Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 4 Maret 2018: Hari Minggu Prapaskah III - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: Kel 20:1-17; Mzm 19:8, 9, 10, 11; 1 Kor 1:22-25; Yoh 2:13-25
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: (*) "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Renungan
1. Cinta akan kebebasan membinasakan diri sendiri
Cinta adalah kata yang paling banyak keluar dari bibir manusia. Ia tumbuh dalam hati, berkembang dalam pikiran, terucap lewat kata dan terwujud dalam tindakan. Ia biasanya tertuju pada sesama manusia, harta, pekerjaan, alam dan kenikmatan yang menjadi kesukaan banyak orang.
Salah satu hal yang membuat kita keliru dalam mencintai adalah memberikan kebebasan tanpa bimbingan. Karena sama-sama cinta dan suka, banyak remaja hidup dalam pergaulan bebas. Karena cinta kepada pasangannya, pasangan tersebut memberikan kebebasan tanpa rasa curiga, sehingga terjadi perselingkuhan. Karena cinta kepada anak-anak, orang tua memberikan segala sesuatu yang mereka minta.
Jika demikian adanya, bukan (*) cinta akan rumah-Mu menghanguskan Aku, tetapi cinta akan kebebasan membinasakan diri sendiri.
Allah adalah Allah yang cemburu. Ia cemburu jika orang beriman kehilangan iman karena mendewakan yang bukan Allah. Artinya, apa yang menjadi milik Allah hendaknya diberikan kepada Allah dan yang menjadi milik kehidupan di dunia diberikan kepada kehidupan di dunia.
Kita menghormati Allah dengan iman yang benar dan kita menghormati manusia dengan tidak melanggar norma-norma sosial yang ada. Jadi, meskipun cinta harus diekspresikan dengan bebas tanpa paksaan, cinta tidak boleh menjadi alasan untuk melakukan sesuatu yang melanggar aturan atau norma ketuhanan dan kemanusiaan.
Arti cinta yang dimaksudkan oleh Yesus, yaitu kekuatan cinta pertama-tama ada pada Allah. Karena Allah berdiam dalam hati setiap orang, maka kekuatan cinta itu ada pada hati kita. Hati yang bersih dan tulus tidak akan mudah menyerap iri dan menebar benci.
Marilah kita memurnikan kembali cinta yang kita miliki. Cinta yang berakar pada pengorbanan untuk meraih kebebasan sejati anak-anak Allah, bukan cinta yang berakar pada kebebasan untuk mengorbankan yang berharga dalam kehidupan religi dan sosial.
Cinta yang terus diasah dengan pantang, puasa dan derma, kekuatan dan kemurniannya mendekati cinta yang dimiliki oleh Yesus sendiri. Semakin mengenal cinta yang berasal dari Yesus, semakin kita memiliki kualitas cinta yang menuntun hidup pada kebenaran dan pencarian hikmat.