Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 30 Juni 2019: Hari Minggu Biasa XIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 1 Raj 19:16b, 19-21; Mzm 16:1-2a, 5, 7-8, 9-10, 11; Gal 5:1, 13-18; Luk 9:51-62
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."
Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."
Renungan
1. Pengalaman cinta mengikuti Yesus
Mengikuti Yesus adalah sebuah perjuangan tanpa henti. Dalam perjuangan itu, mungkin kita seringkali jatuh, tetapi jangan menyerah. Teruslah bangkit dan bangkit karena orang yang tidak takut jatuh dan mau bangkit lagi akan menjadi pengikut Yesus yang sejati.
Dalam perjuangan itu, kita meski yakin bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita dalam pencarian iman kita. Dia tidak pernah membiarkan kita berjalan sendirian. Dia akan memberikan rahmat-rahmat-Nya yang kita butuhkan dalam perjuangan iman kita.
Mengikuti Yesus adalah sebuah pengalaman penuh cinta. Dalam mengikuti Yesus, kita kadang merasa bahwa Dia begitu dekat dengan kita. Tetapi, kita seringkali juga merasa bahwa Dia begitu jauh atau telah meninggalkan kita. Inilah pengalaman cinta.
Cinta kita kepada Yesus akan diuji oleh ruang dan waktu. Apakah kita mau tetap setia terhadap-Nya dalam saat susah dan sulit hidup? Ataukah kita hanya setia kepada-Nya pada saat kita mengalami situasi yang menyenangkan? Apakah kita mau datang kepada-Nya dengan penuh cinta?