Sejumlah orang mempersalahkan kita karena menghormati gambar Juruselamat dan gambar Bunda kita, Maria, dan juga gambar orang-orang kudus serta hamba-hamba Kristus yang lain.
Hendaknya mereka ingat bahwa pada awal mula Allah menciptakan manusia menurut gambar Allah sendiri (Kej 1:26). Karena itu, atas dasar apa kita menunjukkan hormat satu sama lain kalau tidak karena kita semua diciptakan menurut gambar Allah?
Karena, seperti dikatakan oleh Santo Basilius yang dengan banyak cara menjelaskan hal-hal Ilahi, penghormatan yang diberikan kepada gambar melampaui bentuk lahiriahnya ... Mengapa umat Israel pada zaman Musa menghormati kemah suci (Kel 33:10)?
Karena kemah suci itu merupakan gambaran dan lambang dari hal-hal surgawi, atau lebih tepat dari seluruh ciptaan? Dan Allah memang berkata kepada Musa, ‘Ingatlah, bahwa engkau harus membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu’ (Kel 25:40). Juga, kerubim yang menaungi takhta kerahiman, bukankah buatan tangan manusia (Kel 25:18)?
Tambahan pula, apa yang dihormati di dalam bait Allah di Yerusalem? Bukankah itu buatan tangan manusia dan dibentuk oleh keterampilan manusia (1 Raj 8)? ...
Karena belas kasih-Nya yang begitu besar, Allah menjadi manusia sejati demi keselamatan kita ... Dia hidup di dunia dan tinggal di antara manusia (Bar 3:38); Dia mengerjakan mujizat, menderita, disalibkan, wafat, bangkit lagi, dan kembali ke surga.
Semua itu sungguh terjadi di suatu tempat dan disaksikan oleh manusia. Semua itu ditulis sebagai peringatan dan pengajaran bagi kita yang tidak hidup pada zaman itu, sehingga kita, meskipun tidak melihat, masih dapat — dengan mendengar dan percaya — memperoleh berkat dari Tuhan.
Tetapi tidak setiap orang dapat membaca; juga tidak setiap orang memiliki waktu untuk membaca. Oleh karena itu, para Bapa Gereja memberikan persetujuan untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa itu dalam bentuk gambar ... supaya gambar itu dapat menjadi kenangan yang padat mengenai peristiwa-peristiwa itu.
Tanpa keraguan sedikit pun, sering terjadi, ketika kita tidak ingat akan sengsara Tuhan, tetapi menyaksikan gambar Kristus yang tersalib, tiba-tiba sengsara-Nya yang mendatangkan keselamatan itu muncul dalam ingatan kita, lalu kita bersujud serta menyembah bukan kepada sosok material itu tetapi kepada Dia yang ditampilkannya —
demikian juga, kita tidak menghormati bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Injil, atau bahan-bahan untuk membuat salib, tetapi menghormati apa yang disimbolkan oleh barang-barang itu ... Hal yang sama berlaku untuk Bunda Tuhan. Penghormatan yang kita berikan kepadanya kita tujukan kepada Dia yang telah mengambil daging dari dia ... Penghormatan yang diberikan kepada gambar kudus melampaui bentuk lahiriahnya (St. Yohanes dari Damaskus).