[KGK 307*] Kepada manusia Allah malahan memberi kemungkinan untuk mengambil bagian secara bebas dalam penyelenggaraan-Nya, dengan menyerahkan tanggung jawab kepada mereka, untuk "menaklukkan dunia" dan berkuasa atasnya (Kej 1:26-28). Dengan demikian Allah memungkinkan manusia, menjadi sebab yang berakal dan bebas untuk melengkapi karya penciptaan dan untuk menyempurnakan harmoninya demi kesejahteraan diri dan sesama.
Manusia sering kali merupakan teman sekerja Allah yang tidak sadar, tetapi dapat juga secara sadar memperhatikan rencana ilahi dalam perbuatannya, dalam doanya, tetapi juga dalam penderitaannya (Kol 1:24). Dengan demikian secara penuh dan utuh mereka menjadi "teman sekerja Allah" (1 Kor 3:9; 1 Tes 3:2) dan Kerajaan-Nya (Kol 4:11).
[KGK 106#] Allah memberi inspirasi kepada manusia penulis [auctor] Kitab Suci. "Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya - sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka - semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh" (DV 11).
[KGK 373#] Menurut rencana Allah, pria dan wanita memiliki panggilan supaya sebagai "wakil" yang ditentukan Allah, "menaklukkan dunia". Keunggulan ini tidak boleh menjadi kelaliman yang merusak. Diciptakan menurut citra Allah, yang "mengasihi segala yang ada" (Keb 11:24), pria dan wanita terpanggil untuk mengambil bagian dalam penyelenggaraan ilahi untuk makhluk-makhluk lain. Karena itu, mereka bertanggung jawab untuk dunia yang dipercayakan Allah kepada mereka.
[KGK 1954#] Manusia mengambil bagian dalam kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta. yang memberi kepadanya kekuasaan atas perbuatannya dan memberi kepadanya kemampuan membimbing diri sendiri dalam hubungan dengan kebenaran dan kebaikan. Hukum kodrat menyatakan pengetahuan moral yang mendasar, yang memungkinkan manusia melalui akal budi, membeda-bedakan antara yang baik dan yang buruk, antara kebenaran dan kebohongan.
Hukum moral kodrati adalah "yang terutama dari semua, yang ditulis dan dipahat di dalam hati setiap manusia, karena akal budi manusia sendirilah yang memberi perintah untuk melakukan yang baik dan melarang melakukan dosa. Tetapi perintah dari akal budi manusia ini hanya dapat mempunyai kekuatan hukum, kalau ia adalah suara dan penafsir dari satu budi yang lebih tinggi, kepada siapa roh dan kebebasan kita harus takluk" (Leo XIII, Ens. "Libertas praestantissimum").
[KGK 2427#] Karya manusia adalah tindakan langsung dari manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Mereka ini dipanggil, supaya bersama-sama melanjutkan karya penciptaan, kalau mereka menguasai bumi (Kej 1:28; GS 34; CA 31). Dengan demikian pekerjaan adalah satu kewajiban: "Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2 Tes 3:10) (1 Tes 4:11). Pekerjaan menghargai anugerah-anugerah dan talenta-talenta yang diterima dari Pencipta. Tetapi ia juga dapat menyelamatkan.
Apabila manusia dalam persatuan dengan Yesus, Tukang dari Nasaret dan Yang Tersalib di Golgota, menerima jerih payah pekerjaan (Kej 3:14-19), ia boleh dikatakan bekerja bersama dengan Putera Allah dalam karya penebusan-Nya. Ia membuktikan diri sebagai murid Kristus, kalau ia, dalam kegiatannya yang harus ia laksanakan hari demi hari, memikul salibnya (LE 27). Pekerjaan dapat menjadi sarana pengudusan dan dapat meresapi kenyataan duniawi dengan semangat Kristus.
[KGK 2738#] Pewahyuan doa dalam tata keselamatan mengajarkan kita bahwa iman bersandar pada karya Allah dalam sejarah. Kepercayaari mendalam terutama dibangkitkan oleh karya-Nya dalam kesengsaraan dan kebangkitan Putera-Nya. Doa Kristen bekerja sama dalam penyelengaraan-Nya, dalam rencana-Nya yang penuh kasih untuk manusia.
[KGK 618#] Kematian di kayu salib adalah kurban yang satu kali untuk selamanya dipersembahkan Kristus, "pengantara antara Allah dan manusia" (1 Tim 2:5). Tetapi karena dalam Pribadi ilahi-Nya yang menjadi manusia, "Ia seakan-akan bersatu dengan tiap manusia" (GS 22,2) maka Ia memberikan "kemungkinan kepada semua orang, untuk bergabung dengan misteri Paskah ini, atas cara yang diketahui Allah" (GS 22,5).
Yesus mengajak murid-murid-Nya, untuk "memanggul salibnya" dan mengikuti Dia (Mat 16:24), karena "Kristus pun telah menderita untuk [kita] dan telah meninggalkan teladan bagi [kita], supaya [kita] mengikuti jejak-Nya" (1 Ptr 2:21).
Ia ingin mengikut-sertakan dalam kurban ini, pada tempat pertama, orang-orang yang menjadi ahli waris-Nya (Mrk 10:39; Yoh 21:18-19; Kol 1:24). Ini berlaku terutama untuk ibu-Nya, yang dalam misteri kesengsaraan-Nya yang menebuskan itu, dibawa masuk lebih dalam daripada setiap manusia yang lain (Luk 2:35).
"Tidak ada satu tangga lain untuk naik ke surga, selain salib" (Rosa dari Lima, Vita).
[KGK 1505#] Terharu oleh sekian banyak penderitaan, Yesus tidak hanya membiarkan diri-Nya dijamah oleh para penderita, Ia malahan menjadikan sengsara mereka itu sebagai sengsara-Nya sendiri: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (Mat 8:17) (Yes 53:4).
Tetapi Ia tidak menyembuhkan semua orang sakit. Penyembuhan-Nya adalah tanda-tanda untuk kedatangan Kerajaan Allah. Mereka memaklumkan satu penyembuhan yang jauh lebih dalam maknanya: kemenangan atas dosa dan kematian melalui Paska-Nya.
Di kayu salib Kristus menanggung seluruh beban kejahatan (Yes 53:4-6). Ia "menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29), yang adalah sebab bagi penyakit.
Oleh sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, Kristus memberi arti baru kepada penderitaan: Ia dapat membuat kita menyerupai-Nya dan dapat menyatukan kita dengan sengsara-Nya yang menyelamatkan.