Pages

Rabu, 01 Mei 2019

Luk 7:1-10

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 17 September 2018: Hari Biasa XXIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: 1 Kor 11:17-26; Mzm 40:7-8a, 8b-9, 10, 17; Luk 7:1-10

Senin, 16 September 2019: PW St. Kornelius, Paus dan Martir, St. Siprianus, Uskup dan Martir -Tahun C/I (Merah)
Bacaan: 1 Tim2:1-8; Mzm 28:2, 7, 8-9; Luk 7:1-10; RUybs


Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.

Ketika (1A) perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." 

Lalu (1B) Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: (2) "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 

(3) Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: (5) "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!" Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, ( 4) didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. 



Renungan


1. Iman + rendah hati = selamat

Setiap merayakan Ekaristi, khususnya pada saat kita hendak menyambut Komuni Kudus, kita selalu menyatakan iman dari perwira itu (2). Pernyataan iman dan sikap rendah hati sang perwira itu merupakan hal yang luar biasa sehingga Yesus memujinya (5).

Sikap iman yang benar adalah merasa tidak pantas di hadapan Allah yang selalu mengasihi kita, bahkan dalam bentuk keadaan apa pun diri kita. Kerendahan hati dan ketidak layakan di hadapan Tuhan seharusnya membuat kita lebih waspada dalam hidup agak tidak bertahan dalam dosa, tapi mengubah diri ke atmosfir hidup yang lebih baik.

Jadi, iman dan sikap rendah hati di hadapan Tuhan haruslah berjalan seiring agar keselamatan terjadi dalam hidup manusia.


2. Cinta-Nya berlaku untuk semua orang

(1AB) Yesus tergerak hati-Nya dan menanggapi permohonan perwira itu. Akan tetapi akibatnya ialah Yesus disebut najis sebab memasuhi rumah orang kafir menurit pandangan Yahudi saat itu. 

Mungkin saja perwira itu sadar, maka ia berkata (2). (3) Yesus memuji iman dari perwira itu dan kesembuhan hambanya pun terjadi (4).

Yesus tak membeda-bedakan kita. Ia datang juga kepada orang yang disebut kafir menurut agama dan tradisi Yahudi saat itu. Artinya kita ini milik Tuhan dan cinta-Nya berlaku untuk semua orang.

Apakah kita sebagai pengikut-Nya hanya memiliki cinta bagi kaum kita dan membenci dan membinasakan orang yang berbeda dari kita?

Tuhan akan berkenan kepada kita yang dengan rendah hati mengakui kebesaran Tuhan. Bukan dengan kesombongan untuk membinasakan orang lain seakan Tuhan terlalu kecil sehingga harus dibela.

Kita perlu beriman akan Tuhan yang Mahabesar yang menyelenggarakan yang terbaik bagi kita.

Tuhan tidak mengenal perbedaan, melainkan setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.