Sejak pertama dunia diciptakan, semuanya itu baik (Kej 1:10, 12, 18, 21, 25), terlebih lagi saat manusia pertama diciptakan, sungguh amat baik (Kej 1:31). Allah menciptakan firdaus untuk manusia, supaya manusia hidup di dalamnya dengan bahagia (Kej 2:8-15). Hubungan antara Allah dan manusia pun amat mesra pada waktu itu (Kej 3:8). Itulah kehendak-Nya atau rancangan-Nya bagi kita, yaitu supaya kita hidup bahagia baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.
Oleh karena itu Yesus memberikan pedoman hidup (KGK 2764 – kotbah di bukit – Mat 5-7). Bila kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya, maka kita akan hidup bahagia. Namun bagaimana kita dapat mengenali kehendak Allah itu?
Kehendak Allah dapat dikenali melalui beberapa sumber:
Kehendak Allah dapat dikenali melalui beberapa sumber:
1. Firman Tuhan
Firman itu adalah Allah, Firman itu telah menjadi manusia ... Anak Tunggal Bapa (Yoh 1:1, 14). Firman-Mu adalah kebenaran. Jika kamu mengetahui kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 17:17; 8:32).
Semua firman Allah adalah murni (Ams 30:5), mengajarkan perkataan sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus (1 Tim 6:3; 2 Tim 1:13) yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16-17) untuk pembaharuan di dalam roh dan pikiranmu, sehingga kamu mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat, dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Ef 4:23-24; Ibr 5:14; Rm 12:2; Flp 1:9-11).
Sumber pertama dan terutama untuk mengenali kehendak Allah ialah firman Tuhan (Rm 2:17-18; Mzm 40:9). Namun manusia seringkali mengabaikan firman Tuhan sehingga hidupnya dipenuhi dengan segala kekacauan. Oleh karena itu perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:15).
Juruselamat kita menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:3-4). Jadi, Tuhan menghendaki semua orang berbalik dan bertobat (1 Ptr 3:9), supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh 6:40), diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4).
(Baca juga: Warta KPI TL No. 165/I/2019 - Hidup kekal: mengenal Allah yang benar).
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119:105). Jadi, akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams 3:6); tanamkanlah firman itu di dalam hatimu sehingga firman itu berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yak 1:21).
2. Ajaran Gereja
Gereja didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri dan dijiwai oleh Roh Kudus. Ia didirikan untuk mengajar dan membimbing para murid serta untuk menafsirkan firman Tuhan secara otentik, artinya secara tepat dan benar. Oleh sebab itu, dengan menerima ajaran Gereja, kita menerima ajaran Tuhan sendiri. Dengan mengikuti petunjuknya, kita mengikuti petunjuk Allah sendiri (Luk 10:16).
3. Status hidup
Status hidup Anda serta kewajiban yang mengalir daripadanya merupakan pancaran kehendak Allah.
Allah menghendaki supaya suami dan istri saling mengasihi dengan segenap hati dan dengan setia. Ia menghendaki anak-anak mencintai dan menghormati orang tuanya dan orang tua mendidik anak-anaknya secara kristiani.
Allah menghendaki agar seorang kepala keluarga bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarganya dan hidup sebagai kepala keluarga dan bukan sebagai seorang biarawan. Misalnya: ia tidak dapat melalaikan keluarganya dengan dalih melayani Tuhan, atau seorang istri tidak mau melayani suami dan anak-anaknya karena mau melayani Tuhan. Kalau begitu apakah mereka tidak boleh melayani Tuhan? Boleh saja, dan bahkan wajib, namun caranya sesuai dengan status dan situasi hidupnya.
Itulah sebabnya bila Anda mempunyai tanggungjawab yang macam-macam, semuanya itu bisa saling bertabrakan. Misalnya bila Anda ikut pelbagai macam kegiatan sekaligus, sehingga akhirnya bingung sendiri bagaimana caranya mengatur waktu. Oleh karena itu, Anda harus berani mengadakan prioritas dalam hidup anda. Anda harus mendahulukan apa yang harus didahulukan dan dengan demikian Anda sendiri tidak akan bingung.
4. Tanda-tanda lahiriah
Peristiwa atau kejadian yang Anda hadapi dan alami dapat menjadi petunjuk akan kehendak Allah bagi Anda. Perhatikan apa yang terjadi di sekitar Anda dan berdoalah, agar diberi hikmat untuk mengerti apa pesan Tuhan lewat segala peristiwa itu. Kita tahu, bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa diketahui oleh Allah. Kita juga yakin, bahwa Allah dapat mengatur segala peristiwa atau kejadian sedemikian rupa, sehingga dari situ tampak jelas kehendak-Nya.
Kadang-kadang kehendak Allah begitu jelas terlihat, baik lewat tanda dan peristiwa lahiriah yang disertai pengertian batin sehingga tidak ada keragu-raguan lagi. Namun, seringkali tidak jelas sehingga hanya dapat Anda ketahui bila Anda mengikuti bimbingan Roh Allah sendiri yang dilakukan-Nya lewat dorongan dan gerakan batin Anda.
5. Tanda-tanda batin
Tanda-tanda batin ini tertulis dalam batin kita sendiri oleh Roh Kudus (Yeh 36:26). Tanda-tanda itu dapat berupa sabda batin, penglihatan » jarang terjadi; rasa batin, kecenderungan batin yang datang dari Roh Kudus yang hadir dalam diri kita » yang lebih lazim terjadi. Melalui semua itu Roh mau menunjukkan kepada kita arah mana yang harus kita ambil dalam perjalanan hidup kita ini.
Proses untuk mengenal kehendak Allah ini kadang-kadang juga disebut dengan istilah “penegasan rohani”. Beberapa pedoman praktis supaya dapat mengenali kehendak Allah lewat tanda-tanda batin.
1. Pertama-tama siapkan batin Anda dalam doa, sehingga Anda mencapai suatu kerelaan untuk mengikuti kehendak Allah, apa pun itu, karena yakin bahwa itulah yang terbaik bagi Anda. Bila Anda telah rela dan siap mengambil keputusan sesuai dengan kehendak Allah, maka Anda dapat mengambil langkah berikutnya.
2. Carilah informasi yang memadai tentang situasi, peristiwa, perkara, orang-orang yang terlibat dalam pilihan Anda. Pelajari dan pertimbangkan segala pro dan kontranya. Carilah juga tanda-tanda lahirilah. Segala sesuatu yang berlawanan dengan Kitab Suci, ajaran Gereja, dan status hidup Anda haruslah dianggap sebagai suatu godaan.
3. Bawa persoalan Anda dengan segala pro dan kontranya kepada Yesus dalam doa. Berbicalah kepada Yesus seperti kepada seorang sahabat yang mengasihi Anda. Ceritakanlah kepada-Nya segala harapan dan kekuatiran Anda. Bertanyalah kepada-Nya bagaimana pandangan-Nya tentang hal itu dan mohonlah kepada-Nya agar membantu Anda mengambil keputusan yang tepat.
4. Bacalah tanda-tanda batin. Ketika Anda berbicara dengan Tuhan dan lebih-lebih lagi ketika Anda diam di hadapan-Nya, Roh Allah berkarya di dalam diri Anda. Bila keputusan atau tindakan itu sesuai dengan kehendak Allah, maka Roh Kudus akan menimbulkan damai, terang, kasih, ketertarikan batin, dan hiburan. Melalui tanda-tanda positif itu Roh berkata, “Ya, itulah yang Kukehendaki.”
Bila keputusan atau tindakan yang akan Anda ambil itu tidak sesuai dengan rencana Allah, maka Anda akan mengalami tanda-tanda yang negatif seperti ketidaktenangan, ketakutan, kegelapan, keseganan, dan rasa kehadiran Allah melenyap. Melalui tanda-tanda itu Roh mau berkata, “Bukan, ini bukan yang Kukehendaki.”
5. Seringkali tanda-tanda batin itu digelapkan dan dikaburkan oleh perasaan-perasaan senang dan tidak senang, prasangka, ketakutan, ambisi, keinginan yang belum terpenuhi, tekanan sosial, dan godaan-godaan. Oleh karena itu Anda harus lebih dahulu berdoa untuk menyerah kepada kehendak Allah, sehingga mampu mengenali tanda-tanda tersebut. Lagipula kita harus bertekun dalam doa, supaya tanda-tanda tadi menjadi semakin jelas.
6. Dalam menghadapi keputusan-keputusan penting, misalnya waktu harus menentukan panggilan hidup, ulangi doa itu berkali-kali. Dalam hal itu penting sekali menuliskan dan mencatat apa yang Anda alami dan rasakan waktu itu, baik yang positif maupun yang negatif, supaya sesudah itu Anda dapat memakainya untuk mengenali petunjuk Allah.
Kalau pengalaman Anda terlihat menuju suatu arah secara konsisten, Anda dapat menarik kesimpulan dengan hati penuh damai ke mana arah yang dikehendaki Allah bagi Anda. Sebaliknya kalau pengalaman Anda agak kacau, tidak konsisten, itu tandanya Anda belum siap melakukan penegasan rohani tersebut, karena barangkali hati Anda belum siap melakukan apa yang dikehendaki Allah. Kalau demikian, berdoalah terus sampai Anda menemukan kesiapan dan kerelaan melakukan kehendak Allah, apapun itu.
7. Sebelum mengambil keputusan penting baiklah Anda berkonsultasi dengan pimpinan Anda, dengan pembimbing atau orang lain yang lebih berpengalaman.
Kehendak Allah adalah kebijaksanaan tertinggi. Oleh karena itu norma tertinggi di dalam kehidupan Kristiani adalah melakukan kehendak Allah.
Yesus turun ke dunia untuk menjadi serupa dengan manusia dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Ini berarti bahwa Yesus pun mempunyai perasaan sebagai seorang manusia normal, mengalami ketakutan jika sedang menghadapi suatu masalah dan mengetahui bahwa dirinya akan mengalami penderitaan (Luk 22:42 » "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi).
Didorong oleh ketakutan Yesus mengungkapkan doa-Nya kepada Bapa. Walaupun Ia adalah seorang Putera Allah, namun Ia telah melepaskan segala atribut ke-Allahan-Nya dan mau menjadi sama seperti manusia. Ia sadar bahwa sebagai seorang manusia, ia harus melakukan segala kehendak Bapa bagi diri-Nya.
Jadi, Yesus tahu bahwa kedatangan-Nya di dunia untuk satu tujuan, yaitu memberikan teladan ketaatan dalam melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Ibr 10:7; Yoh 6:38; 4:34; Flp 2:8).
Ketaatan berhubungan dengan kehendak Allah
1. Ketaatan berarti mati terhadap kehendak, tidak memikirkan kehendak pribadi. Kehendak Allah dinyatakan-Nya melalui banyak cara.
Taat kepada peraturan-peraturan yang ada dalam komunitas, organisasi, kantor, atau kelompok-kelompok lain. Jika kita menjalankannya dengan sepenuh hati berarti kita telah taat kepada kehendak Bapa yang dinyatakan melalui peraturan-peraturan itu.
Ketaatan kepada pimpinan juga merupakan ungkapan taat kepada kehendak Bapa, karena melalui pimpinan itu Bapa telah berbicara dan menyampaikan kehendak-Nya untuk diri kita masing-masing. Kita bukan taat kepada manusia tetapi dengan mata iman kita melihat Bapa yang berbicara melalui manusia itu (Ef 6:5-6 » Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah).
2. Ketaatan juga berarti perwujudan dari kerendahan hati. Orang yang taat adalah orang yang rendah hati. Mengapa demikian? Contoh: jika seseorang menjadi anggota suatu komunitas, tentunya ia harus taat pada peraturan yang ditetapkan di dalamnya. Mungkin tidak semua peraturan itu sesuai dengan kehendaknya, tetapi jika seseorang itu mempunyai sikap yang rendah hati, maka ia akan melaksanakan semua peraturan yang ada dengan hati tulus, sebab ia tahu dan sadar bahwa melalui hal itu Bapa telah menyatakan kehendak-Nya.
Apa yang telah ditetapkan dalam peraturan adalah untuk kebaikan setiap anggota komunitas dan kehendak Bapa selalu untuk mendatangkan kebaikan.
3. Ketaatan merupakan juga suatu pengorbanan diri yang akan membawa kita kepada suatu jalan untuk mencapai kekudusan.
Dengan menjadi taat, kita telah mengorbankan diri, membunuh kemauan sendiri, membunuh keangkuhan kita, dan menjadikan diri kita sebagai kurban bakaran yang harum bagi Allah.
Yesus telah menjadi contoh dan teladan tentang pengorbanan diri (Ibr 5:8 » Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya). Maukah kita berkorban (1 Ptr 3:17 » berbuat baik) untuk melaksanakan kehendak Bapa.
Kehendak Bapa menuntut suatu pengorbanan diri kita, lakukanlah dengan sepenuh hati karena pada akhirnya hal yang tidak mengenakkan itu akan menjadi suatu hal yang sungguh baik dan indah bagi diri kita dan juga orang lain.
4. Ketaatan melambangkan adanya suatu sikap kelepasan. Kelepasan ini merupakan suatu sikap yang membawa kita dapat semakin terbuka terhadap segala sesuatu yang dikehendaki Tuhan. Dengan sikap yang lepas bebas, tidak terikat atau lekat dengan suatu hal tertentu, maka kita dapat mempunyai hati yang terbuka untuk karya Tuhan dalam diri kita.
Adam dan Hawa menjadi binasa ketika mereka tidak taat dan tak mampu lepas dari godaan keinginan daging. Sebaliknya ketaatan Yesus, kelepasan-Nya akan segala keinginan daging secara manusiawi telah membawa kita semua kepada keselamatan (Rm 5:19).
Jadi, kehendak Bapa itu selalu berhubungan dengan orang lain, dengan keselamatan orang lain. Dengan kata lain kehendak Bapa berhubungan dengan cintakasih karena apa yang dikehendaki Bapa selalu mendatangkan kebaikan bagi setiap orang. Jika kita melakukannya berarti kita telah ikut berpartisipasi dalam mendatangkan kebaikan bagi orang lain, dan itulah tandanya cinta kasih.
Kita tahu bahwa kehendak Bapa yang utama bagi kita adalah ‘mengasihi’. Dengan mempunyai kasih, maka hati kita akan selalu terbuka akan segala hal lain yang dikehendaki Bapa, dan itu akan lebih mudah kita jalankan dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:17).
(Sumber: Warta KPI TL No. 166/II/2019 » Hidup menurut kehendak Allah, Vacare Deo Edisi I/IX/2007; Ketaatan pada kehendak Bapa, HDR Maret-April 2007 Tahun XI).