Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 10 November 2019: Hari Minggu Biasa XXXII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Mak 7:1-2, 9-14; Mzm 17:1, 5-6, 8b, 15; 2 Tes 2:16 - 3:5; Luk 20:27-38
Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
(1A) Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati.
Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."
Jawab Yesus kepada mereka: (1B) "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi (2A) mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab (2B) mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Renungan
1. Kebangkitan sesudah kematian
(1AB) Hukum KEWAJIBAN PERKAWINAN IPAR 》 apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya (Ul 25:5).
(2AB) Salah satu pertanyaan manusia dalam peziarahan di dunia ini ialah tentang hidup sesudah kematian. Kebenaran tentang kebangkitan itu bersumber pada pewahyuan Diri Allah sendiri sebagai ALLAH ORANG HIDUP dan bukan Allah orang mati (Mat 22:32). Kebenaran itulah yang diwarisi sejak Abraham, Bapa kaum beriman.
Dalam terang iman Kristiani, Gereja menegaskan adanya kebangkitan sesudah kematian. Dalam Kredo (Aku Percaya) pada kalimat bagian akhir merumuskan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Ini suatu pernyataan iman yang dalam.
Dalam Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik (KGK 997-1004) menulis demikian, "Bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi ANDAIKATA KRISTUS TIDAK DIBANGKITKAN, MAKA SIA-SIALAH pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1 Kor 15:12-14, 20).
Mereka yang telah BERBUAT BAIK akan keluar dan BANGKIT UNTUK HIDUP YANG KEKAL, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum (Yoh 5:29).
Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali? Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, YANG DIBANGKITKAN adalah TUBUH ROHANIAH (1 Kor 15:35, 38, 44).