Pages

Minggu, 30 Juni 2019

2 Kor 6:1-10

Sarapan Pagi 
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 17 Juni 2019: Hari Biasa XI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 6:1-10, Mzm 98:1, 2-3ab, 3cd-4; Mat 5:38-42


Sebagai teman-teman sekerja, kami (1B) menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu. 

Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab (1C) orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah (1A) pelayan Allah, yaitu: 

(2) dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; 

(3) dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.


Renungan


1. Menghidupi anugerah Allah

(1ABC) Sebagai pelayan Tuhan, Paulus telah menghidupi anugerah Allah. Ia berusaha keras menjaga diri agar tidak menjadi penyebab orang lain tersandung, ia menjaga diri agar pelayanan yang sudah dirintisnya tidak dicela orang.

(2) Menunjukkan kualitas seorang pelayan yang rela menanggung risiko ketika melayani.

(3) Paulus tetap sama, ia menunjukkan integritas seorang pelayan di berbagai situasi dan kondisi. 

Paulus mengalami semua kepedihan secara manusiawi, namun hal itu tidak lantas membuat ia dan pelayanannya hancur, sebaliknya justru makin memantapkan Paulus untuk setia menjaga anugerah yang Allah sudah berikan.


Jika dan jika


  Jika "kekayaan" bisa membuat orang bahagia, tentunya Adolf Merckle, orang terkaya dari jerman, tidak akan menabrakkan badannya ke kereta api.

Jika "ketenaran" bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, penyanyi terkenal di USA, tidak akan meminum obat tidur hingga overdosis.

Jika "kekuasaan" bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas, presiden Brazil, tidak akan menembak jantungnya.

Jika "kecantikan" bisa membuat orang bahagia, tentunya Marilyn Monroe, artis cantik dari USA, tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis.

Jika "kesehatan" bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, dokter terkenal dari Perancis, tidak akan bunuh diri, akibat sebuah acara di televisi.

Ternyata, "bahagia atau tidaknya hidup seseorang itu" bukan ditentukan oleh seberapa kayanya, tenarnya, kuasanya, cantiknya,  sehatnya atau se-sukses apapun hidupnya. Tapi yang bisa membuat seseorang itu bahagia adalah "sikap hati orang itu sendiri", mau-kah ia mensyukuri semua yang sudah dimilikinya dalam segala hal.

 Kalau kebahagiaan "bisa dibeli", pasti orang-orang kaya akan membeli kebahagiaan itu dan kita akan sulit mendapatkan kebahagiaan karena sudah di-borong oleh mereka.

 Kalau kebahagiaan itu "ada di suatu tempat", pasti belahan lain di bumi ini akan kosong karena semua orang akan ke sana berkumpul di mana kebahagiaan itu berada.

Untungnya "kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia". Jadi, kita tidak perlu membeli atau pergi mencari susah payah kebahagiaan itu.

Yang kita perlukan adalah "HATI yang BERSIH dan IKHLAS" serta "PIKIRAN yang JERNIH", maka kita bisa merasakan BAHAGIA itu kapan pun, di manapun dan dengan kondisi apapun." KEBAHAGiAAN itu milik "orang-orang yang pandai BERSYUKUR".

2 Kor 9:6-11

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


 Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Rabu, 19 Juni 2019: Hari Biasa XI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 9:6-11; Mzm 112:1-2, 3-4, 9; Mat 6:1-6, 16-18


Camkanlah ini: (1) Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Dan (2) Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." 

Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.


Renungan


1. Hukum tabur tuai

(1) Apa yang dikatakan oleh Paulus itu sangat benar. Dalam dunia pertanian, misalnya, jika kita menanam padi hanya dalam satu petak kecil, maka jangan pernah berharap bahwa hasilnya akan sama jumlahnya dengan mereka yang menanam padi dalam sepuluh petak besar. (2) Janji Allah.

Yesus mengajarkan kepada kita tentang pengorbanan (Yoh. 12:24 》 Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah).

Benih itu harus ditaburkan ke tanah supaya bisa tumbuh. Ketika kita menaburkan sesuatu, dalam arti tertentu kita berkorban. Kita menaburkan benih kebaikan kepada orang lain. Kita mengorbankan waktu kita, tenaga kita, pikiran kita, bahkan materi kita. Itu tidak akan percuma. Pengorbanan kita akan diganjar oleh Tuhan.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa orang yang ikhlas menaburkan banyak kebaikan, akan banyak mendapatkan kebaikan pula. Biasanya, jika orang baik berada dalam masalah dan membutuhkan pertolongan, orang lain tidak akan berpikir panjang untuk memberi bantuan.

Tetapi sebaliknya, orang yang selama hidupnya pelit dan tidak mau menaburkan kebaikan, hidupnya susah. Jika orang seperti itu berada dalam masalah dan membutuhkan pertolongan, biasanya orang berpikir panjang untuk memberikan bantuan kepadanya. 


2 Kor 11:18, 21b-30

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Jumat, 21 Juni 2019: PW St. Aloisius Gonzaga, Biarawan - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: 2 Kor 11:18, 21b-30; Mzm 34:2-3, 4-5, 6-7; Mat 6:19-23; RUybs.


Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga. Jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka aku pun — aku berkata dalam kebodohan — berani juga!

(1) Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham!

Apakah mereka pelayan Kristus? — aku berkata seperti orang gila — aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; (3) lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. 

(4) Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 

(5) Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. 

(6) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. 

Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? (7) Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? Jika aku harus bermegah, maka (2) aku akan bermegah atas kelemahanku.


Renungan


1. Bermegah karena kelemahan

Jemaat Korintus memiliki pandangan yang keliru bahkan terkesan sangsi akan kualitas kerasulan Paulus. Namun hal ini tidak terlalu dirisaukan oleh Paulus. Sebetulnya bisa saja Paulus membanggakan garis keturunannya, pengalaman pertobatan (Kis. 22:6-15), atau latar belakang teologisnya (1)

Paulus memaknai semua itu sebagai kelemahan yang membuat dirinya semakin dikuatkan dalam Kristus (2; 2 Kor 12:9-10 》aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku).

Kelemahan yang menjadi kemegahan rasul Paulus, yakni (3) penderitaan karena penggembalaan. (4) penganiayaan fisik (5) bahaya dalam perjalanan (6) kelelahan fisik, minimnya akomodasi (7) penderitaan dalam memberitakan Injil.

Dalam hal apakah kita memegahkan diri? Dalam hal seperti tampilan, gaya berpakaian, atau kefasihan bicara? Hendaknya kita bermegah dalam pengorbanan, penderitaan demi pelayanan Injil dan karena mengikuti teladan Kristus.


2 Kor 11:1-11

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 20 Juni 2019: Hari Biasa XI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 11:1-11; Mzm 111:1-2, 3-4, 7-8; Mat 6:7-15


Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Tetapi (*) aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. 

Tetapi menurut pendapatku sedikit pun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu. Jikalau aku kurang paham dalam hal berkata-kata, tidaklah demikian dalam hal pengetahuan; sebab kami telah menyatakannya kepada kamu pada segala waktu dan di dalam segala hal.

Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?

Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu! Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorang pun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian. 

Demi kebenaran Kristus di dalam diriku, aku tegaskan, bahwa kemegahanku itu tidak akan dirintangi oleh siapa pun di daerah-daerah Akhaya. Mengapa tidak? Apakah karena aku tidak mengasihi kamu? Allah mengetahuinya. 


Renungan


1. Ikutilah "Ajaran Gereja" agar tidak tersesat

(*) Sebagai gembala yang baik, Paulus kuatir atas pola hidup jemaat Korintus yang tidak mau bersikap kritis terhadap informasi yang ada. Mereka menerima begitu saja informasi yang ada dan tidak berupaya untuk melakukan penyaringan atasnya. Hal inilah yang akhirnya memudahkan orang lain untuk mempengaruhi dan menyesatkan mereka dengan ajaran-ajaran yang berbeda dari ajaran iman yang telah mereka terima.

Dunia di mana kita tinggal memang menyajikan informasi yang sangat beragam. Terkadang dalam hal kerohanian pun informasi-informasi yang kita terima, tidak selalu sama dengan apa yang selama ini kita yakini dan ikuti. Oleh karena itu ikutilah "Ajaran Gereja" agar kita tidak mudah untuk dibelokkan dan disesatkan oleh dunia.


2 Kor 12:1-10

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Sabtu, 22 Juni 2019: Hari Biasa XI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: 2 Kor 12:1-10; Mzm 34:8-9, 10-11, 12-13; Mat 6:24-34


Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.

Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau — entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya — orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, — entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya

ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. 

Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. 

Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 

Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab (*) justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.


Renungan


1. Berhentilah berfokus terhadap kelemahan

Betapa seringnya kita hanya terfokus memandang keterbatasan dan kekurangan kita. Kita mengeluh atas kelemahan, atas apa yang tidak kita punya dan mengabaikan kelebihan kita, melupakan apa yang kita punya. 

Jika kita terus-menerus membangun hubungan dengan Bapa di Sorga, maka kita akan bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita.

Jadi, berhentilah berfokus terhadap kelemahan, maksimalkan terus apa yang ada pada kita. Tuhan mampu memberkati kita secara luar biasa lewat apapun yang ada pada kita, Dia sanggup memakai kelemahan kita untuk menyatakan kuasa-Nya atas hidup kita.


1 Kor 11:23-26

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Minggu, 23 Juni 2019: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Kej 14:18-20; Mzm 110:1, 2, 3, 4; 1 Kor 11:23-26; Luk 9:11b-17


Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"

Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" 

Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.


Renungan


1. Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

Gereja Katolik telah memperingati perjamuan malam terakhir dan penetapan Ekaristi pada Hari Kamis Putih. Selain itu, setiap Perayaan Ekaristi merupakan perwujudan amanat Tuhan ini.

Lalu mengapa Gereja menetapkan satu hari raya khusus untuk menghormati Tubuh dan Darah Kristus? Ini adalah permintaan Yesus sendiri dalam penampakan-Nya kepada seorang biarawati Belgia, St. Yuliana dari Kamillon (1192-1258). 

Lewat proses panjang, rumit dan penuh tantangan akhirnya Paus Urbanus IV (1261-1264) menetapkan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus sebagai pesta gereja, tahun 1264 atau 6 tahun setelah kematian St. Yuliana. Kemudian Paus Klemens V mengesahkan Hari Raya ini pada tahun 1312.

Gereja merayakan hari raya ini untuk mensyukuri anugerah Sakramen Ekaristi yaitu Tubuh dan Darah Kristus sebagai santapan rohani umat-Nya. 

Pemberian Diri Kristus dalam Ekaristi seharusnya mendorong kita untuk membagikan anugerah itu kepada sesama yang membutuhkan. Jadi, perayaan Ekaristi ini bukan hanya soal upacara atau liturgi yang indah tetapi harus terungkap juga dalam semangat berbagi.



Permintaan anak yang mungkin tidak pernah mereka ucapkan

1. Cintailah aku sepenuh hatimu.

2. Jangan marahi aku di khalayak orang ramai.

3. Jangan bandingkan aku dengan kakak, adikku atau orang lain.

4. Ayah dan bunda jangan lupa, aku adalah fotocopimu.

5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil.

6. Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku apabila salah. 

7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.

8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.

9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar daripada mulutmu sebagai orang tua ialah doa bagiku?

10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" tetapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.

11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.

12. Jangan menyeret aku ke dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku. Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.

13. Aku ingin kau sayangi dan cintai karena engkaulah yang ada dalam kehidupanku dan masa depanku.

Keluarga adalah jenis ragi yang membantu membuat dunia lebih manusiawi dan lebih persaudaraan, di mana tidak ada yang merasa ditolak atau ditinggalkan (Paus Fransiskus).

Kej 16:1-12, 15-16

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Kamis, 27 Juni 2019: Hari Biasa XII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 16:1-12, 15-16; Mzm 106:1-2, 3-4a, 4b-5; Mat 7:21-29


Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.

Berkatalah Sarai kepada Abram: (1A) "Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan (2A) Abram mendengarkan perkataan Sarai.

(1B) Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, — yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan —, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

(2B) Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; Tuhan kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau." 

Kata Abram kepada Sarai: (2C) "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.


Renungan


1. Ujian besar dalam beriman

(1AB) Ini merupakan tindakan yang lazim pada zaman mereka. Pilihan yang ditempuh untuk “menyelesaikan” apa yang dianggap Sarai sebuah masalah dalam dirinya, justru kemudian menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup serius. 

(2ABC) Abram menuruti rencana Sarai, tetapi pada saat masalah lain muncul, ia menolak menyelesaikan masalah.

Tindakan Sarai dan Abram ini bukanlah tindakan iman. Dengan mengikuti kebiasaan waktu itu, mereka telah menunjukkan keraguan akan janji Tuhan.

Berhadapan dengan situasi kacau buatan manusia yang tidak beriman dan tidak sabaran ini, Allah ternyata adalah Allah yang tetap menyatakan kuasa-Nya untuk turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm 8:28). 

Allah tetap setia pada janji-Nya. Allah menyadari kekurangan anak-anak-Nya dan tidak membiarkan masalah-masalah yang mereka hadapi ditanggung sendiri. Maka Sarai dan Abram pada akhirnya tetap mendapatkan anak mereka sendiri.

Ujian besar dalam beriman adalah membiarkan Allah bekerja sesuai waktu-Nya di dalam kehidupan, dan menanti waktu-Nya itu dengan iman, harapan, dan kasih. 

Yeh 34:11-16

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Jumat, 28 Juni 2019: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Yeh 34:11-16; Mzm 23:1-3a, 3b-4, 5, 6; Rm 5:5b-11; Luk 15:3-7


Sebab beginilah firman Tuhan Allah: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. 

Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. 

Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel. 

Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan Allah. 

Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.


Renungan


1. Gembala yang baik

Allah menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya tugas "pengembalaan" itu dilaksanakan.

Di Israel, gembala berjalan di depan diikuti dombanya dari belakang. Seorang gembala yang baik harus selalu berada di tengah-tengah dombanya, harus selalu menjaga dan memperhatikan domba-dombanya, harus siap berkorban dan menghadapi resiko yang sangat berbahaya demi menjaga domba-dombanya.

Kita memiliki Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik, Dia tidak pernah membiarkan kita seorang diri, kita dituntun-Nya. Oleh karena itu dengarkanlah "suara"-Nya dan ikutilah jalan yang ditunjukkan-Nya. Sebab suara dan jalan itu menuju kepada kebahagiaan dan keselamatan.