Lewat peristiwa Paskah, Yesus ingin berbicara:
Tidak akan pernah ada kemuliaan yang Allah janjikan - sebelum kita berani melewati kehinaan.
Tidak akan pernah ada peninggian - sebelum kita berani dibawa turun ke dasar jurang yang paling dalam. Kalau mau jadi yang terbesar ‘milikilah hati seorang hamba (jadilah pelayan – harus berjuang).
Tidak akan pernah ada kehidupan - sebelum kita berani melewati kematian daging (berani mengalami direndahkan sampai dasar yang paling bawah sampai habis semua kedagingan/ambisi kita).
Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh usaha manusia sendiri, karena semua ini hanya anugerah Allah semata-mata.
Peristiwa
Paskah seharusnya memberikan makna kehidupan baru di dalam hidup setiap
anak-anak Tuhan dan membawa kuasa kebangkitan di dalam hidupnya; pergumulan
masih tetap ada, tetapi ada suka cita di dalam menjalani kehidupannya.
Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, ... meskipun di padang gurun (Yes 32:16-17).
Kalau
kita mau dipakai Tuhan secara luar biasa (mempunyai kuasa kebangkitan),
janganlah kuatir akan kehidupanmu karena sorga akan memback up seluruh
kehidupan kita, asal kita ‘mau radikal dalam mengikuti Yesus’. Karena
Tuhanlah yang semata-mata mengangkat dan meninggikan kita, bukan karena kita
banyak talenta/kepandaian/sistem/promosi. Misalnya: Fery - anak seorang tukang
becak dapat menjadi juara pada AFI I.
(Sumber:
Warta KPI TL No. 37/V/2007; Renungan KPI TL Tgl 19 April 2007, Dra Yovita
Baskoro, MM).