Jika kita ingin berjalan bersama dengan seseorang maka harus ada penguasaan diri (penyangkalan diri) agar kita bisa mencapai tujuan, jalur dan kecepatan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Terlebih lagi ketika kita memutuskan untuk berjalan bersama dengan Tuhan, kita harus berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, yaitu: (A) mengosongkan diri-Nya sendiri, (B) merendahkan diri-Nya dan (C) taat sampai mati (Flp 2:7-8; Mat 26:39; Yoh 4:34 » Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya).
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus (I) menyangkal dirinya, (II) memikul salibnya setiap hari dan (III) mengikut Aku (Luk 9:23). Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku (Mat 10:38; Luk 14:27).
Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Ptr 1:15-16).
Inti penyangkalan diri Kristiani
(I, A) Mengakui kebergantungan kita kepada Allah, karena itu kita menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada Allah (2 Kor 4:7 » kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kita; memampukan kita untuk mengakui bahwa kita hanya-lah penatalayan Tuhan (orang yang bertugas sebagai “pengelola).
Penyangkalan diri Ini adalah suatu tindakan yang tidak mudah, karena keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging sehingga tanpa sadar kita sering melakukan apa yang kita anggap gampang dan menguntungkan kita, tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Tuhan dalam kehidupan kita (Gal 5:17).
Alasan Tuhan mengatakan mengasihi-Nya sebagai hukum yang terutama dan yang pertama dan mengasihi sesama manusia sebagai hukum yang kedua (Mat 22:37-39) karena
(1) Tuhan tidak ingin kita memiliki berhala di hidup kita. Lagi pula, Dia tahu bahwa Dia lah satu-satunya yang dapat memuaskan jiwa manusia. Sesungguhnya tidak ada satu pun manusia yang dapat memuaskan jiwa manusia lain. Setiap manusia sangat amat membutuhkan hubungan dengan Tuhan.
(2) Tuhan adalah kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:8, 16; 4:19) Artinya, seorang manusia tidak dapat sungguh-sungguh mengasihi manusia lain sebelum ia memiliki hubungan dengan Kasih Sejati (Tuhan). Jadi, manusia harus melekat kepada Tuhan terlebih dahulu, barulah ia dapat menyalurkan kasih yang sesungguhnya kepada sesamanya.
Jadi, kesetiaan kita pada Allah harus di-atas semua keterikatan alami yang lebih rendah dari keterikatan kita kepada Allah (Luk 14:26-27 » orang tua, pasangan hidup, anak-anak, saudara).
(II, B) Dalam menyangkal diri, kita harus bertempur dengan diri kita sendiri dalam menaklukkan dosa, melibatkan pertobatan yang terus-menerus, seumur hidup (2 Kor 4:10 » Kita senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kita, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kita).
Dosa bukan melulu melanggar perintah Allah, namun lebih serius dari itu, dosa menolak dan menghina cinta Allah; memalingkan diri dari Allah, mengarahkan diri pada ciptaan (Thomas Aquinas).
Iblis dapat menggunakan hal yang kecil, yang kurang kita perhatikan untuk membuat celah yang akhirnya dapat menjadi jalan masuk bagi dosa besar (St. Teresa Avila).
Nasihat dari seorang bapa padang gurun: “Pukullah ular sebelum dia masuk ke dalam gua, karena jika kau biarkan masuk maka engkau akan kesulitan untuk menemukannya dan tiba-tiba engkau akan dipagut dan teracuni oleh bisanya yang mematikan.
Jadilah seorang penjaga pintu bagi hatimu dan jangan membiarkan begitu saja sebuah pikiran masuk sebelum kamu tanyai. Tanyailah setiap pikiran satu persatu dan katakan padanya: “Kamu ini adalah seorang dari kami atau seorang lawan kami?” Jika ia salah seorang dari kamu, ia akan memenuhimu dengan kebahagiaan. Namun, jika ia antek musuh, ia akan mengisimu dengan kemarahan atau membangkitkan nafsumu (Evagrius Ponticus).
Dosa yang dibiarkan bertumbuh dan berkembang dalam diri kita, suatu hari akan merintangi kita dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibr 12:1). Oleh karena itu jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams 4:23).
(III, C) Meneguhkan maksud Allah yang mulia dalam diri kita.
Visi Allah: Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yoh 3:16-17; 1 Tim 1:15). Ia adalah pendamaian untuk dosa seluruh dunia (1 Yoh 2:2).
Misi Allah dalam hidup kita: memulihkan gambar Allah yang rusak dalam diri kita. Oleh karena itu kita harus menyangkal diri terus-menerus, yang didasari oleh kebenaran dan kasih kepada Allah, sehingga kita dapat menjadi sempurna, sama seperti Bapa kita yang di sorga adalah sempurna (Mat 5:48). Jadi, kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibr 12:14).
Orang Kristen, tak pernah sendiri tetapi selalu dalam komunitas umat beriman dari segala jaman dan segala tempat (Cardinal Walter Kasper).
Oleh karena itu kita harus hidup dalam komunitas rohani agar iman kita mengalami pertumbuhan (Ibr 10:25, 24; Kis 2:41-47), jiwa kita dibersihkan oleh firman yang kita dengar (Yoh 15:3) dan jiwa kita juga dikuatkan oleh kesaksian saudara-saudara seiman (Why 12:10-11) sehingga kita benar-benar percaya bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi kita (Yoh 3:16).
Komunitas adalah tempat pertemuan para sahabat Yesus, memperdalam iman melalui pengajaran-pengajaran Gereja, saling berbagi kegembiraan dan penderitaan dan memberi kesaksian sehingga jiwa kita dikuatkan dalam menjalani kehidupan yang berat ini sampai akhir.
SA - satu dalam suka, jika sahabat bersukacita maka kita juga turut bersukacita, tidak ada alasan untuk iri hati; HA - hadir dalam duka, jika sahabat mengalami kesesakan, kita harus hadir bersama-sama; BAT - berjabat tangan, kita harus selalu mendoakan sahabat kita.
Penyangkalan diri juga melibatkan kerendahan hati, yang menjadi dasar dari pertobatan dan spiritualitas Katolik. Penyangkalan diri adalah menempatkan dogma dan dokrin yang ditetapkan oleh Gereja Katolik lebih tinggi daripada interpretasi pribadi.
Dari mana asalnya kerendahan hati? Untuk mengetahui asal kerendahan hati, kita harus menerima kebenaran yang paling mendasar ini (KGK 356-358. 397-405, 410, 540, 2852-2853):
Tuhan menciptakan manusia karena cinta, ia diciptakan menurut citra Allah, dalam mata Allah ia lebih bernilai daripada segala makhluk. Diciptakan dalam keadaan kekudusan, manusia ditentukan supaya "di-ilahi-kan" sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan.
Tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya. Bagi Allah, kemulianan-Nya lebih penting daripada apapun (Rm 11:36 » Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya; Yes 43:7 » semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan).
Setan "adalah pembunuh manusia sejak semula ... ia pendusta dan asal segala dusta" (Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia" (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam dunia.
Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Kej 3:1-11) di dalam hatinya, menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Rm 5:19).
Akibatnya kehilangan rahmat kekudusan asli (Rm 3:23), keselarasan yang mereka miliki berkat keadilan asli, sudah rusak; kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas badan, sudah dipatahkan (Kej 3:7); kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan (Kej 3:11-13); hubungan mereka ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa. Juga keselarasan dengan ciptaan rusak: ciptaan kelihatan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia (Kej 3:17.19).
Manusia kehilangan kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa; kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan "concupiscentia". Maut memasuki sejarah umat manusia (Rm 5:12). Dosa merupakan kematian jiwa. Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidak-taatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya.
Sesudah jatuh, manusia tidak dibiarkan Allah. Sebaliknya, Allah memanggil dia (Kej 3:9). dan memberitahukan kepadanya atas cara yang penuh rahasia (Kej. 3:15). Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya, sehingga Ia tidak menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia.
Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31).
Pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus, ia menghapus dosa asal dan mengarahkan manusia kepada Allah lagi (KGK 1279 » manusia menjadi anak angkat Allah), tetapi akibat untuk kodrat, yang sudah diperlemah tinggal dalam manusia dan mengharuskan dia untuk berjuang secara rohani.
Sejak dibaptis ada peperangan rohani dalam kehidupan kita. Karena kita milik Kristus Yesus, kita harus berjuang menaklukkan dosa kita (Gal 5:24 » menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya,) dengan cara memisahkan diri dari dunia (2 Kor 6:17-18; 1 Yoh 2:16 » semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa).
Berkat menerima katekese, diterangi Roh (KGK 1216) maka pada saat berdoa dan memeriksa batin dengan merenungkan perbuatan kita, kita akan disadarkan bahwa betapa besar kasih Allah kepada kita, dan betapa banyak dosa yang telah kita perbuat melawan Dia.
Ketika kita berdoa, Allah akan terus-menerus memasukkan spirit-Nya sehingga kita mempunyai keinginan seperti apa yang dikehendaki-Nya (Mzm 80:19; Flp 2:13; Rm 8:26-27). Ketika kita menerima kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menemukan bahwa Allah memberikan kita kekuatan, keberanian, dan martabat yang bergema sampai ke sorga (Mother Angelica).
Dosa-dosa kita dahulu dapat berguna bagi pengudusan kita. karena dengan mengingatnya kita dapat menjadi lebih rendah hati dan lebih berterima-kasih atas belaskasih Allah yang begitu besar pada kita meskipun seringkali kita menyakiti-Nya. Di saat itulah kita menyadari bahwa kita hanyalah ciptaan, tidak bisa melakukan apa-apa di luar rahmat Tuhan (Yoh 15:8).
Jadi, kerendahan hati adalah hasil dari pengenalan akan diri sendiri dan akan Tuhan sehingga menghapuskan semua penghalang untuk menerima rahmat Tuhan. Kerendahan hati bukan kebajikan yang terbesar, namun hanya merupakan sarana untuk mencapai kesempurnaan kasih kepada Tuhan dan sesama.
Melalui komunitas, kita dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis (Ef 6:11) karena kita mengenal semua senjata perlengkapan Allah (Ef 6:14-17).
Senjata pertahanan
1. Ikat pinggang kebenaran
Kita harus mengenakan ikat pinggang kebenaran (kejujuran, ketulusan hati, keterbukaan, dan keterus terangan), mengikatkannya sedemikan rupa pada pinggang kita, sehingga segala kemunafikan dan kepura-puraan tidak lagi mengganggu gerak-gerik langkah kita dan kita tidak terhalang lagi untuk melakukan kehendak Allah.
Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya (Mzm 25:10).
Penyangkalan diri akan membawa kita kepada kebebasan, karena mengetahui kebenaran akan membebaskan kita (Yoh 8:32). Dengan kebebasan yang benar ini, maka kita akan semakin mengikuti perintah Tuhan dengan lebih mudah dan lebih siap (1 Yoh 5:3 » Perintah-perintah-Nya itu tidak berat), karena mengikuti perintah Allah telah menjadi karakter atau menjadi bagian dan kebiasaan dari jiwa kita.
2. Baju zirah keadilan
Baju zirah untuk melindungi bagian dada, secara rohani artinya: hati. Fungsi baju zirah untuk melindungi hati. Jadi, suatu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan iman, sangat diperlukan untuk melindungi hati (Flp 3:9; Ams 4:23).
Jika kita mengenakan baju zirah kebenaran yang berasal dari diri sendiri, iblis akan menemukan banyak titik kelemahan pada kebenaran tersebut (2 Kor 5:21). Dengan demikian ia akan sering berhasil menembusnya dengan serangan-serangan yang dilancarkannya untuk melukai hati kita
Baju zirah iman dan kasih (1 Tes 5:8), iman bekerja oleh kasih (Gal 5:6). Artinya: iman yang berfungsi karena kasih yang hidup. Ia akan melindungi hati kita terhadap segala serangan dan usaha iblis untuk menembus ke dalam bagian yang vital dari kehidupan kita.
Kasih itu melindungi kita terhadap segala yang negatif seperti kebencian, dendam, kepahitan, kekecewaan dan keputus asaan yang dapat merusak hati dan menghancurkan kehidupan kita.
Cinta kuat seperti maut ... nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya (Kid 8:6-7).
3. Kasut yang siap untuk memberitakan Injil
Kasut diikat sampai betis, dia menutup bagian penting dari perlengkapan seorang prajurit sehingga memampukannya untuk berjalan dengan cepat dan menempuh jarak yang cukup jauh.
Kasut memberikan mobilitas kepadanya sehingga seorang prajurit akan selalu siap untuk memenuhi panggilan dari komandannya, berada di manapun dan kapanpun ia dibutuhkan dalam pertempuran.
Kita harus siap sedia memberitakan firman baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2). Orang-orang yang menerima Injil akan merasakan damai sejahtera dalam hati dan pikiran. Kita tidak mungkin menularkan damai sejahtera kepada orang lain apabila kita sendiri tidak memilikinya.
4. Perisai iman
Perisai memberikan perlindungan menyeluruh. Perisai adalah iman akan perlindungan yang disediakan untuk kita dan semua orang yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita perlu menaikkan perisai iman agar mendapatkan perlindungan dan pemeliharaan Tuhan yang seutuhnya (akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat).
Apabila kita mulai menimbulkan masalah bagi iblis, sudah pasti ia akan balik menyerang kita. Pertama-tama ia mungkin menyerang pikiran, hati, tubuh, dan keuangan kita; jika serangannya terhadap kita tidak mempan, maka ia mulai menyerang orang-orang orang-orang yang paling dekat dengan kita.
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Orang benar akan hidup oleh iman (Rm 1:16-17).
5. Ketopong keselamatan
Ketopong = topi baja sebagai pengaman untuk melindungi kepala (pikiran). Jika terluka di bagian kepala, maka kita tidak akan mampu untuk mempergunakan segala perlengkapan senjata yang ada. Jadi, kita harus berketopongkan pengharapan (1 Tes 5:8).
Pengharapan adalah suatu sikap optimis yang selalu memilih untuk melihat sisi yang terbaik: tidak mau mengalah terhadap depresi, keragu-raguan dan sikap mengasihani diri sendiri (Rm 8:28, 24; Ibr 6:17-20; 10:23).
Kristus adalah pengharapan dan kemuliaan. Tanpa Kristus tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia (Kol 1:27; Ef 2:12)
6. Pedang roh yaitu firman Allah (dalam bahasa Yunani artinya “rhema”), dapat juga dipakai sebagai senjata penyerangan, tetapi belum mampu untuk menghancurkan benteng-benteng pertahanan.
Tanpa pedang, kita tidak mempunyai senjata untuk mengusir iblis. Dari mulut Yesus ke luar pedang tajam bermata dua; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran kita (Why 1:16; Ibr 4:12).
Buku Alkitab yang tercetak sama sekali tidak menimbulkan ancaman bagi iblis. Tetapi apabila kita mengucapkannya dengan iman melalui mulut kita, maka firman itu akan berubah menjadi pedang roh.
Jika kita memegang dan mengayunkan pedang itu maka Roh Kudus akan memberi kuasa dan hikmat dalam pemakaiannya. Oleh karena itu kita perlu benar-benar mengenal Alkitab dan penafsirannya yang benar, supaya kita dapat melawan cobaan iblis.
Bagian tubuh yang tidak terlindungi adalah punggung. Jadi, jangan pernah memperlihatkan punggung pada iblis (membalikkan badan, menyerah kalah) dan mengatakan “saya sudah capai dan tidak tahan lagi, saya mau berhenti.”
Hal ini akan memberi kesempatan kepada iblis untuk menyerang kita dari belakang. Kita tidak dapat melindungi punggung kita sendiri, maka sebagai laskar Kristus, kita harus mencontoh tentara Romawi. Ketika mereka bertempur, mereka selalu saling bahu-membahu merapatkan barisan untuk melindungi punggung mereka (membuat pagar betis).
Senjata-senjata pertahanan itu belum cukup untuk menghancurkan benteng-benteng pertahanan. Untuk benar-benar berhasil dalam peperangan rohani, kita harus terus melakukan penyerangan dengan kuasa Allah agar dapat meruntuhkan benteng-benteng yang dibangun oleh Iblis; untuk mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kita juga harus menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Kor 10:4-5).
Jika gereja/umat Allah tetap pada posisi bertahan, maka Kerajaan Iblis tidak akan pernah tumbang, meskipun Yesus sudah melucuti semua senjata mereka.
Senjata penyerangan. Selain pedang roh, ada 4 senjata rohani utama untuk melakukan penyerangan.
1. Doa
Doa seperti peluru kendali antar benua, dengan peluru itu kita dapat menembaki benteng-benteng pertahanan iblis di manapun benteng itu berada; menembus ke langit dan memungkinkan campur tangan para malaikat (Dan 10:12 » Aku diutus kepadamu ... aku datang karena perkataanmu itu).
Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya (Luk 18:1-8; Kis 12:1-7). Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya (Ef 6:18), supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah (Mat 26:41).
2. Puji-pujian
Setiap melody diciptakan oleh Tuhan untuk menggerakkan bumi, membuat harmoni dan membuat sebuah sistem di bumi. Puji-pujian yang memasyurkan perbuatan Allah (mengandung campur tangan Allah yang supranatural) akan naik melintasi langit, mencapai tahta Allah sehingga dapat membangkitkan rasa takut akan Allah dan menimbulkan kegentaran, terutama pada musuh kita; dapat membungkam suara Iblis yang selalu mendakwa kita siang dan malam di hadapan Allah (Why 12:10).
Permainan musik dan puji-pujian yang diurapi mempunyai kuasa yang dahsyat untuk mengubah hati dan memecahkan gendang telinga si jahat sehingga mereka tidak dapat berkomunikasi dengan pemimpinnya. Apalagi permainan musik dan puji-pujian itu juga disertai dengan firman Tuhan (Mzm 149:6).
Mulut - merupakan sarana utama untuk mengeluarkan senjata rohani melawan Kerajaan Iblis. Bayi-bayi dan anak-anak (Mat 21:15-16) - menggambarkan orang-orang yang hanya dapat bersandar kepada kekuatan Allah.
3. Pemberitaan firman Tuhan
Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus (Rm 10:17). Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yak 1:21).
Jika kita memberitakan firman dengan tekun dan berani - dengan tidak memperdulikan kecaman yang terjadi karena tidak semua orang senang mendengar kebenaran (Kis 19:8-20), seumpama batu yang dilempar ke kolam sehingga menimbulkan riak-riak gelombang.
Hasilnya: peneguhan secara supranatural, melalui mujizat-mujizat; roh-roh jahat terbongkar kegiatannya dan berhasil diusir keluar; cengkraman ajaran sesat atas seluruh kota dapat dipatahkan.
Jika kita tidak membaca firman Tuhan, kita tidak akan kuat menghadapi godaan dunia ini. Firman Tuhan adalah sumber kekuatan bagi hidup orang-orang Kristen. Bagaimana kita dapat mengikuti jalan-Nya Tuhan di dalam hidup kita, jika kita bahkan tidak mendengarkan arahan-Nya di dalam keseharian kita? Jadi, berilah makanan pada jiwa kita dengan makanan yang tepat setiap hari, yaitu ajaran sehat (1 Tim 6:3 » perkataan Tuhan kita Yesus Kristus).
4. Kesaksian
Kesaksian merupakan bagian yang terpenting dari strategi Yesus untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (Kis 1:8) - untuk memenangkan jiwa-jiwa.
Seringkali terjadi salah pengertian antara bersaksi dan berkotbah, kedua-duanya berhubungan dengan firman Tuhan, hanya pendekatannya dari sudut yang berbeda.
Berkotbah - menyampaikan kebenaran firman Tuhan secara langsung. Bersaksi - berbicara mengenai sesuatu hal yang kita alami sendiri sehubungan dengan firman Tuhan; tujuannya untuk meneguhkan kebenaran firman Tuhan.
Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita (2 Tim 1: 7-8).
Ada hal penting yang diungkapkan dalam firman Tuhan berkenan dengan “Darah Yesus”
Di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa ... (Ef 1:7).
Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa (1 Yoh 1:7) » disucikan secara rohani.
Kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti diselamatkan dari murka Allah (Rm 5:9); Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5:21).
Yesus menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri (Ibr 13:12) » dikuduskan berarti dijadikan kudus/suci, dipisahkan/dikhususkan bagi Allah.
Berkat sarana rohani (berdoa, menyanyikan puji-pujian, membaca Kitab Suci, membaca bacaan rohani) perspektif hidup orang dapat diperdalam, dipertajam, dan diolah menjadi lebih matang sehingga menjadi manusia baru.
Apabila kita tidak hidup dalam komunitas (Yes 30:1 » yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah) dan tidak menggunakan sarana rohani setiap hari, maka manusia lama kita akan bangkit kembali dan tanpa sadar hidup kita menjadi serupa dengan dunia ini.
Hal ini terjadi karena kita dijerat dan diikat oleh Iblis pada kehendaknya, sehingga kita hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci (Rm 12:2; 2 Tim 2:26; Tit 3:3).
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Allah menyiapkan jiwa kita agar pantas menjadi Bait/Kenisah Roh Kudus, dengan cara memberikan malaikat pelindung pada setiap orang beriman, ia mendampingi kita sebagai pelindung dan gembala sejak kita dilahirkan sampai kita menghadap Bapa di sorga.
Malaikat tidak memberi penyesalan kepada jiwa, tetapi menunjukkan sumber penyesalan itu (St. Bonaventura). Akhirnya ... kita akan merasa mual melihat diri kita sendiri karena kesalahan-kesalahan kita dan perbuatan-perbuatan kita yang keji (Yeh 36:31).
Berkat bimbingan Roh Kudus, kita disadarkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yak 4:4).
Kehidupan ini adalah sebuah sekolah bagi jiwa kita, sebuah media pembelajaran bagi jiwa kita untuk boleh bertumbuh di dalam Tuhan. Orang yang bertumbuh di dalam Tuhan, ia tahu apa yang Tuhan kehendaki.
Ayah kita mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr 12:5-10).
Sejak dibaptis, kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak Allah (Rm 8:15-16). Roh mematikan perbuatan-perbuatan tubuh (Rm 8:13) sehingga kita dapat memikirkan perkara yang di atas bukan yang di bumi (Kol 3:2-5). Jika kita menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Kor 10:5), maka pembaharuan budi dapat membedakan kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm 12:2).
Kita hidup, tetapi bukan lagi kita sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita. Dan hidup kita yang kita hidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya untuk kita (Gal 2:20).
Jadi, perjalanan hidup di dunia merupakan pergumulan untuk memperoleh pengesahan sebagai anak oleh Bapa di sorga. Saat tertindas itu sangat baik untuk mendidik jiwa kita supaya kita belajar ketetapan-ketetapan-Nya (Mzm 119:71).
Beban kehidupan atau penderitaan tidak dirancang oleh Tuhan untuk menghancurkan hidup kita tetapi untuk membawa kita kepada-Nya. Jadi, kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr 12:9-10).
Pada saat mengalami hal yang tidak menyenangkan, kita adalah murid, gurunya adalah orang yang melakukan itu. Jadi dalam kehidupan ini selalu ada proses saling belajar-mengajar (Ams 27:17).
Misalnya: ada dua orang sahabat (A dan B) membangun suatu bisnis. Dalam bisnis itu A menipu B, tentunya B akan sangat kecewa dengan A, karena A yang sangat dipercayainya menipunya.
B adalah "murid", yang sedang menjalani kurikulum yang namanya "sabar", gurunya adalah A. B adalah "guru" untuk kurikulum "komitman" bagi A, karena A tidak bisa pegang komitmen.
B menuntut A ke pengadilan, karena hendak mengajari A, sahabatnya pentingnya "komitmen". Tetapi jika B meng-iklaskan » "Ya sudahlah, saya ditipu tidak apa-apa", proses pembelajaran itu tidak tuntas, karena A tidak mendapat pelajaran.
Kalau B sudah tuntas menjalankan "kurikulum sabar" dan dan A belum tuntas menjalankan peran "kurikulum komitmen". Maka suatu saat A akan mengalami "remidi", mengalami hal yang sama ditempat yang lain.
Hal ini disebut "Hukum tabur tuai" dalam hukum Kristiani. Tujuan dari peraturan kehidupan ini bukan untuk menghukum tetapi bertujuan "menyadarkan" orang dari kesalahannya.
Jika kita mau menjadi manusia yang rendah hati, maka kita akan menyadari bahwa setiap orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita adalah "guru" yang baik bagi jiwa kita. Pelajarilah peristiwa itu ... Kalau kita bisa melakukan hal ini, maka kita bisa melihat diri kita yang sebenarnya ... (ternyata aku ini sombong, aku egois, aku mau menang sendiri dll.).
Dalam sekolah kehidupan ada tingkatan yang berbeda-beda pada setiap anak-anak Tuhan, ada anak kecil secara rohani, tidak memahami ajaran tentang kebenaran, ada juga orang-orang dewasa rohani yang mempunyai pancaindra yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat (Ibr 5:12-15).
Dalam sekolah kehidupan kepala sekolahnya adalah Tuhan Yesus, gurunya adalah Roh Kudus, dan kita adalah murid-murid dari sekolah kehidupan.
Untuk lulus dari sekolah kehidupan, kita sudah diberikan kunci jawabannya, yaitu harus hidup sama seperti Kristus hidup (Yoh 4:34; Mrk 14:36 » melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya).
Menjalankan sekolah kehidupan, ibarat kita sedang menabur benih kehidupan dan kita akan menuainya di dalam kekekalan. Oleh karena itu kita harus memperhatikannya dengan serius apa yang firman Tuhan katakan (Gal 6:7-8 - Menabur dalam roh, hidup menurut kehendak Allah).
Masuk sekolah kehidupan adalah kewajiban (1 Tim 6:12 » pertandingan iman; 1 Kor 9:24-27 » menguasai dirinya dalam segala hal). Penyangkal diri berarti menemukan rancangan Allah di dalam hidup kita. Tanpa penyangkalan diri yang penuh, semua aktifitas agama akan kehilangan maknanya.
Tujuan pendidikan tersebut adalah anak-anak Tuhan memiliki kecerdasan roh. Kecerdasan roh artinya kemampuan berpikir seperti Allah berpikir (Flp 2:5 » menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus).
Jika kita mengembangkan diri sesuai dengan kehendak-Nya maka kita akan bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus, yaitu memiliki karakter ilahi dan buah Roh (KGK 1832: 1. Kasih 2. Sukacita 3. Damai sejahtera 4. Kesabaran 5. Kemurahan 6. Kebaikan 7. Kesetiaan 8. Kelemahlembutan 9. Penguasaan diri 10. Kerendahan Hati 11. Kesederhanaan 12. Kemurnian).
Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini (Why 2:7 » makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah; Why 2:11 » tidak menderita apa-apa oleh kematian yang kedua; Why 2:17 » manna yang tersembunyi; batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya; Why 2:26-28 » kuasa atas bangsa-bangsa, bintang timur; Why 3:5 » dikenakan pakaian putih; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya; Why 3:12 » sokoguru di dalam Bait Suci Allah; Why 3:21 » Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya) dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku (Why 21:7). Jadi, tujuan akhir dari sekolah kehidupan adalah agar kita layak dan pantas menjadi anak Bapa di sorga.
Berkat bimbingan Roh Kudus, kita disadarkan bahwa kekayaan dan harta benda dan kuasa adalah karunia Allah (Pkh 5:18).
Kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya (2 Kor 3:18) jika kita melakukan setiap perbuatan baik, apapun juga dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, untuk kemuliaan-Nya (2 Tim 3:17; 1 Kor 10:31; Kol 3:23) sehingga kita semua adalah surat Kristus, mencerminkan kemuliaan Tuhan (2 Kor 3:3). Saya pensil kecil ditangan Allah yang sedang menulis, yang mengirim surat cinta pada dunia (Mother Teresa).
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia (Yak 1:12).
Oleh karena itu, marilah kita selalu berada di tengah-tengah komunitas agar kita dapat saling bahu-membahu dalam menghadapi penyerangan musuh yang bukan berasal dari darah dan daging sehingga kita dimampukan untuk menyangkal diri dan memikul salib setiap hari dan mengikuti-Nya.
(Sumber: Warta KPI TL No. 169/V/2019 » Renungan KPI TL Tgl 25 April 2019, 2 & 9 Mei 2019, Dra Yovita Baskoro, MM).