Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Rabu, 8 Mei 2019: Hari Biasa Pekan III Paskah - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kis 8:1b-8; Mzm 66:1-3a, 4-5, 6-7a; Yoh 6:35-40
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah (*) kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Renungan
1. Pentingnya inisiatif dan kreativitas
Sebagai manusia, kita punya banyak impian tentang masa depan. Namun terkadang, sadar atau tidak, mimpi kita hanya sebatas khayalan. Mimpi kita hanya sebatas penghibur yang menyenangkan kita sesaat dan membuat kita sedikit menghindar dari kenyataan hidup yang membelenggu.
Salah satu usaha mewujudkan impian kita adalah dengan berinisiatif dan berkreativitas.
Yesus datang dan hadir di tengah dunia, sesungguhnya menjadi tanda dan bukti bahwa Allah tidak membiarkan kita untuk menjadi gelisah pada saat kita mencari jalan menuju keselamatan abadi (*).
Allah telah hadir dalam diri Yesus, dan kini hanya tinggal inisiatif dari kita untuk pergi bersama Yesus atau memilih tetap tinggal dalam impian kita tanpa inisiatif yang mau kita lakukan.
Sesungguhnya segala sesuatu yang kita impikan dan inginkan harus mendorong kita untuk melangkah maju. Tanpa Roh Tuhan dan inisiatif pribadi, maka segala sesuatu akan menjadi mati dan tak berarti dalam kenyataan.
2. Menjadi Katolik adalah tiketku
Menjadi Katolik itu bagaikan mendapatkan tiket gratis untuk sebuah pertunjukkan. Meskipun tiket itu sudah ada di tangan tapi keputusan untuk menonton pertunjukkan itu atau tidaknya sangat tergantung pada pribadi masing-masing.
Ini bukan sebuah ide belaka melainkan sebuah kebenaran karena tidak mungkin bagi Yesus untuk mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang Petrus kalau Ia tidak memberi jaminan keselamatan kepada setiap orang yang menjadi anggotanya.
(*) Ini janji dari Yesus. Kalau para pendiri agama lain berbicara tentang Allah dari hakekatnya sebagai manusia, maka hanya Yesus sendirilah yang berbicara tentang Allah dari hakekat-Nya sebagai putra Allah.
Yesus mau meneguhkan pada semua para pengikut-Nya untuk tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran-Nya, percaya kepada-Nya dan tetap tinggal di dalam Gereja yang didirikan oleh tangan-Nya sendiri. Sesungguhnya, bukan demi Diri-Nya sendiri Yesus memanggilmu menjadi Katolik melainkan demi keselamatanmu kelak.
Sabda-Nya akan tetap abadi untuk Gereja-Nya bahkan Ia telah berjanji untuk menyertai kita sampai akhir zaman. Inilah kebenarannya bahwa Allah sangat mencintaimu, dan untuk membuktikan betapa besar cinta-Nya kepadamu maka Ia telah memberikan Putra kesayangan-Nya kepadamu. Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Karena itu, jikalau Ia telah mendirikan Gereja-Nya sebagai sarana keselamatan, maka bersyukurlah bahwa kita dipanggil dan diizinkan untuk menjadi anggotanya. Jangan pernah ragu akan hal ini. Sekali lagi, tiket sudah kita miliki, namun keputusan untuk menonton pertunjukkan itu atau tidak bukan tergantung pada Sang pemberi tiket melainkan pada pemegang tiket, yakni kita sendiri.