Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 2 September 2018: Hari Minggu Biasa XXII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Ul 4:1-2, 6-8; Mzm 15:2-3a, 3cd-4ab, 5; Yak 1:17-18, 21b-22, 27; Mrk 7:1-8, 14-15, 21-23
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: (1) "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.
Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. (2) Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.
Renungan
1. Kerendahan hati
adalah pemacu utama kemajuan hidup rohani
(1) Dalam penglihatan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu, apa pun yang dilakukan oleh orang lain tidak pernah ada benarnya, selalu salah. Sebaliknya, apa pun yang terjadi, mereka menganggap diri mereka selalu beres dan benar.
Penghambat utama kemajuan rohani adalah kesombongan. Kesombongan membuat hati manusia menjadi kotor dan akhirnya tidak mampu melihat cacat-cela yang bercokol di dalam hatinya, apalagi mengakui dan memperbaikinya.
Sebaliknya, kerendahan hati adalah pemacu utama kemajuan hidup rohani. Semakin seseorang rendah hati, semakin pesatlah kemajuan hidup rohaninya. Kerendahan hati membuat manusia mampu mengenal dirinya sendiri yang penuh dengan cacat-cela, kemudian mampu mengakuinya dan akhirnya juga mampu memperbaikinya.
(2) Jadi, kebersihan hati lebih utama daripada kebersihan lahiriah. Kebersihan hati membuat manusia mampu melihat kehadiran Allah dalam diri sesama sehingga memunculkan keinginan untuk selalu mencintai sesama.
Marilah kita mohon kepada Tuhan agar Dia menganugerahkan kita rahmat kerendahan hati sehingga kita mampu membersihkan hati kita dan juga mampu melihat dengan jelas kehadiran Allah dalam diri kita dan juga dalam diri sesama.