Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: "Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu." Sahut Laban: "Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu dari pada kepada orang lain; maka tinggallah padaku." Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel.” (Kej 29:16-20)
Kej 29 diawali dengan kisah perjalanan Yakub, menuju ke Padan-Aram mencari keluarga ibunya yang tinggal di dekat Haran. Tidak mudah mengadakan perjalanan sejauh itu, tetapi Yakub tampaknya tidak mempunyai pilihan lain.
Akhirnya dia berdiri di tepi sebuah sumur di tengah-tengah kawanan domba serta para gembala dari hewan-hewan itu yang menunggu batu besar di mulut sumur itu digulingkan supaya domba-domba mereka dapat diberi minum. Mungkin sumur itu adalah sumur yang sama dengan sumur di mana Eliezer bertemu dengan Ribka.
Sekalipun sudah lewat banyak tahun, Laban masih hidup, sebagaimana diketahui oleh Yakub dari para gembala tersebut, dan anaknya Rahel yang menggembalakan kawanan domba Laban.
Ketika Rahel datang dengan kawanan domba Laban, Yakub maju untuk menggulingkan batu besar itu dan memberi air kepada domba-domba yang haus. Kemudian dia mencium misannya sambil mengungkapkan identitasnya.
Karena sangat terharu oleh segala hal yang sudah menimpanya dan oleh perjumpaan pertamanya dengan kaum kerabatnya, Yakub menangis dengan suara keras, sedangkan Rahel berlari pulang untuk menceritakan kepada Laban, ayahnya, bahwa keponakannya datang.
Menurut cerita tradisi, Lea dan Rahel adalah saudara kembar seperti Esau dan Yakub. Alkitab menjelaskan Rahel lebih menarik dari kakaknya, Lea. “Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya.” (Kej 19:17).
Sikap Rahel yang elok lebih dulu dinyatakan baru kemudian kecantikan parasnya, ini menunjukkan bahwa sikap yang baik lebih utama daripada paras yang cantik. Tidak heran kalau Yakub jatuh cinta kepada Rahel yang memiliki nilai plus ini.
1. Kerendahan hati dan ketekunan Rahel: Dia menggembalakan kambing domba ayahnya (ayat 9), yakni, ia menjagai kambing domba itu, walaupun ia mempunyai hamba-hamba di bawahnya yang dipekerjakan untuk menjagai kambing domba itu.
Nama Rahel berarti domba betina. Perhatikanlah, pekerjaan yang jujur dan bermanfaat tidak perlu membuat malu siapa pun, dan juga tidak boleh menjadi penghalang bagi kemajuan kita.
2. Kelembutan dan kasih sayang Yakub. Ketika ia menyadari bahwa perempuan ini adalah kerabatnya (mungkin ia sudah mendengar namanya sebelumnya), karena sudah tahu untuk keperluan apa ia datang ke negeri itu, kita dapat menduga bahwa langsung terbersit dalam pikirannya bahwa orang ini harus menjadi istrinya.
Karena sudah terpesona oleh wajahnya yang alami dan elok (meskipun mungkin pada waktu itu terbakar matahari, dan ia sedang mengenakan pakaian sederhana seperti seorang gembala), Yakub secara menakjubkan mengulurkan tangannya tanpa diminta, dan segera sibuk melayaninya (ayat 10), dan menemuinya dengan air mata sukacita dan ciuman-ciuman kasih (ayat 11).
Rahel bergegas lari untuk memberi tahu ayahnya. Sebab ia tidak akan pernah menyambut sapaan kerabatnya tanpa sepengetahuan dan restu ayahnya (ayat 12).
Sikap saling menghormati ini, pada saat mereka pertama kali berbincang-bincang, merupakan pertanda baik bahwa mereka akan menjadi pasangan yang berbahagia.
Cinta Yakub akan Rahel demikian besar sehingga 7 tahun pelayanan untuk memperolehnya sebagai istri dianggapnya seperti beberapa hari saja. Tetapi sayang, Laban menipu Yakub dan membuat Lea menjadi istrinya, mungkin dengan cara meneludunginya, dan Yakub harus bekerja 7 tahun lagi untuk memperoleh Rahel, tapi cintanya tidak gagal. Pada akhirnya Yakub berhasil memperistri Rahel.
Pada tahun permulaan perkawinannya Rahel mandul. Karena itu ia memberikan Bilha, budaknya kepada Yakub supaya melahirkan anak baginya.
Kemandulan adalah masalah biasa di Asia Barat kuno, suami sering mengambil istri kedua atau selir, tapi istri dapat memberi budaknya kepada suami guna menahan kedudukan sendiri, seperti dibuat Rahel, Lea, Sara.
Demikianlah anak Bilha yakni Dan dan Naftali dianggap anak Rahel. Dengan memberi nama kepada mereka, Rahel menunjukkan kekuasaannya atas mereka. Akhirnya Rahel sendiri melahirkan Yusuf anak kesayangan Yakub (Kej 30:22-24).
Sesudah kelahiran Yusuf Yakub memutuskan untuk kembali ke Kanaan, dipengaruhi rasa permusuhan saudara Rahel dan penyataan ilahi. Rahel maupun Lea menunjang keputusannya pergi, karena Laban telah menghabiskan mas kawin mereka (Kejadian 31:14-16).
Kisah Rahel berakhir dengan kematiannya ketika melahirkan Benyamin (Kej 35:16-20), hal ini terjadi antara Betel dan Betlehem.
Cinta abadi Yakub bagi dia diperlihatkan dengan mendirikan tugu di atas kuburannya. Tempatnya masih dikenal pada zaman Saul, ketika dikatakan terletak di perbatasan tanah Benyamin di Zelzah (1 Sam 10:2). Sekarang tempatnya tidak diketahui, tapi Yer 31:5 (Mat 2:18) menunjukkan bahwa tempat itu terletak dekat Rama 8 km utara Yerusalem. Rahel masih diingat di Betlehem pada zaman Rut, mungkin karena dekat kuburannya (Rut 4:11).
Cinta abadi Yakub bagi dia diperlihatkan dengan mendirikan tugu di atas kuburannya. Tempatnya masih dikenal pada zaman Saul, ketika dikatakan terletak di perbatasan tanah Benyamin di Zelzah (1 Sam 10:2). Sekarang tempatnya tidak diketahui, tapi Yer 31:5 (Mat 2:18) menunjukkan bahwa tempat itu terletak dekat Rama 8 km utara Yerusalem. Rahel masih diingat di Betlehem pada zaman Rut, mungkin karena dekat kuburannya (Rut 4:11).
Dengan demikian kematian Rahel terjadi 15 tahun setelah pernikahan-nya, kira-kira pada usia 36 tahun, usia yang muda.
Menurut cerita tradisi Yahudi, alasan mengapa Rahel mati muda adalah karena ketika Laban mencuri terafimnya, Yakub berkata: “Tetapi pada siapa engkau menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu.” (Kej 31:32). Ucapan Yakub ini menjadi “kutukan” bagi Rahel yang telah mengambil terafim ayahnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa Rahel lebih dulu meninggal dari Lea kakaknya, karena ia pernah berkata kepada Yakub, “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” (Kej 30:1).
Sebuah pepatah mengatakan bahwa perkataan kita adalah doa, jadi kita benar-benar harus berhati-hati dengan perkataan yang keluar dari mulut kita.
Meskipun Rahel mati muda, Tuhan berkenan menjadikannya sebagai ibu dari bangsa Israel yang besar. Ini menunjukkan bahwa sekalipun hidup Rahel tidak terlalu lama, namun ia tetap mengukir sejarah.
Biarlah di dalam hidup ini, kita selalu berkarya dan melakukan bagian kita dengan sepenuh hati sehingga memberi dampak bagi masa depan.
(Sumber: Kristen sejati, Untung Chandra Oei Khay Sing).