Sistem Puah Pue sesungguhnya lebih mirip dengan membuang undi dengan menggunakan uang logam. Biasanya setelah kedua batu/kayu Pue yang berbentuk jantung itu dilempar sebanyak tiga kali, akan diperoleh hasil/jawaban apakah sesuatu itu diizinkan untuk dilakukan.
Bila ditelusuri lebih lanjut, sesungguhnya praktik melemparkan Pue untuk mencari tahu kehendak ilahi, terjadi pada zaman Perjanjian Lama, para imam besar seperti Harun, Eleazar, Samuel, Saul dll. Dalam Alkitab, kedua batu/kayu itu disebut Urim dan Tumim (Kel 28:30; Bil 27:21; 1 Sam 14:41; 1 Sam 28:6).
Urim dan Tumim sesungguhnya merupakan gambaran/bayangan dari Roh Kudus yang akan datang – setelah Yesus – yang akan diam di dalam diri orang percaya. Ia akan mengajari cara hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam Perjanjian Baru, sebagai umat tebusan Tuhan Yesus, kita tidak lagi membutuhkan kedua batu Tumin dan Urim, karena setiap orang percaya yang sudah ‘dibaptis’ memiliki pengurapan Roh Kudus yang mampu memberi tahu dan mengajar tentang kehendak Tuhan dalam mengambil suatu keputusan (1 Yoh 2:27; Yoh 14:26).
Firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Orang-orang mati dihakimi menurut perbuatannya. Mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan pendurhakaan = dosa bertenung kedegilan = menyembah berhala dan terafim (Yoh 12:48; Why 20:11-12; 1 Sam 15:22-23).
Terafim = patung berhala, khusus dewa keluarga (Kej 31:19). Dilarang di Israel (1 Sam 15:23; Hos 3:4)
(Sumber: Warta No. 35/III/2007).