Pages

Minggu, 05 Agustus 2018

Ribka - istri Ishak



Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal (Kej 24:67).


Siapakah Ribka? Ribka sebenarnya masih punya hubungan kerabat dengan Abraham. Alkitab mencatat bahwa Abraham mempunyai adik bernama Haran dan Nahor (Kejadian 11:26-27, 29). Haran memperanakkan Lot, Milka dan Yiska. Milka menikah dengan Nahor, pamannya sendiri, dan memperanakkan Betuel, ayah Ribka. Jadi Ribka adalah cucu Milka dam buyut Haran

Kisah Ribka dalam Kej 24 di awali dengan kisah Abraham, sudah sangat lanjut usianya (bahasa Ibraninya memasuki hari-hari tuanya), tetapi Ishak masih belum berumah tangga. Abraham ingin agar ahli warisnya itu segera menemukan seorang istri dari kalangannya sendiri dan bukan dari antara penduduk Kanaan. 

Oleh sebab itu ia mengutus seorang hambanya yang dapat diandalkan, Eliezer, untuk mengadakan perjalanan panjang ke Mesopotamia untuk menemukan seorang istri bagi Ishak.

Eliezer sendiri sudah memikirkan kriteria wanita yang akan menjadi pendamping Ishak dan di mana dia bisa menemukannya. 

Hamba itu tidak meminta gadis yang cantik, melainkan dia lebih mengutamakan gadis yang takut akan Tuhan, rajin, ramah, hormat pada orang tua, dan baik hati

Karena itu ia berhenti di sebuah sumur, di pinggir kota Nahor, kota tempat tinggal saudara-saudara Abraham. Dia ke sumur karena kemungkinan besar di sanalah dia akan menemukan gadis yang demikian. 

Sumur pada masa itu merupakan tempat pertemuan bagi para wanita yang setiap hari harus memenuhi kebutuhan air dalam rumah mereka.

Sambil menunggu, ia berdoa dengan meminta tanda dari Tuhan. Hamba Abraham tersebut meminta tanda agar gadis yang kelak akan diperistri Ishak mau memberinya minum dan menawarkan untuk memberi minum unta-untanya juga. 

Belum lagi selesai berdoa, ia sudah melihat seorang gadis yang cantik dan ramah berjalan ke arahnya. Kemudian dia menguji apakah gadis tersebut adalah jawaban dari doanya. 

“Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: "Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu." Jawabnya: "Minumlah, tuan," maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia: "Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum." (Kej 24:17-19)

Alkitab menceritakan bahwa Ribka memberi minum kepada hamba Abraham, dan orang-orang yang ikut bersamanya, serta sepuluh ekor unta, yang sudah berjalan kira-kira 724 Km. 

Unta adalah binatang padang pasir yang tahan haus, tetapi kalau mendapatkan kesempatan minum, ia akan minum banyak sekali. Saat bertemu air, unta-unta akan mengisi “tangki airnya”. Bisa dibayangkan bahwa Ribka harus mondar-mandir ke mata air untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air. 

Namun di tempat itulah kerajinan, keramahan dan kerendahan hatinya teruji, ia tidak segan-segan melakukan pekerjaan berat itu untuk orang yang baru dikenalnya. 

Sikap itu menunjukkan bahwa Ribka menghormati hamba Abraham, orang yang sudah lanjut umur dan membutuhkan pertolongan. Ribka memenuhi kriteria yang ditetapkan hamba Abraham, sehingga dijadikan sebagai kandidat tunggal untuk menjadi isteri Ishak.

Ada banyak keuntungan yang diperoleh jika seseorang memiliki karakter yang rajin bekerja, ramah, murah hati, rendah hati, mau bekerja sama, tidak mementingkan diri sendiri, setia, jujur, dan sebagainya. Selain dikasihi, dijaga dan diberkati Tuhan, ia juga akan dikasihi oleh sesamanya.

Singkat cerita Ribka di bawa ke Barsyeba untuk menjadi isteri Ishak, Ketika akan sampai, rombongan Ribka bertemu dengan Ishak, kemudian Ribka turun dari untanya dengan memakai cadar

Ribka melakukan ini sebagai tanda bahwa dia menghormati Ishak. Memang sudah menjadi tradisi bahwa seorang perempuan yang bertunangan tetap memakai cadarnya hingga pernikahan dilaksanakan. Jadi pengantin pria akan melihat wajah pasangannya pada saat pernikahan tiba.

Kerelaan Ribka untuk meninggalkan rumahnya yang nyaman di kota Nahor karena harus menikah, merupakan gambaran bagi kita agar bersedia meninggalkan kehidupan lama jika kita telah memutuskan untuk menjadi pengantin Kristus

Ketika kita rela melepaskan zona kenyamanan atau hak-hak kita yang menyenangkan daging demi menjadi pengikut Kristus, itu berarti kita telah menjadi murid Kristus yang sejati. 

Kristus menegaskan bahwa setiap murid atau pengikut-Nya dituntut untuk memikul salib dan menyangkal dirinya (Luk 9:23). 

Kita harus rela melepaskan kebebasan kesenangan pribadi, kemanjaan, rasa aman, istirahat, keinginan untuk diperhatikan, dan sebagainya, agar kita dapat sejalan dengan doa kita, “Bapa, jadilah kehendak-Mu.”

(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).