2. JAWABAN MANUSIA
a) IMAN KEPERCAYAAN
44. Sikap apakah yang tepat terhadap sabda Allah?
Tuhan yang menyampaikan wahyu harus disambut dalam "ketaatan iman" (Rm 16:26; bdk. Rm 1:5; 2 Kor 10:5-6). Dengan beriman manusia menyerahkan seluruh dirinya kepada Tuhan secara bebas; ia tunduk 'dengan akal budi dan kehendak sepenuhnya kepada Tuhan yang menyampaikan wahyu itu' (Konsili Vatikan I) dan mengakui dengan rela wahyu yang diberikan oleh-Nya. (WI 5)
45. Bagaimana iman itu mungkin?
Supaya dapat beriman, terlebih dahulu diperlukan bantuan Rahmat ilahi dan juga pertolongan batin Roh Kudus. Dia Yang menggerakkan dan mengarahkan hati kepada Tuhan, membuka mata budi serta membuat mudah bagi semua orang untuk menyetujui kebenaran. (WI 5)
46. Apakah iman itu harus bersifat sukarela dan bebas?
Salah satu pokok utama ajaran Katolik mengatakan, bahwa jawaban iman yang diberikan orang kepada Tuhan harus bersifat sukarela. Jadi, tak seorang pun boleh dipaksa melawan kemauannya sendiri untuk beriman. Ajaran ini termuat dalam sabda ilahi dan terus-menerus diwartakan oleh para _Bapa Gereja._
Menurut hakekatnya iman adalah tindakan yang bebas. Sebab manusia tidak dapat menganuti Allah Yang mewahyukan Diri-Nya, kecuali jika Bapa menariknya supaya tunduk kepada Tuhan dalam imannya yang bersifat wajar dan bebas. Manusia itu ditebus oleh Kristus, Juruselamatnya, dan dipanggil supaya diangkat menjadi putera-puteri Allah dengan perantaraan Yesus Kristus.
Jadi, sangat sesuai dengan hakekat iman, bahwa di dalam hal-hal keagamaan, jenis paksaan apa pun dari pihak manusia harus ditolak. (KB 10, a-c)47. Apakah orang perlu percaya akan Yesus Kristus supaya diselamatkan?
Kepada Yesus Kristus diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Dari Dialah para Uskup sebagai pengganti para Rasul menerima tugas pengutusan mengajar segala bangsa dan mewartakan Injil kepada semua makhluk. Maksudnya, supaya semua manusia memperoleh keselamatan dengan iman. Pembaptisan dan pelaksanaan perintah-perintah ilahi (bdk. Mat 28:18-20; Mrk 16:15-16; Kis 26:17 dst.). (G 24 a)
Satu-satunya Perantara dan Jalan Keselamatan ialah Kristus. Yang hadir di antara kita di dalam Tubuhnya, yaitu Gereja. Dengan menandaskan jelas-jelas perlunya iman dan Pembaptisan (bdk. Mrk 16:16: Yoh 3:5). Ia sendiri serentak juga menegaskan perlunya Gereja. Ke dalam Gereja ini orang masuk melalui Pembaptisan seperti melewati pintu.
Jadi, kalau ada seseorang yang walaupun tahu betul-betul bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Allah dengan perantaraan Yesus Kristus, sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh dibutuhkan demi keselamatan, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tidak mau bertahan di dalamnya, maka orang itu tidak dapat diselamatkan. (G 14)
Kristus ialah Kebenaran dan Jalan yang dibuka untuk semua orang dengan pewartaan Injil, karena kepada telinga semua orang dikumandangkan sabda Kristus sendiri: "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Mrk 1:15).
Mengingat bahwa orang yang tidak percaya sudah diadili (Yoh 3:18), maka sabda-sabda Kristus serentak menjadi sabda pengadilan dan kasih karunia, sanda kematian dan kehidupan...
Maka bukan tanpa alasan Kristus dipuja oleh umat beriman sebagai "Harapan dan Juruselamat bangsa-bangsa". (KM 8)
Kita tidak menetap selamanya di dunia ini melainkan mencari tempat menetap yang akan datang (Ibr 13:14). Kalau orang yang menyadari hal itu berpendapat, bahwa mereka boleh mengabaikan tugas-tugas dunia ini, maka mereka itu tidak berpandangan benar. Sebab, mereka kurang memperhatikan, bahwa justru oleh iman itu mereka lebih diwajibkan untuk menunaikan tugas-tugas duniawi, sesuai dengan panggilan masing-masing orang.
Akan tetapi tidak kurang keliru pula mereka yang berpandangan sebaliknya. Mereka menceburkan dirinya ke dalam urusan duniawi sedemikian rupa, seolah-olah urusan itu sama sekali terpisah dari kehidupan keagamaan. Sebab, mereka mengira bahwa hidup keagamaan hanya terdiri dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan ibadat dan beberapa tugas moral.
Kesenjangan antara iman yang diakui dan kehidupan sehari-hari yang terdapat pada banyak orang, harus dipandang sebagai salah satu kesesatan besar jaman kita ini. Skandal ini dalam Perjanjian Lama telah dikecam keras oleh para nabi dan jauh lebih tegas lagi dikecam dalam Perjanjian Baru oleh Kristus sendiri. Yang mengancamnya dengan hukuman berat. (GD 43 a)
50. Apakah iman Kristen harus diakui di muka umum?
Karena dipersatukan dengan Gereja oleh Sakramen Pembaptisan, para beriman ditugaskan oleh meterai rohani yang mereka terima, supaya beribadat menurut agama Kristen.
Dan karena sudah dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah, maka mereka wajib mengakui iman, yang diterimanya dari Tuhan dengan perantaraan Gereja itu di hadapan umum.
Oleh Sakramen Penguatan mereka diikat lebih sempurna lagi dengan Gereja, dan dianugerahi daya-kekuatan Roh Kudus yang khusus. Dengan demikian, mereka lebih diwajibkan lagi untuk menyebarkan dan membela iman sebagai saksi-saksi Kristus sejati, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan. (G 11 a)
Di depan semua bangsa hendaknya semua orang Kristen mengakui iman mereka akan Allah Yang Mahaesa dan Tritunggal, akan Allah-Putera yang menjadi manusia, Sang Penebus dan Tuhan kita. Dengan usaha bersama dalam semangat saling menghargai hendaknya mereka memberikan kesaksian tentang harapan kita, yang tidak pernah mengecewakan. (GE 12)51. Apakah tolok ukur bagi iman Kristen?
Gereja senantiasa sudah dan tetap akan memandang Kitab Suci bersama Tradisi Suci sebagai tolok ukur tertinggi bagi imannya.
Sebab, Kitab Suci diilhamkan oleh Tuhan dan dituangkan ke dalam tulisan sekali untuk selama-lamanya. Kitab Suci itu menyampaikan sabda ilahi secara tak terubah dan mengumandangkan suara Roh Kudus di dalam kata-kata para Nabi dan para Rasul.
Jadi, seluruh pewartaan Gereja, seperti halnya agama Kristen itu sendiri, harus mendapat santapan dan bimbingan dari Kitab Suci. (WI 21)
52. Apakah itu hidup menurut iman?
Adalah merupakan tugas Gereja menghadirkan dan seolah-olah menampakkan Allah Bapa dan Putera-Nya Yang menjadi manusia, dengan jalan memperbaharui dan memurnikan dirinya terus-menerus di bawah bimbingan Roh Kudus.
Hal ini dilakukan terutama dengan kesaksian iman yang hidup dan matang, yakni iman yang telah berkembang sedemikian, sehingga dapat melihat dengan jelas kesulitan-kesulitan, lalu mengatasinya.
Kesaksian yang gemilang tentang iman ini telah dan masih tetap diberikan oleh amat banyak saksi iman. Iman ini harus memperlihatkan kesuburannya dengan meresapi seluruh hidup para beriman, termasuk hidup sehari-hari. Iman ini menggerakkan mereka supaya bertindak adil dan penuh kasih terutama terhadap kaum miskin.
Akhirnya, untuk memanifestasikan kehadiran Tuhan sangat besar sumbangan cinta kasih persaudaraan umat beriman; dalam semangat rukun mereka bekerja sama demi iman akan Injil, dan tampil sebagai tanda persatuan. (GD 21 e)