Ada seorang petani yang mempunyai seekor keledai.
Bertahun-tahun sudah keledai itu mengabdi pada tuannya dan karena usia yang
semakin tua, akhirnya tenaganya mulai berkurang.
Siang hari itu sang keledai mencari makan di sekitar
sumur tua sehingga tanpa sadar kakinya terperosok ke dalam sumur.
Ketika mengetahui apa yang terjadi dengan keledainya,
si petani berpikir bahwa keledai itu sudah tidak begitu kuat lagi untuk bekerja
dan tidak lagi menguntungkan lagi baginya.
Karena alasan itulah tuannya bermaksud menguburnya
saja hidup-hidup di dalam sumur tua itu. Daripada bersusah-susah mengangkatnya,
lebih baik ia memanggil keluarga dan tetangga-tetangganya untuk beramai-ramai
menimbuni keledai tersebut.
Mulailah mereka menimbuni keledai itu. Mereka
menjatuhkan bongkahan-bongkahan tanah ke dalam sumur agar keledai tersebut mati
tertimbun.
Tetapi setiap kali tanah-tanah itu jatuh ke atas
punggung keledai itu, ia menggoyang-goyangkan badan dan kepalanya sehingga
tanah-tanah tersebut jatuh ke bawah. Tanah-tanah yang jatuh tersebut justru
dijadikan pijakan.
Semakin banyak tanah yang dijatuhkan, semakin tinggilah pijakan keledai itu. Ia tidak membiarkan tanah dan kotoran-kotoran yang lain menimbuninya hingga ia mati tetapi ia berusaha menjatuhkan semua tanah dan kotoran dari punggungnya kemudian ia berpijak di atas tanah itu.
Makin lama ia makin tinggi, hingga pada akhirnya ia bisa melompat ke luar dari sumur maut itu dengan penuh kemenangan.
Semakin banyak tanah yang dijatuhkan, semakin tinggilah pijakan keledai itu. Ia tidak membiarkan tanah dan kotoran-kotoran yang lain menimbuninya hingga ia mati tetapi ia berusaha menjatuhkan semua tanah dan kotoran dari punggungnya kemudian ia berpijak di atas tanah itu.
Makin lama ia makin tinggi, hingga pada akhirnya ia bisa melompat ke luar dari sumur maut itu dengan penuh kemenangan.
Selama hidup di dunia ini kita pun tidak akan pernah
luput dari bongkahan-bongkahan masalah dan pencobaan yang menimpa kita –
menggoyangkan iman kita kepada Yesus hingga akhirnya rohani kita tertimbun dan
mati.
Ketika kita membiarkan tertimbun masalah, saat itulah
kita dengan mudah dilumpuhkan dan terkubur – sangat mudah memberi respon yang
salah sehingga membuahkan perbuatan dosa yang lain.
Janganlah pernah menyerah/putus asa, jika akan ke luar
sebagai seorang pemenang yang tangguh di dalam iman jika kita tetap tegar dan
berusaha mengatasi masalah dengan kekuatan Tuhan.
(Sumber:
No. 35/III/2007; Pelajaran dari Keledai,
Mansor Juni 2002).