Pages

Minggu, 07 Juli 2019

Luk 16:19-31

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 1 Maret 2018: Hari Biasa Pekan II Prapaskah - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: Yer 17:5-10; Mzm 1:1-2, 3, 4, 6; Luk 16:19-31

Minggu, 29 September 2019: Hari Minggu Biasa - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Am 6:1a, 4-7; Mzm 146:7, 8-9a, 9bc-10; 1 Tim 6:11-16; Luk 16:19-31


"Ada (1A) seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia (A) bersukaria dalam kemewahan.

Dan ada (2A) seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan (B) ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.

Kemudian (2B) matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (1B) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan (2C) Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab (1C) aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.

Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa (1D) engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan (2D) Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.

Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.

Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.

Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.

Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit Adari antara orang mati."


Renungan



1. Menahan kebaikandosa kelalaian

(1A-D; 2A-D) Kisah tentang orang kaya dan Lazarus memberikan gambaran keadaan manusia sesudah kematian. Jiwa manusia dihakimi Allah untuk segala perbuatannya.

(1A-D) Orang kaya ini melakukan dosa kelalaian, hatinya begitu tertutup pada hartanya sampai-sampai ia buta untuk menunjukkan belas kasih pada orang menderita.

Ada banyak "Lazarus" di sekitar kita yang menunggu ularan tangan kita. Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal kita kita mampu melakukannya. Jangan sia-siakan waktu yang ada dengan hanya berfokus pada pencarian harta duniawi, tidak pernah akan ada habisnya dan membuat kita jauh dari tujuan hidup kita di dunia, yakni keselamatan jiwa.


2. Bahaya kekayaan dan kemapanan

(A, B) Di zaman kita ini, ada banyak orang miskin yang selalu menunggu di depan pintu gerbang kita. Tanpa sadar kitapun mungkin berlaku seperti orang kaya itu, ‘kekayaan’ dan ‘kemapanan’ kita membutakan mata hati kita dan menutup rapat pintu kepedulian kita terhadap sesama. Kita hanya peduli kepada diri sendiri dan menikmati hal-hal terbaik, tanpa peduli dengan orang lain.

Ingatlah! Sebagai pengikut Kristus kita dipanggil untuk mengulurkan tangan bagi sesama, bagi Lazarus-Lazarus disekitar kita. Jangan sampai keberuntungan kecil dalam hidup meninabobokan kita dalam rasa mapan sesaat. Jangan sampai penyesalan kita datang ketika kita tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berbenah diri.

Marilah kita berbagi dengan memberikan hati dan sebagian harta kita kepada sesama. Bukan berapa banyak yang kita bagikan, melainkan seberapa besar kita rela untuk peduli, bersimpati, berempati kepada sesama yang membutuhkan bantuan dan pertolongan dari kita.