“Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan seorang Yahudi, yang bernama Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, seorang Benyamin yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut dengan Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel. Mordekhai itu pengasuh Hadasa, yakni Ester, anak saudara ayahnya, sebab anak itu tidak beribu bapa lagi; gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai. Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Ester pun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para perempuan. Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan.” (Ester 2:5-9)
Kitab Ester, sekalipun tidak menyebutkan Allah secara tegas, menunjukkan pemeliharaan-Nya yang terus-menerus atas umat Yahudi. Ia mengarahkan, mengesampingkan, dan mempergunakan berbagai tindakan orang untuk mencapai maksud-Nya serta memelihara umat pilihan-Nya.
Keseluruhan Kitab Ester memberikan penjelasan kepada kita bahwa di balik kekuasaan Ahasyweros, Tuhan yang tidak nampak, tinggal bersama-sama umat-Nya. Dia tidak berdiam diri, namun Dia mengendalikan situasi. Walaupun Ahasyweros tidak memiliki integritas yang bercirikan hikmat dan prinsip hidup yang mulia, Tuhan tetap melaksanakan maksud dan rencana-Nya dengan sempurna.
Keseluruhan Kitab Ester memberikan penjelasan kepada kita bahwa di balik kekuasaan Ahasyweros, Tuhan yang tidak nampak, tinggal bersama-sama umat-Nya. Dia tidak berdiam diri, namun Dia mengendalikan situasi. Walaupun Ahasyweros tidak memiliki integritas yang bercirikan hikmat dan prinsip hidup yang mulia, Tuhan tetap melaksanakan maksud dan rencana-Nya dengan sempurna.
Siapakah Ester? Ester adalah anak perempuan Abihail, kemenakan Mordekhai. Menurut Ester 2:7, nama Yahudi dari Ester ialah Hadasa ('pohon murad'). Nama Ester barangkali adalah padanan dari kata Persia “stareh”, yang berarti “bintang.”
Diceritakan bahwa pada saat Ahasyweros merindukan ratu Wasti, isteri yang telah diceraikannya, maka diusulkan agar sang raja memilih seorang ratu yang baru bagi dirinya di antara para perawan cantik dari negeri itu. Segera saja sida-sida kerajaan Persia mengumpulkan sejumlah gadis yang cantik-cantik dari seluruh wilayah, dan raja menempatkan Hegai dan Saasgas untuk mengawasi dan merawat gadis-gadis itu. Diantara gadis-gadis itu terdapatlah Ester, anak perempuan Abihail, kemenakan Mordekhai.
Dari sekian banyaknya gadis-gadis cantik yang dikumpulkan, Hegai melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri Ester, sehingga Ester mendapatkan perlakuan khusus. Hegai memberi Ester wangi-wangian, tujuh dayang dan menempatkannya di bilik yang terbaik dari balai perempuan. Setelah melalui seleksi yang ketat, akhirnya tibalah giliran Ester untuk menghadap raja. Di hadapan raja pun, Ester beroleh kasih sayang lebih dari gadis-gadis lainnya. Akhirnya, raja Ahasyweros berkenan mengenakan mahkota ratu ke kepala Ester.
Mengapa Hegai memperlakukan Ester secara istimewa? Mengapa raja Ahasyweros memilih Ester sebagai ratu?
Tiga kali Alkitab menuliskan kalimat, “Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.” Kalimat itu menunjukkan bahwa Ester memiliki kepribadian yang menarik dan menyenangkan orang di sekitarnya. Ester lulus dalam uji kepribadian saat dilakukan pemilihan ratu Persia. Ester tidak saja “elok perawakannya dan cantik parasnya” tetapi juga kepribadiannya menarik dan menyenangkan orang, sehingga pengasuh dan raja menaruh kasih kepadanya.
Tiga kali Alkitab menuliskan kalimat, “Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.” Kalimat itu menunjukkan bahwa Ester memiliki kepribadian yang menarik dan menyenangkan orang di sekitarnya. Ester lulus dalam uji kepribadian saat dilakukan pemilihan ratu Persia. Ester tidak saja “elok perawakannya dan cantik parasnya” tetapi juga kepribadiannya menarik dan menyenangkan orang, sehingga pengasuh dan raja menaruh kasih kepadanya.
Walaupun Ester sudah dipilih dan dimahkotai sebagai ratu kerajaan Persia yang besar, ia tidak menjadi sombong atau mementingkan diri karena kedudukan dan kuasanya yang baru. Ia tidak meremehkan nasihat saudara sepupunya yang kedudukannya lebih rendah, ia juga tidak melupakan bangsanya atau warisan rohaninya; malahan setelah menjadi ratu, ia menunjukkan sikap lembut dan rendah hati. Kepribadian yang menarik dan menyenangkan inilah yang telah membedakan Ester dari gadis-gadis Persia lainnya. Kecantikan pribadi Ester merupakan daya tarik tersendiri yang membuatnya disukai oleh semua orang.
Sebagaimana kehadiran Ester dapat diterima orang lain dengan baik, maka setiap orang Kristen seharusnya juga mampu menunjukkan kepribadian yang baik, menarik dan menyenangkan orang-orang lain di manapun ia berada.
Rahasia kepribadian yang menarik ini terletak pada kecantikan manusia batiniahnya. Rasul Petrus menasihatkan, “Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” (1 Petrus 3:4).
Kecantikan manusia batiniah tidak menekankan hal-hal yang berkenaan dengan hias-merias diri, atau memakai barang-barang yang mewah dan mahal, atau tingkah laku yang “modern” atau “gaya anak gaul”. Kecantikan batiniah berasal dari dalam, dari roh yang lembah lembut.
Rahasia kepribadian yang menarik ini terletak pada kecantikan manusia batiniahnya. Rasul Petrus menasihatkan, “Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” (1 Petrus 3:4).
Kecantikan manusia batiniah tidak menekankan hal-hal yang berkenaan dengan hias-merias diri, atau memakai barang-barang yang mewah dan mahal, atau tingkah laku yang “modern” atau “gaya anak gaul”. Kecantikan batiniah berasal dari dalam, dari roh yang lembah lembut.
Kecantikan batiniah dipengaruhi oleh hubungan kita dengan Tuhan. Kecantikan batiniah akan terpancar keluar, meskipun kita bukanlah orang yang tergolong cantik atau tampan.
Kecantikan batinian tercermin dalam kesederhanaan hidup, kesopanan, kedewasaan dalam berpikir, kearifan dalam bertingkah laku, kelemah-lembutan dalam bertutur kata, keramahan dalam bergaul dan sikap yang takut akan Tuhan.
Bilamana kita memiliki kecantikan batiniah, orang-orang lain pasti selalu ingin dekat dengan kita dan nama Tuhan pasti dimuliakan.
(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).
Kecantikan batinian tercermin dalam kesederhanaan hidup, kesopanan, kedewasaan dalam berpikir, kearifan dalam bertingkah laku, kelemah-lembutan dalam bertutur kata, keramahan dalam bergaul dan sikap yang takut akan Tuhan.
Bilamana kita memiliki kecantikan batiniah, orang-orang lain pasti selalu ingin dekat dengan kita dan nama Tuhan pasti dimuliakan.
(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).