosa pribadi.

2. Dosa sosial. Melanggar 10 perintah Allah bagian kedua (berkaitan dengan sesama, menyangkut masyarakat). Misalnya: berdusta, mencuri.

3. Dosa struktural. Merusak struktur kehidupan bermasyarakat. Misalnya: dalam bisnis, kita menyuap pejabat - itu merusak struktural, mental pegawai rusak akibatnya masyarakat kacau.

Karena manusia jatuh dalam dosa, maka Yesus diutus Allah Bapa untuk membangun kerajaan Allah, yaitu: membangun kerajaan kasih.

Kerajaan Allah
Pemerintahan Allah sebagai Raja
yang hendak dilaksanakan di sorga maupun di bumi.
Bukan soal makanan dan minuman,
tetapi soal kebenaran, damai sejahtera oleh Roh Kudus
(Kamus Alkitab; Rm 14:17)

Isi seluruh Kitab Suci/hukum pokok orang Kristen (Mrk 12:30-31) adalah:

1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Jadi dalam menjalani kehidupan rohani harus seimbang, jangan sampai tanpa sadar kita dipalingkan oleh Iblis sehingga hanya mengasihi Allah saja - tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain seperti anak autis/idiot. Atau hanya mengasihi sesama saja, sehingga tanpa sadar melupakan Tuhan (humanisme sekularis/ ateis).

St. Agustinus membedakan 3 jenis cinta

1. Cinta kepada Allah. 
2. Cinta kepada sesama manusia. 
3. Cinta kepada diri sendiri.

Tetapi seringkali dalam kehidupan sehari-hari pikiran kita dipengaruhi pikiran Iblis (semangat dunia), sehingga rumusan tersebut di atas diputar balik: 

1. Cinta kepada diri sendiri. 
2. Cinta kepada sesama manusia, kalau ingat. 
3. Cinta kepada Allah, dimatikan.

Langkah-langkah agar hidup kita berkenan di hadapan Tuhan

1. Perlu pembimbing rohani, karena dia dapat membaca musuh-musuh terselubung di balik prilaku dan pilihan kita. Tidak ada orang suci tanpa guru. Kata guru bukan berarti ditiru dan digugu, tapi berasal dari kata Sanggawi (Srilangka) yang berarti: proses dari gelap pada terang.

2. Perlunya pendalaman iman.

3. Perlunya pemeriksaan batin setiap malam sebelum tidur.

4. Perlunya pengakuan dosa.

5. Perlunya retret/rekoleksi.

6. Perlunya bacaan-bacaan rohani.

7.Perlunya sesama kita: misalnya: anak/suami/pembantu/
pemulung/tukang becak dll. – sebagai suara Tuhan.

Tujuan terakhir kita membaca Alkitab/bacaan rohani adalah sehati dan sepikir dengan Yesus, yaitu: melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan kepada kita (Yoh 4:34).

Jika hidup kita (doa/lagu/tingkah laku) masih menggunakan semangat manusia lama yang masih egois dan tertutup, belum sesuai dengan semangat Alkitab, maka kita tidak dapat menikmati Kerajaan Allah baik di bumi maupun di sorga. 

Maka dari itu marilah kita mohon rahmat Tuhan agar sadar, tahu dan mau untuk bersungguh-sungguh bertobat ... sehingga menjadi manusia baru.



Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada imanSemua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya. Berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa (Rm 1:16-17; Ams 30:5; Ayb 5:17)

(Sumber: Warta KPI TL No. 52/VIII/2008; Renungan KPI TL Tgl 10 Juli 2008, Rm. FX Urotosastro Pr).







Hidup Rohani

Bagi orang Kristen, hidup rohani ialah berkembangnya suatu relasi cinta kasih antara manusia dengan Allah sampai kepada persatuan cinta kasih yang mengubah segala-galanya (transforming union), di mana manusia menjadi sungguh-sungguh satu dengan Allah. 

Ini secara khusus dikerjakan oleh Roh Kudus yang hadir secara aktif dalam diri kita karena kemurahan Tuhan - ini semata-semata inisiatif Allah (2 Tim 1:9; Tit 2:11).

Hal ini terjadi karena rahmat-Nya, berkat Sakramen Permandian yaitu: kelahiran kembali dari air dan Roh. Sehingga kita ditahirkan dari segala kenajisan dan semua berhala-berhala. Kita diberi hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batin kita, sehingga kita dapat hidup menurut segala ketetapan-ketetapan-Nya dan berpegang pada peraturan-peraturan-Nya dan melakukannya. Sehingga kita hidup kembali menjadi manusia baru (Tit 3:5; Yoh 3:5; Yeh 36:25-27; 37:14).



Manusia baru - dibaharui di dalam roh dan pikiran. Hendaklah dibuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, kejahatan (Ef 4:23-24,31).



Orang Kristen yang telah diubah oleh kuasa Roh Kudus, dapat mengalahkan keinginan daging, bila ia mau menghadapi dan memeranginya

Karena itu hidup orang Kristen adalah suatu perjuangan yang terus menerus melawan rintangan serta serangan manusia lama.

Allah mengharapkan balasan cinta dari kita, namun hal ini bukan untuk kepentingan-Nya, sebab Allah sudah sempurna tanpa kita, melainkan karena Ia mencintai kita dan ingin kita bahagia.

(Sumber: Warta KPI TL No. 52/VIII/2008; Hidup Rohani, Vacare Deo Edisi Januari/Tahun VI/2004).


Hidup rohani ini bagaikan tanaman bunga di dalam pot. Ketika air yang disiram berkurang atau lupa disiram oleh yang menanam maka tanaman mulai kerdil layu. Jika dibiarkan maka akan mati.

Pot tanaman itulah hati kitaWadah untuk bertumbuhnya hidup rohani kita.

Siramilah pot rohani kita hari demi hari dengan untaian doa dikala mentari pagi bersinar menyapa kita ... dan persembahkanlah syukur kita dikala mentari mulai berada di ufuk Barat saat hari akan berlalu ... agar tanaman rohani kita bertumbuh subur ... segar setiap hari ... dan esok hari pasti diberi kesegaran baru agar rohani makin berbuah serta harumnya mengitari sekitar kita dan jalan makin bersinar terang walaupun banyak kerikil kerikil tajam menghiasi jalan kita ... lumpur dan angin badai silih berganti namun kita bertahan karena dibangun dan berada didasar fondasi yang kuat yakni Tuhan sendiri.

Selamat memupuk hidup rohani dan jadikanlah hati kita pot yang nyaman bertumbuhnya rohani kita.

(Sumber: Warta KPI TL No.138/X/2016).



Karya Roh

Pada waktu seminar tentang jam kerahiman di Pukat, Stefan Leks memberitahu juga kalau dia menjual rosario yang asli dari Roma. Karena saya ingin membeli rosario tersebut, saya langsung turun untuk membelinya. 

Ternyata yang dijual gambar-gambar Yesus dengan dua cahaya merah dan putih, juga rosario-rosario, tetapi yang asli hanya Rosario Yesus. Akhirnya saya membeli Rosario Yesus. 


Sesampai di rumah, saya taruh rosario itu begitu saja. Kira-kira ada tiga mingguan, lalu saya mikir: “Buat apa saya beli kalau tidak saya pakai buat doa.”

Ternyata doa itu sangat bagus karena terdiri dari 33 doa Bapa Kami untuk memperingati kehidupan Yesus di dunia, serta ada 7 peristiwa yang mencakup misteri-misteri utama hidup, karya, wafat, kebangkitan, kenaikan Yesus, dan turunnya Roh Kudus.

7 misteri itu terdiri dari:
1. Berdoa mohon perdamaian dunia.
2. Berdoa untuk Bapa Suci dan para uskup.
3. Berdoa untuk para imam, bruder, suster dan semua yang melayani Allah dengan cara tertentu.
4. Berdoa untuk para orang tua dan anak-anak mereka.
5. Berdoa untuk diri kita sendiri, agar rela menyerahkan hidup bagi sesama.
6. Berdoa supaya kita menyingkirkan segala dosa dari hidup kita, agar Yesus dapat hidup kembali dalam diri kita.
7. Berdoa supaya kehendak Allah jaya, sehingga kita terbuka terhadap kehendak-Nya dalam hidup kita sehari-hari.

Dulu kalau saya membaca koran Jawa Post hanya yang metropolis saja, tentang, perampokan, pembunuhan, dan artis-artis. Setelah mendaraskan Rosario Yesus, saya juga membaca situasi dunia, meskipun hanya judulnya saja. Dan saya bawa dalam doa untuk perdamaian dunia.

Setiap adorasi saya selalu membawa rosario itu. Suatu saat tanpa saya sadari, rosario itu ketinggalan di Puspita. Hal ini baru saya saya sadari ke esokan harinya ketika hendak saya pakai. 

Pada saat itu saya mau telp Puspita, tapi nggak punya nomer telponnya. Pikir saya akan saya tanyakan hari Senin depan, waktu saya adorasi di sana. Ternyata dua minggu saya tidak adorasi di sana, karena saya mau besuk, jadi adorasinya di RKZ.

Meskipun Rosario Yesus itu hilang, tapi saya nggak putus berdoa. Karena sebelum rosario itu hilang, anak saya nomer dua membawa oleh-oleh rosario Yesus dari Tumpang.

Jadi baru Senin ke tiga saya ke Puspita. Setelah saya tanyakan ke petugasnya, ternyata nggak ada rosario itu. Lalu saya berdoa: “Mudah-mudahan orang yang menemukan rosario Yesus ini juga mau memakainya untuk berdoa.”

Hari Kamis setelah selesai persekutuan, salah seorang anggota KPI TL (X) bilang: “Tik, pada saat hening di doa safaat, aku disuruh memberikan Rosario Yesus pada kamu. Rosario itu tidak ada gunanya di tanganku, karena tidak pernah aku pakai untuk doa.” 

Saya betul-betul kaget karena rosario yang hilang itu persis sama dengan punya X, Cuma salibnya lebih bagus dari pada punya saya. Rosario yang hilang itu saya taruh di plastik klip, tapi sekarang saya juga dibonusi Tuhan dengan tempatnya yang sungguh bagus.”

(Sumber Warta KPI TL No. 51/VII/2008).

Kita tidak tahu
bagaimana sebenarnya harus berdoa;
tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
(Rm 6:26)

Masuklah Dalam Pesta Sang Raja

Di dalam kehidupan ini tidak ada segala suatu kejadian yang kebetulan. Di mana kita berada di zona kenyamanan/keterbatasan (diberkati/tidak diberkati) - semuanya disayang Tuhan. 

Karena Tuhan melihat setiap kita berbeda satu dengan yang lain, manusia itu unik di hadapan Tuhan.

Ketika orang percaya diberikan kelimpahan dengan tidak ada syaratnya (memiliki semuanya semakin berkembang/makmur) - justru saat-saat seperti itulah zona yang paling berbahaya di dalam kehidupannya. Kalau kita tidak bisa menguasai, seringkali kita diperhamba oleh apa yang kita punyai. Misalnya: uang. 

Sebenarnya uang tidak punya kuasa, yang punya kuasa adalah orang yang memiliki uang. Tetapi kenyataannya adalah uang yang punya kuasa sehingga semuanya dapat dibeli ... (jabatan, kekuasan, termasuk orang).

Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka ... lebih menuruti hawa nafsunya daripada menuruti Allah (2 Tim 3:2-4).

Pada saat-saat kita mengalami keterbatasan/tidak punya apa-apa/serba kekurangan, biasanya kita bergantung sepenuhnya pada kemurahan Tuhan. Dan seringkali hidup kita lebih aman karena kita tidak memikirkan hal-hal yang bisa membuat kita bisa murtad di hadapan Allah.

Tuhan bisa membuat rancangan Iblis yang jahat menjadi kebaikan bagi kehidupan kita

Misalnya: Ayub. Meskipun dia diberkati secara luar biasa hatinya tidak sombong (saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan). 

Demikan pula ketika mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan (kehilangan anak-anaknya dan kekayaannya; mengalami sakit barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya), dia tidak kepahitan luar biasa. 

Karena dia mampu menjadikan Tuhan sebagai Raja di dalam kehidupannya, sikap hatinya tidak berubah sehingga dia mempunyai hikmat kebijaksanaan dan dapat menyikapi masalahnya secara benar.

Zona yang paling berbahaya bagi orang rohaniawan bukan ketika dia berada di kaki gunung, tetapi ketika dia berada di puncak gunung. Bukan ketika pada waktu dia baru belajar untuk mengenal suara Tuhan, tetapi ketika dia merasa Tuhan bicara dan dia mampu mendengarkan suara Tuhan. Hal ini diperlukan discerment (pembedaan roh). Karena yang paling sulit dibedakan adalah suara Tuhan dan suara diri sendiri. 

Mendengar suara Tuhan bukan hal yang istimewa. Kalau suara setan gampang dibedakan karena selalu membawa ketidak nyamanan/membawa dosa di dalam kehidupan kita.

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku (Yoh 10:27).

Seringkali anak Allah/orang percaya sikap hatinya tidak berhati-hati, terlena dengan statusnya dan tanpa sadar mereka menyalah gunaan rahmat yang Tuhan berikan. Jika sikap mereka tidak pernah berubah, maka kelak ketika Yesus datang sebagai Raja dan memerintah; mereka masih membuat pesta yang lain dan tidak ikut di dalam pesta Sang Raja, maka mereka akan kehilangan anugerah/apa pun yang dipunyai dalam sekejab dan terbuang dari dalam Kerajaan Sorga.

- Pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya. 

Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: “Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba...makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia (Luk 12:42-46).

- Pada waktu Maria mengurapi kaki Yesus, sebenarnya Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai raja (Yoh 12:1-8; Bdk. Kid 1:12). 

Sebagai murid, Yudas Iskariot sering mencuri uang gurunya yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Ia berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” ~ Hatinya sudah sarat dengan kejahatan/kemerdekaan. Ketika bertemu Yesus bukan lagi sebagai guru tapi raja, sikapnya tidak pernah berubah. Padahal yang dia hadapi berbeda; ucapan yang ke luar dari mulut itu lambang hatinya. 

Yesus masih memberi kesempatan padanya saat perjamuan malam terakhir, tetapi hatinya bebal meskipun sudah ditegur Tuhan (“Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot). Sesudah menerima roti itu, ia ke luar dan kerasukan Iblis ~ dia sikapnya tidak berubah, tidak melakukan penyangkalan diri (Yoh 13:21-30).

- Anak sulung dalam perumpamaan anak yang hilang adalah tipe orang yang setia secara manusiawi/jasmani (Luk 15:11-32).

Ketika bapanya membuat pesta untuk adiknya yang telah kembali dengan sehat, marahlah si sulung. Dia tidak mau masuk ke dalam pesta itu karena telah bertahun-tahun dia melayani bapanya belum pernah melanggar perintah tetapi belum pernah bapanya memberikan seekor lembu untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya. Lalu bapanya keluar dan berbicara dengan dia (membujuk/menasehati).

Ketika Tuhan memberikan karunia pandai berbicara, di sorga berpesta dan Raja berkata: “Luar biasa hari ini Aku punya anak-anak yang bisa menjadi marketing sorgawi.” 

Kalau tidak berhati-hati, kita bisa pesta sendiri dengan tipu sana sini.

Ketika Tuhan memberkati kita dengan mengirimkan jiwa-jiwa di tengah pelayanan kita ~ terjadi begitu banyak jiwa-jiwa baru yang bertobat dan diselamatkan.

Pada saat itu Bapa di sorga berpesta dan berkata: “Yesus luar biasa, pengorbanan-Mu tidak sia-sia, jiwa-jiwa ditambahkan. Mereka bertobat dan menerima Engkau.” 


Kalau tidak berhati-hati, kita sebagai anggota gereja akan membuat pesta sendiri dan berkata: “Luar biasa, banyak umat datang, anggotanya ditambahkan. Wow ... jumlah kita hari lepas hari makin besar. Kita punya komunitas makin besar.”

Ketika Tuhan mengangkat orang-orang yang pas sebagai pelayan-pelayan-Nya, di sorga berpesta dan Raja berkata: “Haleluya ... luar biasa Aku punya pelayan-pelayan yang siap membawa kabar baik, siap melayani anak-anak-Ku dan domba-domba-Ku di muka bumi pasti terpelihara.”

Kalau tidak berhati-hati, kita akan membuat pesta sendiri dan menerima penghormatan dari orang lain yang berkata: “Wow ... dia hamba Tuhan yang luar biasa.” ~ sikap hati kita lama-lama hanya berfokus pada diri kita bukan kepada Tuhan ... lama-lama kita menjadi seperti raja.

Ketika Tuhan memberikan urapan yang luar biasa, di sorga berpesta dan Raja berkata: “Wow ... hari ini seseorang telah Aku urapi, dia merupakan Aku yang luar biasa. Sekarang Injil bisa diberitakan di mana-mana dengan kuasa yang Aku berikan kepadanya secara luar biasa.”

Kalau tidak berhati-hati, kita akan membuat pesta sendiri dan berkata: “Sekarang aku terkenal, kalau bukan aku ...”

Ketika semakin hari semakin kaya/memiliki segala-galanya karena usaha/pekerjaan kita diberkati.

Maka di sorga berpesta dan Raja berkata: “Luar biasa hai penghuni sorga, hari ini kita punya bendahara baru di muka bumi. Orang itu dalam tubuh Kristus, sebagai tangan yang memberi.” 

Kalau tidak berhati-hati, kita akan membuat pesta sendiri dan berkata: “Wow ... luar biasa, Tuhan memberkati saya. Ini bisa dipakai untuk warisan tujuh keturunan.” atau “Enak aja orang itu, wong saya susah setengah mati carinya kok harus diberikan pada orang lain.” 

Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi. Supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa seluruh penduduk bumi ini (Luk 21: 34-35).

Jika kita ingin me-Raja-kan Yesus dalam kehidupan kita, jangan kita membuat pesta pora sendiri.

Langkahnya:

1. Masuk ke dalam diri kita, lihat kelemahan/kelebihan kita yang paling besar. Semua orang percaya harus tahu jebakan apa yang Iblis sediakan - biasanya kita didorong dikelebihan kita, sesudah berada di puncak, kita dijatuhkan di kelemahan kita.

Perjalanan paling jauh bagi seorang peziaraah bukan di muka bumi, tapi masuk ke dalam dirinya sendiri dan tidak akan pernah selesai-selesai.

 (Baca juga: Ziarah ke pulau Puri Batin).

2. Jaga sikap hati. Disposisi hati selalu dijaga dan dibenahi.

3. Refleksikan seluruh kehidupan setiap malam sebelum tidur.

Marilah kita belajar dari Ratu Wasti (Est 1):

Raja Ahasyweros mengadakan perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya selama seratus delapan puluh hari. Dia memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak. 

Perjamuan itu dilanjutkan tujuh hari lagi bagi seluruh rakyatnya, orang besar sampai kepada orang kecil ~ lambang Allah yang juga suka memamerkan mempelainya

Misalnya: Ayub (Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. – Ayb 1:8).

Minuman yang dihidangkan dalam piala emas yang beraneka warna, dan anggurnya ialah anggur minuman raja yang berlimpah-limpah, sebagaimana layak bagi raja ~ minuman raja disediakan bagi rakyat berlimpah-limpah.

Adapun aturan minum ialah: supaya mereka berbuat menurut keinginan tiap-tiap orang, tiada dengan paksa.

Menurut sejarawan rohani Yunani Herodatus, raja Ahasyweros adalah seorang yang dalam segi fisik okey (berpawakan tinggi, ganteng), pintar berperang, playboy dan pencemburu.

Ratu Wasti menolak apa yang diinginkan raja, padahal permintaan itu sangat sederhana, yaitu: sang ratu diminta menghadap sang raja dengan memakai mahkota kerajaan untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar. Mengapa dia menolak? Sehingga karena kebodohannya dia kehilangan mahkotanya! 

Dengan alasan tiada paksa maka ratu Wasti menolaknya, karena ratu berpesta sendiri, tidak masuk dalam pesta Sang Raja

Dia terlena dengan statusnya sehingga lupa berbicara dengan siapa; dia tidak menyadari bahwa yang memanggilnya adalah suaminya yang sebagai raja. 

Marilah kita masuk dalam visi misi yang Tuhan mau lakukan dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat masuk ke dalam pesta yang sama dengan pestanya Sang Raja. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008; Renungan KPI TL Tgl TL 5 Jni 2008, Dra Yovita Baskoro, MM)

Menabung keintiman

Di dalam Kerajaan Sorga kurang lebih sama dengan kerajaan di dunia - siapa yang kita kenal, dialah yang dapat mengubah nasib kita; jika kita tidak kenal maka lewat prosedur biasa. 

Seringkali kita meloby orang sampai ke ujung dunia untuk mendapatkan beberapa berkat dunia, tetapi kita lupa meloby penguasa di atas segala penguasa yang mampu menyelesaikan begitu banyak masalah yang secara manusia orang berkata ini tidak mungkin bisa selesai.

Kamu menganggap mustahil ... bagi Allah tidak ada yang mustahil. Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunung-Ku menjadi berkat Aku akan menurunkan hujan pada waktunya (Kis 26:8; Luk 1:37; Yeh 34:26).

Ada banyak keluarga/orang tua yang terlalu mem-back up (membantu dari belakang) dan memotivasi anak-anaknya sedari kecil untuk selalu menjadi yang terbaik ... 

Sehingga rasa sayang yang keliru ini, tanpa mereka sadari akan menjadikan generasi yang sangat rapuh, tidak memiliki kekuatan dan ketahanan; kurang tahu etiket, kurang tahu bagaimana caranya bersikap/berbicara dengan orang tua; lebih banyak menggunakan logikanya daripada hatinya; mereka terlalu mengandalkan apa yang dimiliki orang tuanya ~ itu bahaya sekali. 

Akhirnya mereka kurang mengenal arti sebuah kegagalan/kekecewaan. Kalau hal itu terjadi, maka kita akan menuai ketika mereka sudah menjadi orang. 

Misalnya: ketika berumah tangga ~ tidak tahan dalam kehidupan rumah tangganya sehingga akhirnya minta cerai; kalau sudah bekerja akan ditolak orang dll.

Maka dari itu marilah kita hidup dalam doa yang sehat, doa yang penuh cinta bukan karena kewajiban, demikian juga dalam membaca firman Tuhan bukan banyaknya yang dibaca tapi harus dikunyah-kunyah. 

Caranya

1. Baca Kitab Suci semuanya - ngerti nggak ngerti baca saja. 

2. Ulangi baca lagi firman Tuhan sambil dikunyah-kunyah (lectio devina) sampai tutup mata. 

3. Lakukanlah firman Tuhan itu dengan segenap hati; lakukanlah semuanya hanya karena Tuhan, sehingga orang akan melihat bahwa “orang itu luar biasa, siapa Allah yang dia sembah (orang bisa melihat Yesus dalam kehidupan kita, bukan orang melihat yang lain).

Ada orang yang menjalin relasi yang intim dengan Tuhan, sehingga mereka mempunyai tempat yang khusus di hati Tuhan ~ menjadi sahabat Tuhan dan dipakai Tuhan sebagai perantara bagi orang lain.

- Tuhan begitu murka terhadap sahabat-sahabat Ayub. Dan Tuhan meminta sahabat-sahabat Ayub untuk datang ke Ayub untuk mendoakan mereka serta mempersembahkan korban bakaran agar mereka tidak dianiaya. Hanya permintaan Ayublah yang diterimanya (Ayb 42:7-8).

- Abraham sahabat Allah. Karena itu Allah tidak menyembunyikan apa yang hendak dilakukan-Nya. 

Meskipun demikian Abraham menghormati otoritas sahabatnya, sehingga ia tahu batas dalam hal meminta (tidak mendikte): “Bagaimana sekiranya ada 50 ... 45 ... 30 ... 20 ... 10 ... orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkan Engkau mengampuninya karena ...” (Yak 2:23; Kej 18:16-33).

- Pada masa bangsa Israel berdosa begitu besar, sudah mencapai puncaknya (menyembah banyak berhala/berzinah dalam roh), Tuhan mencurahkan amarahnya. Meskipun ada tiga tokoh orang benar (Nuh, Daniel dan Ayub) bersama-sama mendoakan di tengah-tengah bangsa Israel, mereka tidak dapat menyelamatkan bangsa Israel; mereka hanya dapat menyelamatkan diri mereka sendiri (Yeh 14:14,20).

Ada tiga langkah untuk menjadi orang yang benar di dalam Tuhan (Za 3:6-7):

1. Apa pun yang ditugaskan kepada kita, kerjakan dengan baik.

2. Pelataran itu akan diberikan kepadamu, kalau kita bisa melakukan langkah yang pertama (bdk Mzm 84:11).

3. Kalau kita sudah di langkah yang ke dua, Tuhan akan mengizinkan kita masuk berdiri di antara orang-orang yang melayani Dia.

Proses ke tiga ini seperti jungkat-jungkit. Pada waktu masuk pertama: senang sekali masih bersemangat (naik); pada waktu begitu banyak godaan: kering (turun), di sinilah kita diuji. Jika kita dapat melakukan langkah-langkah di atas, akan memberikan dampak yang luar biasa di dalam kehidupan kita.

Marilah kita belajar pada Ester (Est 3-7):

Haman ~ Meskipun sudah diberkati secara luar biasa, dikarunia kebesaran dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda, tetapi Haman masih merasa kurang

Ketika Mordekhai tidak mau berlutut dan tidak sujud kepada Haman, maka dia berikhtiar memusnahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai, di seluruh kerajaan Ahasyweros. 

Ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh Mordekhai saja. Dia membuat seribu satu cara mendekati raja. Sehingga dia diberi kekuasaan penuh untuk membuat surat dengan redaksi dia sendiri dan dicap cincin meterai raja. 

Semua peraturan yang sudah dimeteraikan cincin raja tidak bisa dibatalkan apa pun alasannya. Karena kesombongannyalah, maka ia menyalah gunakan kekuasaannya.

Raja Ahasyweros tidak dapat melihat bau hati Haman, dia tidak tahu ada apa dibalik keinginan Haman untuk memberantas bangsa Yahudi.

Mordekhai ~ Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian ke luar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. 

Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja ... ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya. 

Maka Ester memanggil Hatah untuk menanyakan dan mengetahui apa arti dan sebabnya Mordekhai melakukan hal itu. 

Lalu Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan Haman ... sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. Juga salinan surat undang-undang yang dikeluarkan di Susan untuk memusnahkan mereka itu. 

Ester ~ Melalui Hatah, Mordekhai menyampaikan pesan kepada Ester ‘supaya Ester pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda.’ Mula-mula Ester menolak (tidak berani membayar harga untuk sebuah kebenaran) karena sudah tiga puluh hari dia tidak dipanggil menghadap raja. 

Bagi setiap orang yang menghadap raja di pelataran dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup.

Jawaban Mordekhai sungguh luar biasa: “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan luput dari semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”

Sebelum Ester menghadap raja, dia mohon semua orang Yahudi dan dayang-dayangnya berpuasa untuk dia selama tiga hari lamanya, tidak makan dan tidak minum.

Demikian pula Ester mempersiapkan hatinya sedemikian rupa dengan berpuasa selama tiga hari lamanya.

Pada hari ketiga Ester mengenakan pakaian ratu ... Ketika raja melihat Ester, sang ratu ..., berkenanlah raja kepadanya ~ itulah hasil persiapan yang luar biasa; dia ambil posisi di mana dia harus bersikap seperti itu. 

Tanya raja kepadanya: “Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan kuberikan kepadamu.”

Jawab Ester: “Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja.” ~ Ester tahu caranya meminta, dia memintanya di dalam keintiman (hubungan relasi yang sangat akrab). Dia menjalin dulu relasi yang intim dengan mengundang raja makan dan minum untuk mengetahui isi hati rajanya.

Ketika dalam perjamuan raja bertanya kepada Ester: “Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.”

Jawab Ester: “Permintaan dan keinginan hamba ialah: Jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja.” ~ dari permulaan Ester sudah memelihara sikap hatinya dengan benar, tidak ada keserakahan dalam hatinya.

Pada malam itu raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ di dapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan rencana Bigtan dan Teresh, dua sida-sida raja telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros karena sakit hati (Est 2:21).

Ketika raja memanggil Haman, bertanyalah raja padanya: “Apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya?”

Kata Haman dalam hatinya: “Kepada siapa lagi raja berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?” Oleh karena itu Haman menjawab kepada raja: “Mengenai orang yang raja berkenan menghormatinya, hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota kerajaan di kepalanya, kemudian hendaklah ia diarak dengan mengendarai kuda itu melalui lapangan kota sedang orang berseru-seru di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!”

Maka titah raja kepada Haman: “Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukanlah demikian kepada Mordekhai ... Sepatah kata pun janganlah kaulalaikan dari pada yang kaukatakan itu.” ~ Meskipun Haman menutup berkat yang disediakan Tuhan buat Mordekhai, Haman tidak bisa menghambatnya. Hanya waktunya yang agak panjang sedikit.

Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun (Why 3:8).

Pada hari kedua sang ratu Ester menjamu raja dan Haman. Bertanyalah raja pada Ester: “Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.”

Jawab Ester, sang ratu: “Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba.” ~ ada strategi di dalam bicara, Ester tidak mendikte raja Ahasyweros. 

Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: “Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?”

Jawab Ester: “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!” 

Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya ... dan keluar ke taman istana. 

Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur ... melihat Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Maka titah raja: “Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri” ~ Haman hanya minta belas kasihan pada sang ratu, tapi disangka raja... 

Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai ~ kekuasaan yang disalah gunakan itu akhirnya menjadi bumerang.

Undang-undang pertama yang sudah dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat dibatalkan ~ bahwa waktu fajar bulan Paskah Yahudi, semua bangsa Yahudi harus dipunahkan, dibunuh, dibinasakan dan harta miliknya juga dirampas. 

Tetapi berkat keintiman seorang ratu dengan seorang raja, maka hati raja tersentuh dan undang-undang kedua itu muncul, menetralisir undang-undang yang pertama ~ mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh, atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya pada hari yang sama (waktu fajar bulan Paskah Yahudi).

Demikian juga dengan firman. Jika Tuhan telah berfirman, firman itu seperti peluru kendali yang diluncurkan, nggak mungkin kembali, dia harus mencapai sasaran yang dituju (Yes 55:11; Mat 5:117-8).

Marilah kita menabung keintiman dengan Tuhan dengan cara menerima/mengalami Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi, sehingga kita bisa menangkap ketika Tuhan berbicara.

Jika kita memiliki relasi yang intim dengan Tuhankita bisa hidup meggunakan hati kita.

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008; Renungan KPI TL Tgl 26 Juni 2008 ; 3 Juli 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).

Memerlukan Kekuatan Baru

Tenaga atau kekuatan adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap makhluk hidup untuk dapat melangsungkan kehidupannya


Misalnya: 

Tumbuh-tumbuhan mempunyai kekuatan yang menunjang pertumbuhannya, pohon yang semakin besar akan ditunjang oleh akar-akarnya yang semakin besar dan kuat. 

Manusia dapat berdiri dan berjalan karena dilengkapi dengan kaki serta sistem kekuatan dari dalam tubuhnya yang mampu mengeluarkan tenaga. Kalau kesehatan tubuhnya terganggu, maka kekuatan fisiknya menjadi menurun sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

Kehidupan manusia secara jasmani selalu ditunjang dengan keadaan fisiknya. Kekuatan fisik dan kondisi kesehatan (stamina), sangat tergantung pada makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Nilai gizi makanan yang baik akan menjadikan tubuhnya selalu sehat dan prima. 

Sebaliknya dengan nilai gizi yang kurang, dapat membuat kesehatan tubuh menjadi menurun.

Di balik kehidupan manusia secara jasmani (yang dapat dilihat oleh mata), manusia mengenal adanya kehidupan rohaniah (yang tidak tampak oleh mata). 

Oleh karena itu, selain memperhatikan kehidupan jasmani, manusia perlu memperhatikan kebutuhan rohaninya. Keseimbangan dalam memperhatikan dua kehidupan itu sangat diperlukan oleh setiap manusia.

Kekuatan yang dapat menunjang nilai rohani adalah nilai iman kepada Tuhan

Pembentukan iman selalu bersumber pada firman Tuhan dan tidak ada sumber lain yang dapat memperkuat iman. 

Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan ... Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis (Ef 6:10-11)

Kehidupan rohani yang tidak pernah diberi makan tentunya tidak memiliki kekuatan yang dapat menunjangnya untuk berdiri, dan setiap saat dapat terjatuh apabila menghadapi tantangan dan pencobaan yang datang secara tiba-tiba.

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008; Hidup yang Berarti, Agus Soehono).


Memikat Hati Raja

Di dalam setiap peristiwa kehidupan, di sana Tuhan hadir dan mendidik kita. Akan tetapi tidak semua orang Kristen mempunyai roh yang mau diajar.

Jika kita mendengar/membaca firman Tuhan ... mempunyai teacheble spirit (roh yang mau diajar) lalu bertobat, maka kita akan menjadi favoritnya Roh Kudus ~ hatinya cukup baik untuk persemaian benih firman Tuhan di dalam kehidupannya, punya harapan besar diubah kehidupannya (Mat 13:1-23).

- Ketika Yesus berumur dua belas tahun berada di Bait Allah. Meskipun Yesus adalah Allah (pencipta), ketika disuruh pulang oleh orang tua jasmani-Nya (ciptaan), Dia mengerti dan masih tunduk pada orang tua-Nya, sehingga Yesus makin dikasihi Allah dan manusia (Luk 2:40, 51-52).

- Bunda Maria mendapatkan kemurahan yang sangat tinggi dan sangat diberkati (Alkitab Inggris: high favour - Luk 1:28).

- Meskipun dosa-dosa Daud dahsyat, dia dapat memikat Raja... karena dia mempunyai roh yang mau diajar, selalu menyadari kesalahannya dan bertobat.

Orang yang sudah mencapai kesalehan seperti Ayub sekalipun, masih juga tidak kenal Tuhan secara pribadi (Ayb 42:5 – Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, ...).

Cara mengenal Allah, ada jenjang prosesnya (2 Ptr 1:5-11):

1. Harus mempunyai iman 

- Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6).

- Jika iman itu tidak sertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati (Yak 2:17).

2. Kebajikan (lih. Kebajikan)

3. Pengetahuan ~ orang mempunyai pengetahuan, gampang jatuh dalam dosa kesombongan (1 Kor 8:1).

4. Penguasaan diri. Sekalipun kita mengerti banyak, tetapi kita tidak langsung berkomentar/menghakimi.

5. Ketekunan

6. Kesetiaan

7. Kesalehan

8. Kasih akan sesama

9. Kasih akan semua orang

Marilah kita belajar dari Ester (Est 2)

Gadis-gadis yang elok rupanya dikumpulkan di dalam benteng Susan, di balai perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja penjaga perempuan.

Cara seleksi calon ratu: Ditreatment selama setahun; dicoba satu malam tidur sama raja. 

Jika sudah masuk seleksi dan servis kurang memuaskan, tidak dipilih menjadi ratu, seumur hidup dia hanya menjadi selir. 

Jika raja ingat dia dipanggil, jika raja tidak ingat dia merana seumur hidup dan menjadi bagiannya sida-sida, tidak boleh kawin.

Sida-sida raja dalam Kitab Suci: orang laki-laki yang sudah dikebiri, sudah tidak punya hawa nafsu lagi, boleh pergi ke putren. 

Hegai yang mengajar gadis-gadis untuk boleh memikat hati raja, menyenangkan raja, karena dia tahu kesukaan raja. (Dalam PB, Hegai lambang Roh Kudus, tahu keinginan Bapa di sorga - Rm 8:26).

Ester menjadi favorit Hegai, karena dia mempunyai teacheble spirit (roh yang mau diajar/roh yang taat); dia tipe orang yang tahu betul bagaimana memberikan hormat pada orang yang ditugaskan untuk mendidik dia.

- Ketika Ester mendapat giliran masuk menghadap raja, ia tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan Hegai (Est 2:15).

- Meskipun sudah menjadi ratu, Ester tidak memberitahukan asal usul kebangsaannya seperti yang diperintahkan kepadanya oleh Mordekhai ... seperti pada waktu ia masih dalam asuhannya (Est 2:20; 2:10).

Ketika Hegai melihat Ester, dia jatuh hati padanya, merasa cocok, bukan jatuh cinta. Karena dia melihat Ester memiliki roh penundukkan diri/penguasaan diri, pribadi yang mudah diajari dan mudah dibentuk (gadis itu sangat baik pada pandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya). 

Inner beauty (kecantikan batiniah) inilah yang membuat Ester sudah mendapatkan perlakuan yang istimewa dari Hegai sejak permulaan, yang lain belum di treatment, dia sudah di treatment duluan karena mendapat kemurahan (Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga tujuh orang dayag-dayang yang terpilih ... kemudian memindahkan mereka ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan – Est 2:9)

Beauty treatment terdiri dari (Est 2:12):

- Enam bulan pertama: diberi mur untuk mengeluarkan racun-racun di dalam tubuhnya; diberikan juga special food (bukan makanan enak-enak, tapi makanan yang sehat yang tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap).

- Enam bulan kemudian: setiap hari memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan. Kemungkinan seperti di sauna, sehingga baunya meresap ke dalam pori-pori kulit.

Sampai sekarang pun orang-orang yang kaya/orang-orang kerajaaan di Timur Tengah masih memakai cara seperti di atas agar semuanya bau wangi. 

Termasuk pakaian yang akan mereka pakai (pakaian dibentangkan, dibawahnya diberi uap parfum sampai meresap di dalam pori-pori pakaian). Sehingga ketika mereka meninggalkan suatu tempat (sudah pergi), baunya masih tertinggal.

Banyak orang yang ingin memikat hati Tuhan, tetapi ketika mau diproses, mereka suka mengeluh “kapan selesainya Tuhan?”

Memang proses ini sangat melelahkan, sehingga kita sering jatuh bangun dalam melakukannya.

Marilah berjuang mempersiapkan kehidupan kita, agar kita layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Dengan mengikuti saran Roh Kudus, membuang semua racun-racun kesombongan, kedagingan, kenajisan dosa. Sehingga kita boleh hadir di hadapan-Nya dengan wangi-wangian yang menyenangkan hati Raja.

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008; Renungan KPI TL Tgl TL 17 Juli 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).

Menjaga Sikap Hati



Meskipun usia Uzia sangat muda (16 th), ia mengawali pemerintahannya secara luar biasa (segala usahanya berhasil). 


Ia mencari Allah dan melakukan apa yang benar di mata Tuhan berkat pembimbing rohaninya (Zakharia), yang mengajarkan supaya takut akan Allah. 

Uzia berhasil bukan karena kekuatannya, tetapi karena ia ditolong dengan ajaib oleh Tuhan.

Setelah ia menjadi kuat, sikap hatinya berubah, menjadi sombong ~ ia melakukan hal yang merusak. Sehingga ia menyeberangi garis yang telah ditetapkan Tuhan di dalam kehidupannya. 

Kesombongannya berkata: “Jika aku berhasil dalam memerintah sebagai raja, aku juga berhak untuk melakukan tugas kewajiban seorang imam.” ~ inilah kesombongan yang luar biasa yang berakibat fatal dalam kehidupannya.

Akhirnya dia diperingatkan imam Azarya bersama-sama delapan puluh imam Tuhan, orang-orang yang tegas: “Hai Uzia, engkau tidak berhak ... Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari Tuhan karena hal ini.”

Ketika kesombongannya tidak terlampiaskan, amarahnya meluap ... akibatnya muncul kusta pada dahi ... sampai kepada hari matinya (2 Taw 26:1-23).

Ini suatu pelajaran bagi kita.

Bahwa siapa pun kita, berapa pun usia kita, seberapa kecil kemampuan kita tapi jika Tuhan beserta kita, maka kita akan menjadi orang yang lebih dari seorang pemenang.

Kalau Tuhan memanggil kita/memberikan banyak talenta, bukan karena kita layak/pantas tapi semuanya itu semata-mata karena kasih karunia Tuhan.

Kalau sampai hari ini kita ada dan menjadi kuat dengan persoalan yang kita miliki bukan karena jasa/kesanggupan kita melainkan karena pertolongan yang ajaib dari Tuhan.

Pada waktu kita belum punya apa-apa/biasa-biasa saja bisa melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan. Dihina orang diam, karena memang nggak punya apa-apa. 

Tapi pada saat sudah mempunyai segala-galanya (kuasa/jabatan), dihina orang dan marah, maka timbullah kusta di dalam hati sehingga damai sejahtera hilang dalam kehidupan kita

Waspadalah! Dan ingatlah! Bahwa yang kita terima itu semata-mata karena kasih karunia Allah. Ceklah hati kita, apakah jalan kita sudah menyimpang dari jalan-Nya sehingga Tuhan mengingatkan kita melalui sesama kita.

Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Ams 27:17)

Ada dua katagori orang mencari Tuhan:

1. Sikap hati (Luk 18:9-14).

Doa orang Farisi: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” ~ selalu merasa lebih baik dari pada orang lain, gampang menghakimi.

Pemungut cukai tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berdoa: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa.”

2. Motivasi

Mencari apa yang Allah punya/berkat-berkatnya.

Rajin berdoa/pelayanan, agar Tuhan memberkatinya ~ kalau Tuhan mengizinkan kitab Wahyu digenapi (Why 13:16-17), orang model begini akan menderita karena tidak bisa membeli atau menjual. Sehingga dia menjual anugerah keselamatan dan tidak akan tiba di garis akhir.

Kalau kita tidak memurnikan motivasi kita mencari Tuhan, waktu semuanya itu hilang dalam kehidupan kita, kita belum tentu bisa cari Tuhan.

Mencari pribadi Allah, maka apa yang Allah punya akan dicurahkan dalam kehidupan kita. Caranya: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).” 

Kalau kita mampu memberikan yang terbaik bagi Tuhan, Tuhan akan menuntun setiap kehidupan kita.

Yang Kuhendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (Mat 9:13; Rm 3:28)

Marilah kita belajar dari Ester (Est 2):

Semua gadis pilihan dikumpulkan dan dirawat sedemikian rupa selama 12 bulan (enam bulan memakai minyak mur, enam bulan lagi memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan) sampai dia dianggap layak menghadap raja Ahasyweros 


» lambang Yesus sebagai Raja akan memilih dan mempersiapkan setiap kita untuk menjadi mempelainya

Tuhan memurnikan kembali kehidupan kita, ketika kita bertobat dan mengakui kesalahan kita ... Tuhan menguduskan kita, sehingga nasib kita berubah.


Apa rahasianya sehingga Ester dikasihi raja Ahasyweros lebih dari semua gadis lain? Karena Ester taat apa yang dikatakan Hegai (tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan) 

» mempunyai sikap hati yang benar di hadapan Tuhan akan menimbulkan kasih pada semua orang yang melihatnya.

Mengapa gadis-gadis yang lain gagal? karena mereka bangga dipilih sehingga lupa mempersiapkan hatinya.

Marilah kita menjaga sikap hati kita, pada waktu masih biasa-biasa saja. Sehingga pada saat diberkati kita tidak lupa diri.

(Sumber: Warta KPI TL No. 51/VII/2008 » Renungan KPI TL Tgl 12 Juni 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).

Rancangan Tuhan Sungguh Indah

X, anak keempat saya waktu SMP di Petra mengambil ekskur elektro. Setelah dia di SMA Santa Maria bingung memilih ekskurnya, karena elektro tidak ada.

Akhirnya ... atas anjuran saya dia memilih ekskur robotik. Ternyata ekskur itu tidak ada hubungannya dengan elektro, dan dia mau pindah ekskur lain tapi tidak diperbolehkan pindah.

Beberapa waktu yang lalu sepulang sekolah dia bilang kalau disuruh oleh gurunya ikut lomba robotik yang diadakan oleh Universitas Petra. Karena dalam lomba di sekolah dia menang 10 x.

Katanya: “Soalnya untuk menjatuhkan robot lawan, X menggunakan kekuatan ekor, jalannya bisa agak jauh sedangkan kawan-kawanku menggunakan kekuatan badan, jadi jaraknya harus dekat.”

Lomba tersebut diadakan hari Sabtu dan Minggu. Karena hari Minggu kami tidak ada sopir, maka X menginap di rumah temannya. Sebelum berangkat, saya memberi uang jajan lima puluh ribu.

Waktu hari Sabtunya saya sms tapi kok nggak ada jawaban. Pikir saya nggak ada berita ... ya, sudah. Lalu saya berdoa: “Tuhan berilah hikmat dan tuntunan-Mu mulai dari awal merakit sampai pada saat dia menjalankan. Mereka pantas menjadi juara atau nggak itu urusan-Mu. Karena Engkau tahu apa yang terbaik untuk mereka. Seandainya Engkau ijinkan anak saya untuk menjadi juara, taruhlah kerendahan hati di hatinya.”

Baru sorenya X telpon memberitahu kalau lolos masuk ¼ final. Saya menasehatinya: “Jangan lupa sebelum berangkat berdoa dulu, minta penyertaan Tuhan, biar Roh Kudus yang bekerja. Kalau kamu menemui kesulitan berdoalah ‘Roh Kudus bimbing aku, tuntun aku, apa yang harus aku lakukan.”

Hari Minggunya saya sms lagi, tapi nggak ada jawaban lagi. Namun ada bel rumah. Saya langsung ke luar melihat siapa yang datang, ternyata kawannya turun dulu dan saya tanyai: “Bagaimana?” Jawabnya: “Tante, ternyata juara satu.”

Saya langsung bersyukur pada Tuhan dan menyucapkan selamat pada kawannya tersebut.

Anak saya masuk dan bilang: “Ma, pialanya dapat dua, yang satu bergilir, yang satu piala tetap dan mendapatkan uang satu setengah juta dibagi dua dan dipotong 5%. Tapi ada satu hal yang sungguh menggembirakan. meskipun aku masih kelas satu SMA tapi sudah diregistrasi oleh Universitas Petra kalau aku mau masuk elektro, satu semester bebas bayar ...” Lalu saya menyela ceritanya: “Sudah bersyukur?”

Jawabnya sambil melanjutkan ceritanya: “Sudah ma. Setelah diumumkan juaranya, MC nya menunjuk beberapa orang dan mengadakan lomba kere. Aku nggak ngerti kere itu apa artinya. Masing-masing anak yang ditunjuk itu disuruh mengeluarkan uangnya dari dompet. Ada yang mengeluarkan Rp 279.000, Rp 165.000 ... pokoknya yang lain banyak-banyak. Lalu aku keluarkan uang bukan dari dompet tapi langsung dari saku (karena dua minggu yang lalu kehilangan dompet), uang ribuan enam. MC nya bilang: ‘Aduh nggak mentolo ngitung ... uangnya tinggal segini.’ Mulailah MC nya menghitung ... seratus ribu ... enam ratus ribu ... tapi nolnya yang dua ngglundung.” Karena anak saya yang paling kere mendapat voucher lima puluh ribu dan makan gratis di G Walk.

(Sumber: Warta KPI TL No. 50/VI/2008).

Rabu, 18 November 2015

Hati yang baru



Kadangkala kita melihat Allah itu sepertinya tidak adil di dalam kehidupan kita.

Misalnya: 


Ada orang yang bekerja mulai pagi sampai sore dan ada orang yang hanya bekerja satu jam tapi upahnya sama, yaitu: 1 dinar. Yang bekerja mulai pagi sampai sore bersungut-sungut ... Iri hatikah engkau, karena Aku murah hati? (Mat 20:1-15).

Si bungsu hidupnya berfoya-foya, ketika dia menyadari kesalahannya dan balik pulang, bapanya mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 

Sedangkan anak yang sulung melayani bapanya dan tidak pernah melanggar perintah ... marah melihat perlakuan bapanya terhadap si bungsu. Karena di dalam melayani bapanya si sulung tidak mempunyai gelora cinta dan hatinya dipenuhi motivasi yang tidak murni, menginginkan fasilitas (Luk 15:11-32).

Aku tahu segala pekerjaanmu; baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Engkau tetap sabar dan menderita karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula, sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh (Why 2:2-5).

Marilah kita mengenal hati Bapa melalui Lea, Yakub dan Rahel (Kej 29:31-35)

Yakub melarikan diri ke Haran, karena Esau menaruh dendam padanya. Di sana Yakub jatuh cinta pada Rahel. Tetapi setelah bekerja selama tujuh tahun sesuai kesepakatan, Rahel tidak didapatkannya. 

Tetapi pada malam pengantin Laban menukar Rahel dengan Lea. Hal itu baru disadarinya pada pagi harinya. Inilah harga yang harus dibayar untuk penebusan dosa - “penipu bertemu dengan penipu”. 

Dari kisah ini kita dapat belajar:

1. Hukum tabur tuai


Yakub pernah menipu ayahnya, pura-pura menjadi Esau (Kej 27:19) » hanya sebentar; sekarangpun dia tertipu oleh Laban (Kej 29:23) » dia bayar harga seumur hidup. 



Apa saja yang kita alami dalam kehidupan ini, marilah kita refleksikan. Apakah kita juga pernah melakukan hal itu pada orang lain (Ef 5:15).


2. Dosa jasmani lebih ringan daripada dosa rohani

Dosa jasmani Yakub – menipu ayahnya, membayarnya sementara.

Dosa rohani Esau – memandang ringan hak kesulungan, menjualnya dengan semangkok sop kacang merah karena tak tahan lapar, membayarnya sampai kekal.

Hak kesulungan kita adalah anugerah keselamatan yang sudah diberikan Yesus, yaitu: keselamatan yang sudah ditaruh di kayu salib. 

Sekali kita dibaptis, meterai kekal itu tetap ada, tidak dapat dibatalkan. Jadi kalau seseorang meninggalkan Yesus karena tidak tahan menderita, maka dia menanggung dosa rohani.

Sepanjang hidupnya Lea perang urat syaraf terhadap Rahel (adiknya) untuk memperebutkan Yakub. Yang dikejar Lea hanya cinta suaminya, bukan Tuhan tapi Tuhan diperalatnya. Dia lupa bahwa hanya Tuhan saja yang punya kuasa mengubah hati manusia. Dia berusaha dengan kekuatan sendiri sehingga kecewa, tidak mendapatkan apa-apa sampai mati. 

Dia tidak pernah mengerti bahwa cinta tidak pernah bisa diperebutkan. Karena begitu orang mendapatkan cinta sejati maka ia langsung menutup matanya rapat-rapat, dan tidak mau melihat yang lainnya. 

Untuk mendapatkan cinta sejati, orang pun rela mati, seperti Yesus yang sangat mencintai manusia sehingga Dia rela mati untuk kita di atas kayu salib. Cinta sejati adalah seperti cinta Allah.

Perkawinan yang tidak didasarkan cinta hanya membuat hidup ini hambar. Karena dalam cinta ada pengorbanan, bisa mengalahkan segala-galanya.

Di sinilah ada keadilan Allah (Kej 29:31): Lea tidak dicintai, dibuka-nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul

Lea sangat tahu apa artinya anak laki-laki; setiap kali Tuhan memberi anak, fokusnya selalu pada suaminya.

Ruben » sesungguhnya Tuhan telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.

Simeon » sesungguhnya, Tuhan telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikannya pula anak ini kepadaku.

Lewi » sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya. Keyakinan pribadi tidak bisa merubah kenyataan.

Kesalahan terbesar yang dibuat Lea adalah sikap hatinya di hadapan Tuhan tidak benar sehingga kualitas yang dihasilkan tidak akan pernah baik, karena setiap Tuhan memberkati, dia tidak ingat Tuhan.

Yakub tidak pernah mau tinggal bermalam di kemah Lea, dia selalu bermalam di kemah Rahel karena:

1. Dia tidak pernah mencintai Lea, cintanya hanya pada Rahel.

2. Setiap kali melihat Lea, sakit hatinya timbul karena ingat bahwa ditipu oleh pamannya. Hukum tabur tuai berlaku dan dibayar sepanjang hidupnya.

Lea menukar buah dudidam yang didapatkan Ruben dengan upah Yakub tidur dengannya. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Yehuda (= pujian/ucapan syukur), maka ia berkata: “Sekali ini aku akan bersyukur kepada Tuhan.” 

» pada waktu Lea menyadari kesalahannya dan mengucap syukur, hatinya berpaut pada Tuhan, kelahiran anak ke 4 ini diberkati secara luar biasa oleh Tuhan karena hatinya mengarah pada-Nya

Karena dari Yehudalah lahir raja besar yang bernama Daud ... akhirnya lahirlah Yesus yang dikatakan singa dari Yehuda 

» sikap hati yang berbeda menghasilkan hati yang berbeda.

Meskipun Yusuf lahir dari Rahel yang dicintai Yakub, tetapi Yesus lahir dari keturunan Lea – Tuhan selalu menghargai yang pertama.

Kalau kita terus mengharapkan perhatian manusia dengan tujuan tertentu, kita akan salah sasaran, karena sampai mati pun kita akan kecewa. 

Sebab semua berkat yang Tuhan anugerahkan buat hidup kita tujuannya hanya satu yaitu membawa hati kita lebih melekat kepada Allah.

Kalau fokus hati kita hanya berpikir pekara duniawi saja (orang/dunia/materi/anggapan orang) dan bercita-cita mendapat berkat yang berkelimpahan dari Tuhan. Kita salah besar. 

Karena sebenarnya kita berada pada titik yang berbahaya (serakah - 1 Kor 10:12); nanti statusnya bisa berubah menjadi penyembahan berhala di hadapan Tuhan (Kol 3:5) sehingga hidup kerohanian kita akan terus menurun dan semakin jauh dari Tuhan ... akhirnya jiwa kita akan terhilang.

Penderitaan apapun yang kita alami harus ada pengucapan syukur yang benar-benar ke luar dalam hati, maka cawan itu bukan lagi cawan kesengsaraan tetapi diubah menjadi cawan berkat.

Jika setiap kali anak Tuhan menerima berkat apa pun dari Tuhan dan dia bisa mengucapkan syukur, hatinya melekat pada Tuhan, maka sesuatu yang ilahi akan berlaku di dalam kehidupannya. 

Sikap hati yang benar itulah yang menentukan seberapa besar kita mendapatkan perkenanan dari Tuhan di dunia ini. Misalnya: Daud bukan orang kudus (berzinah, membunuh orang) tetapi hati Tuhan terpikat. 

Marilah kita juga belajar memikat hati Tuhan dengan menuruti saran Roh Kudus sehingga akan mengubah begitu banyak hal di dalam kehidupan kita. 

(Sumber: Warta KPI TL No. 50/VI/2008 » Renungan KPI TL Tgl 8 Mei 2008, Dra Yovita Baskoro, MM).