Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 2 November 2018: Pengenangan arwah semua orang beriman - Tahun B/II (Ungu)
Bacaan: 2 Mak 12:43-45; Mzm 130:1-2, 3-4, 5-6a, 6-7, 8; 1 Kor 15:12-34; Yoh 6:37-40
Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah (*) mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Renungan
1. Mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal
(*) Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.
"Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya (Bdk. Ayb 1:5), bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka" (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5) (KGK 1032).
Prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut (Rm 8:38-39), kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya.
Betapa indahnya pengajaran ini! Kita semua disatukan oleh kasih Kristus: kita yang masih hidup dapat mendoakan jiwa-jiwa yang berada di Api Penyucian, dan jika kelak mereka sampai di sorga, merekalah yang mendoakan kita agar juga sampai ke sorga.
2. Persekutuan Para Kudus
Gereja Katolik mengajarkan, bahwa persekutuan Gereja kita terdiri dari tiga bagian yang tak terpisahkan: Gereja Pejuang (kita di dunia, yang setiap hari berjuang demi keselamatan kita), Gereja Menderita (jiwa-jiwa di Api Penyucian, tidak lagi dapat berdoa untuk dirinya sendiri) dan Gereja Jaya (para malaikat dan para kudus di sorga). Persekutuan ini membentuk Tubuh Mistik Kristus dan saling bekerja sama dalam mempertahankan fondamen Gereja.
Jika kita, Gereja Pejuang, lalai berdoa bagi jiwa-jiwa para saudara kita di Api Penyucian (Gereja Menderita), berarti kita ikut melemahkan fondamen Gereja. Karena itu, Gereja tak henti-hentinya mendorong umat beriman untuk mempersembahkan doa-doa dan Misa Kudus bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia.
Mendoakan arwah orang beriman termasuk perbuatan mulia. Namun, janganlah terpengaruh kebiasaan tradisi leluhur, setelah mendoakan arwah keluarganya, sekalian minta kepada arwah keluarganya itu supaya memberi rejeki dan melindungi mereka yang hidup, apalagi arwah tersebut adalah orangtuanya. Ingatlah! Segala sesuatu yang kita minta kepada arwah atau roh lainnya yang bukan Roh Allah adalah perbuatan yang dilarang dan dikategorikan: Berhala! (Yes 8:19).
Percayalah, berkat belas kasih Tuhan, doa-doa kita itu punya daya dan makna bagi mereka yang kita doakan. Jika yang kita doakan sudah berada di Gereja Jaya, doa kita tidak sia-sia karena doa kita akan dialihkan kepada arwah lain, yang tidak ada yang mendoakan. Ketika mereka telah terbebas dari penderitaan dan menikmati sukacita sorgawi, mereka tidak melupakan/tak henti-hentinya berdoa bagi kita yang telah mendoakannya.