Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Sabtu, 15 September 2018: Pw St. Perawan Maria Berduka - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Ibr 5:7-9; Mzm 31:2-3a, 3b-4, 5-6, 15-16, 20; Yoh 19:25-27; Luk 2:33-35
Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan (*) suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Renungan
1. Belajar dari Bunda Maria
Hari ini bersama seluruh Gereja kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Banyak kedukaan yang dialami Bunda Maria dalam perjalanan hidupnya bersama Yesus.
Gereja mencatat ada tujuh peristiwa duka yang dialami Bunda Maria, yaitu ketika Simeon meramalkan kejadian yang akan menimpa Yesus (*), ketika pengungsian ke Mesir, ketika bersama Yusuf mencari Yesus di Yerusalem, ketika bertemu Yesus di bawah salib, ketika Yesus wafat, ketika Yesus dibaringkan di pangkuannya, dan ketika Yesus di-makamkan. Rentetan pengalaman duka ini dihadapi Bunda Maria dalam iman, harapan, dan kasih.
Dukacita merupakan pengalaman yang ingin selalu dihindari setiap manusia. Kita patut belajar dari bunda kita, Bunda Maria, yang selalu menanggung penderitaan dalam iman, harapan, dan kasih. Tiga kebajikan teologal ini (1 Kor 13:13) merupakan dasar yang kokoh bagi kita dalam mengarungi kehidupan yang selalu dihantui oleh penderitaan.
Bunda Maria tabah dan sabar sampai akhir karena dia menyandarkan hidupnya pada iman, harapan, dan kasih akan Allah. Semoga Bunda Maria selalu mendoakan kita agar kita tetap tabah dalam menghadapi derita yang kita alami.