Pages

Senin, 19 November 2018

Doa sebagai sumber keberanian



Keberanian adalah keutamaanm moral yang membuat seseorang tabah dalam kesulitan dan tekun dalam mengejar yang baik. Ia meneguhkan kebulatan tekad, supaya melawan godaan dan supaya mengatasi halangan-halangan dalam kehidupan moral. 

Kebajikan keberanian memungkinkan untuk mengalahkan ketakutan, juga ketakutan terhadap kematian dan untuk menghadapi segala pencobaan dan penghambatan. Ia juga membuat orang rela untuk mengurbankan kehidupan sendiri bagi hal yang benar (KGK 1808). Ketabahan dan ketekunan ini adalah cerminan keterpautan jiwa pada apa yang baik. 

Keberanian menciptakan keseimbangan (ketenangan) pribadi dalam menghadapi bahaya. Memiliki keberanian tidak berarti bahwa orang bebas dari rasa takut. Sebaliknya, seorang yang memiliki keberanian mengenal rasa takut, tetapi tidak membiarkan rasa takut itu mencegahnya dari melakukan apa yang baik

Berusaha menghindar dari penderitaan, memang sangat manusiawi. Namun kerelaan mengambil bagian dalam penderitaan adalah ciri pengikut Kristus yang sejati. Sebagai wujud kedewasaan iman, tindakan tertinggi dari keberanian adalah kemartiran (KGK 2473). 

Buah-buah kebaikan yang berakar keutamaan keberanian tampak pada keluhuran budi, yang membuat orang cenderung untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik sebesar mungkin; kebaikan hati, sebagai kecenderungan untuk berbagi kebaikan dengan orang lain; kesabaran, yang memampukan orang menghadapi kejahatan-kejahatan yang ada; dan ketekunan, yang membuat orang terus berdiri tegak dalam mengejar kebajikan

Sedangkan lawan dari keberanian bisa muncul dalam sikap takut, ceroboh, prasangka, ambisi, pongah, pengecut, labil dan bebal

Sumber sejati keutamaan keberanian, yakni Allah sendiri. Melalui doa, sebagaimana pengalaman bangsa Israel, kita diajak untuk berani percaya kepada Allah

Marilah kita belajar dari Mazmur 27:1-14

Mazmur adalah sebuah doa, sebuah ungkapan kepercayaan kepada Tuhan yang diyakini senantiasa memperhatikan umat-Nya. Mazmur berasal dari sejarah kehidupan dan ekspresi bangsa Ibrani, yang diterima sebagai doa Gereja (Baca juga: Ibadat Harian) dan dibuat untuk menaikkan pujian kepada mempelai-Nya sepanjang sejarah Gereja hingga kini. 

Mazmur merupakan doa yang terarah kepada Tuhan karena ditulis oleh orang yang beriman/percaya kepada-Nya, yang mencari Dia sepanjang kehidupan nyata. Mazmur merupakan doa yang sejati dan manusiawi yang mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhan dasar jiwa (iman, sukacita, ketakutan, kemenangan dan kekalahan, pemberontakan dan kesetiaan, serta keluhan dan pujian). 

Bagi bangsa Israel, doa yang didasari kepercayaan kepada Allah sekaligus adalah bentuk kesaksian. Kesaksian pemazmur adalah sebuah ajakan implisit untuk meneladani sikap yang sama. 

[1-3] Dari Daud. Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? 

Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya

» Ungkapan kepercayaan. Pemazmur merindukan bersekutu dengan Tuhan sambil menyaksikan dan menikmati berada dekat Tuhan. Berkaca dari pengalaman sejarah masa lampau bangsanya, pemazmur tetap yakin akan perlindungan Tuhan. 

Kepercayaan kepada Allah sebagai sumber keberanian untuk menjalankan kehendak Bapa, tabah dalam kesulitan dan tekun dalam mengejar yang baik. 

[4-6] Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: (A) diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya

Sebab (B) Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. 

Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya (C) aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan. 

» Alasan untuk percaya. Berkat kesaksian akan tindakan penyelamatan Tuhan, imannya diteguhkan. 

(A) Pemazmur merindukan bersekutu dengan Tuhan sambil menyaksikan dan menikmati berada dekat-Nya. Bersama-Nya, dia merasa aman dan nyaman, merindukan kehadiran-Nya dalam segala aspek kehidupannya. 

(B) Semakin mendekat kepada Tuhan semakin dia beroleh kekuatan dan mampu tegak berdiri di atas segala persoalan, karena Tuhan adalah perlindungannya! Hidup dalam ketaatan adalah kunci untuk beroleh perlindungan dari Tuhan (Mzm 5:12). 

(C) Segala kebaikan itu ditanggapi dengan ucapan syukur. 

[7-10] Dengarlah, Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan. 

Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku. 

» Seruan permohonan. Bangsa Israel kerap didera pelbagai penderitaan, tetapi mereka percaya bahwa bersama Allah mereka tak perlu merasa takut. Situasi pemazmur sangat berbeda dari apa yang diyakininya, mengalami krisis yang mengguncang iman. Dalam ketakutannya, dia minta tolong, mencari wajah Tuhan, berseru penuh kepercayaan, dan mengharapkan pertolongan-Nya. 

[11-13] (D) Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku. Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup! 

» Inti permohonan dan kepercayaan. Ketakutan pemazmur ditepis dengan kepercayaan kepada Tuhan, sekali pun bahaya belumlah lewat, dia berani mengandalkan Tuhan. 

(D) Tidak mudah untuk hidup benar di dunia ini karena iblis (“seteruku”) senantiasa menghalangi. Syukur kepada Allah karena Tuhan akan menunjukkan jalan-Nya dan akan menuntun kita (Rm 7:25). Bersama-Nya, kita akan mampu hidup benar karenafirman-Nya adalah kebenaran” (Yoh 17:17); hidup di luar firman perlu diragukan! (Rm 10:2-3). 

[14] Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan. 

» ajakan untuk tetap percaya. Tekun dalam menanti-nantikan Tuhan akan membawa kita menyaksikan pertolongan-Nya yang ajaib. 

Doa menjadi sumber keberanian untuk menghadapi kehidupan dan segala persoalannya. Mazmur membawa kita ke alam iman, membuat kita berani untuk berdoa apa adanya kepada Tuhan, sahabat sejati kita. Sharing inilah yang memberi kekuatan pada jiwa kita untuk melangkah maju walaupun berada di tengah badai

(1) Pada suatu hari saya berjalan-jalan ke kebun binatang bersama anak-anak saya. Dengan gembira saya memperkenalkan nama-nama binatang yang ada di sana meskipun mungkin anak kedua saya tidak mengerti dengan perkataan saya. 

Pada saat berjumpa dengan rombongan ibu-ibu, tiba-tiba saya mendengar salah satu ibu tersebut berkata kepada teman-temannya: “Minggir! Ada wong ayu lewat tapi anaknya yang satu kece dan yang satu ngiler.” 

Mendengar perkataan itu hati saya sangat sedih, namun saya teringat teladan Yesus untuk mengampuninya. Sebagai pengikut-Nya saya berdoa: “Ya Bapa, ampunilah dia, sebab dia tidak tahu apa yang dikatakannya.” (Luk 23:34). 

(2) Pada suatu hari saya menghadiri pertemuan PDKK, ada seorang ibu yang menyapa saya dengan mengatakan: “Bu, kok sudah lama nggak datang. Datanglah terus ikut doa dan pujian, biar wajahnya ada roh-Nya.” Pikir saya, kalau tidak ada roh-Nya berarti saya sudah mati. 

Mendengar perkataan ibu tersebut, sebagai pengikut Kristus saya belajar untuk tidak membela diri tetapi saya belajar untuk mendoakannya. Dia tidak tahu bahwa saat itu saya bekerja di Bali dan saya tidak pernah meninggalkan persekutuan dengan-Nya. 

Dari kedua kejadian ini, saya mengetahui bahwa setiap hari kita hidup dalam peperangan rohani. Sikap hati kita akan menentukan hidup kita. Jadi, jika melihat atau mendengar “sesuatu yang salah” (something wrong), tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, janganlah kita marah tetapi doakanlah karena sesungguhnya mereka tidak sadar telah dijerat dan diikat oleh Iblis pada kehendaknya (2 Tim 2:26). Siapa tahu mereka akan bertobat seperti Santo Longinus (prajurit Roma yang menikam lambung Yesus). 

(3) Pada suatu hari saya ke RKZ untuk melayani doa buat mama mertua teman saya. Sesampainya di sana saya tidak berjumpa dengan teman saya. Meskipun demikian, saya tetap melayani doa di sana. 

Hal pertama yang saya lakukan adalah menyapa mama mertua teman saya dengan tersenyum manis (senyum injili). Lalu saya sharing kehidupan. 

Sharing iman sangat penting dalam kehidupan rohani kita, (1) Iblis akan lari terbirit-birit - Why 12:10-11 (2) mempunyai daya kekuatan untuk menarik orang-orang kepada iman dan kepada Allah (KGK 2044). 

Sesudah itu saya tawari ibu tersebut untuk di doakan. Dia mau didoakan meskipun bukan beragama Katolik. Pada saat pujian dan doa dinaikkan, dia meneteskan air mata. Diakhir kunjungan, saya menawarkan padanya: “Ibu, apakah ibu mau menjadi Katolik?” Dia bersedia. 

Jadi, kewajiban pengikut Kristus adalah menjadi surat Kristus (2 Kor 3:3) dengan cara menyapa setiap orang yang dijumpai dengan senyum injili dan jika mereka tidak mempunyai agama yang dianutnya, bersaksilah bahwa Yesus adalah Juruslamat dunia. Dengan cara ini kita telah menyelamatkan jiwanya. 

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 20 September 2018, Ibu Phang).