Pages

Jumat, 26 April 2019

Hati yang berbelas kasih

Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kol 3:12).

Kami bertujuh menghadiri pentas musik di sebuah taman hiburan yang ramai. Karena ingin duduk bersama, kami mencoba duduk dalam satu baris. 

Namun, saat kami mengatur posisi, seorang wanita bergegas dan duduk di tengah-tengah kami. Istri saya mengatakan kepadanya bahwa kami bertujuh ingin duduk dalam satu baris, tetapi wanita itu lekas berkata, “Kalian kalah cepat,” sembari tetap memaksa duduk dalam barisan tersebut dengan kedua temannya.

Ketika kami bertiga duduk sebaris di belakang barisan yang kami inginkan, istri saya, Sue, memperhatikan bahwa wanita tadi mengajak seorang dewasa yang tampaknya memiliki kebutuhan khusus. Sepertinya wanita itu berusaha menjaga agar mereka bertiga selalu bersama agar ia bisa memperhatikan temannya itu. Saat itu juga kekesalan kami sirna. 

Sue berkata, “Bayangkan betapa sulit keadaan yang dihadapinya di tengah keramaian seperti ini.” Memang wanita itu telah menanggapi Sue dengan sikap yang kasar. Namun, kami juga seharusnya merespons dengan rasa belas kasihan daripada dengan kemarahan.

Ke mana pun kita pergi, kita akan menjumpai orang-orang yang membutuhkan belas kas

Perkataan Rasul Paulus berikut ini dapat menolong kita untuk melihat siapa saja di sekitar kita dari sudut pandang yang berbeda, yakni memandang mereka sebagai orang-orang yang membutuhkan jamahan kasih Allah. 

“Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12). Ia juga meminta kita untuk saling bersabar dan mengampuni (ay.13).

Dengan menunjukkan belas kasihan, kita sedang mengarahkan orang-orang kepada satu Pribadi yang telah mencurahkan dari hati-Nya anugerah dan belas kasihan-Nya atas kita.

Wawasan:

Belas kasih bukan sekadar rasa kasihan bagi seseorang yang berkebutuhan; perasaan kita haruslah menggerakkan kita untuk meringankan seseorang dari penderitaannya.

Rasul Paulus mengajak kita untuk bersikap “baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain” (Ef. 4:32 BIS) dan “mengikuti teladan Allah” (5:1 BIS). 

Yesus memerintahkan supaya kita “berbelaskasihan seperti Bapa [kita] juga bermurah hati” (Luk. 6:36 BIS). 

Dalam salah satu penyingkapan terbesar tentang diri-Nya sendiri di Alkitab, Allah menyebut diri-Nya sebagai “Allah yang penuh kemurahan hati dan belas kasihan” (Kel. 34:6 BIS). 

Bersama Rasul Yakobus, kita menyatakan, “Tuhan [itu] maha penyayang dan penuh belas kasihan” (Yak. 5:11). 

Bayangkan sebuah dunia yang tidak mengenal belas kasihan. Seperti apa jadinya? Karena itu, mengapa penting bagi anak-anak Allah untuk menunjukkan belas kasihan? —Sim Kay Tee

Bapa, belas kasihan-Mu tak pernah berakhir. Kiranya kami mencerminkan hati-Mu dengan menunjukkan belas kasihan kepada sesama kami.

Kita berbelas kasihan ketika kita memahami pergumulan orang lain.

(Sumber: Our Daily Bread Ministries)