Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Senin, 23 April 2018: Hari Biasa Pekan IV Paskah - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis 11:1-18; Mzm 42:2-3; 43:3, 4; Yoh 10:1-10
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan (*) domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."
Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Renungan
1. Mengenal suara Gembala Agung kita
(*) Tuhan menggunakan gambaran ini untuk mengajarkan kebenaran ilahi ini: Karena ada banyak suara di sekeliling kita, kita perlu mengenali suara Kristus, yang secara terus menerus disampaikan kepada kita melalui pengajaran Magisterium Gereja. Selanjutnya, kita perlu menaatinya, jika kita ingin memenuhi kebutuhan jiwa kita.
Kristus telah memberikan kepada Gereja-Nya kepastian di dalam ajaran dan sumber air rahmat di dalam sakramen-sakramen. Ia telah mengatur segalanya sehingga akan selalu ada orang-orang yang membimbing dan memimpin kita, untuk mengingatkan kita secara terus menerus akan jalan kita.
Terdapat harta kekayaan yang tak terbatas tentang pengetahuan [akan iman] yang tersedia bagi kita: Sabda Tuhan yang dilestarikan oleh Gereja, rahmat Kristus yang disampaikan di dalam sakramen- sakramen dan juga para saksi iman dan teladan mereka yang hidup di sisi kita dan telah mengetahui bagaimana untuk membangun jalan kesetiaan kepada Tuhan dengan kehidupan mereka yang kudus.
Apakah kita sudah mengenali suara Kristus Gembala Agung kita? Apakah kita mau taat kepada suara para gembala, yaitu para imam, uskup dan Paus yang diberi kuasa oleh Tuhan Yesus untuk mengajar kita? Apakah kita sudah mengenali pengajaran mereka sebagai pengajaran Tuhan sendiri? Apakah kita menghargai sakramen-sakramen? Dan dengan tulus hati mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan sikap batin dan sikap tubuh yang layak?
Apakah kita mau dengan kerendahan hati belajar dari para orang kudus (Santo/santa), dan mencontoh teladan hidup mereka? Atau jangan-jangan, dengan tinggi hati kita berujar, “Ah … semua orang sama saja. Para Santo/santa tidak ada bedanya dengan kita!” Adakah halangan di batin kita untuk menerima ajaran Kristus?