Pergumulan yang paling sulit dialami anak-anak Allah pada saat makin sungguh-sungguh mencari Dia – menjadi pelaku firman.
Kedagingan itu berpusat pada kepentingan dan kenikmatan pribadi. Misalnya ketika memuaskan nafsu marah, hanya puas sesaat. Apabila ego kita bertambah besar, kita tidak akan pernah mau merendahkan diri/menyadari ketidak berdayaan/bersalah/merasa kita yang paling benar – kesombongan seperti inilah yang dibenci Tuhan – menjauhkan kita dari anugerah Allah.
Kalau manusia mau mencari Tuhan dengan kemauannya sendiri - ilustrasi jari kelingking (manusia) disentuhkan ke jempol (Tuhan) – tidak akan tersentuh. Tuhan mau datang tapi manusia tidak mau membuka dirinya – hanya ujung dalam kelingking yang tersentuh. Jadi Tuhan-lah yang menganugerahkan dan kita yang menanggapinya (ujung jempol dan kelingking dapat bertemu).
Tidak ada kedagingan yang akan mendapat tempat di dalam hadirat Allah. Hadirat-Ku akan menyertai engkau dan akan memberi istirahat padamu ketika menyadari kekurangan/kelemahan/dosa/najis kesombongan akan runtuh (1 Kor 1:29; Kel 33:14 versi James King).
Ketika kita mengalami hadirat Allah/berjumpa dengan Pencipta, saat itulah kita melihat diri kita kotor – mau dikoreksi - akan membuat hati lembut, rendah hati, mengalami keterbukaan hati. jika selalu mengalami hadirat Allah: buahnya selalu baik. Contoh:
- Daniel: yang begitu luar biasa terhormat, takut akan Tuhan, tidak ada suatu cela, sehari berdoa 3 x dan berpuasa (Dan 1; 9; 6:11); ketika berjumpa dengan Tuhan keagungannya berubah menjadi kebusukan (Dan 10:7-9).
- Yesaya: sudah lama bernubuat (menyampaikan pesan-pesan Tuhan) tentang Yehuda dan Yerusalem, tetapi belum merasakan hadirat Allah (Yes 1-5). Tetapi pada saat melihat kemuliaan Allah, Yesaya baru sadar “celaka aku ... najis bibir” – hatinya merendah dan mengakui kesalahannya sehingga kesalahan dan dosanya diampuni (Yes 6).
- Ayub: orang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tapi mengalami penderitaan bertubi-tubi: semua ternaknya habis dirampas dan ada juga yang habis terbakar disambar api dari langit; semua anaknya mati; mengalami barah yang busuk dari telapak kakinya sampai batu kepalanya (Ayb 1-2).
Semuanya diungkapkan secara kepahitan: “Aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku. Beritahukanlah mengapa Engkau berpekara dengan aku. Kalau aku berdosa, apakah yang kulakukan terhadap Engkau; mengapa menjadikan aku sasaran-Mu; mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku dan menghapuskan kesalahanku? Aku mengharapkan yang baik, maka kejahatanlah yang datang. Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan aku. Kucari Engkau, aku tidak melihat Engkau. Hati sanubariku merana karena rindu. (Ayb 10:1-2; 7:20-21; 30:26, 20; 23:9; 19:27).
Ketika Ayub mencabut perkataannya dengan menyesal maka keadaannya dipulihkan. Menurut hukum Taurat-Yahudi: penderitaan/kemiskinan adalah upah dari dosa.
Jangan sekali-kali mengevaluasi/menghakimi orang lain karena Tuhan mempunyai rancangan untuk setiap kehidupan seseorang.
Contoh : Tuhan murka terhadap sahabat-sahabat Ayub (Yes 42:7).
Takut akan Allah, itulah hikmat. Menjauhi kejahatan itulah akal budi. Dia yang memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian (Ayb 28:28; Dan 2:21)
(Sumber: Warta KPI TL No. 29/IX/2006; Renungan KPI TL Tgl 10 Agustus 2006, Dra. Yovita Baskoro, MM).