Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Bacaan: Am 8:4-6, 9-12; Mzm 119:2, 10,20, 30, 40, 131; Mat 9:9-13
Jumat, 21 September 2018: Pesta St. Matius, Rasul dan Penginjil - Tahun B/II (Merah)
Bacaan: Ef 4:1-7, 11-13; Mzm 19:2-3, 4-5; Mat 9:9-13
Jumat, 5 Juli 2019: Hari Biasa XIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 23:1-4, 19; 24:1-8, 62-67; Mzm 106:1-3, 3-4a, 4b-5; Mat 9:9-13
Jumat, 5 Juli 2019: Hari Biasa XIII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 23:1-4, 19; 24:1-8, 62-67; Mzm 106:1-3, 3-4a, 4b-5; Mat 9:9-13
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: (3) (4) "Ikutlah Aku." Maka (5) berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: (1) "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: (2) "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali sadar atau tanpa sadar kita juga pernah berbuat demikian (1). Yesus menentang sikap orang Farisi yang menganggap bahwa orang berdosa itu harus dijauhi dalam pergaulan.
Memang benar apa yang dikatakan Yesus (2). Mengapa? Karena orang sakit memerlukan bantuan agar sakitnya bisa segera disembuhkan. Apabila orang sehat yang membutuhkan tabib, itu bisa dikatakan bahwa orang tersebut hanya mau mencari perhatian saja.
Orang sakit yang dikatakan Yesus adalah orang berdosa yang membutuhkan pengampunan atas dosa-dosanya. Yesus mencintai dan bersikap belas kasih kepada orang yang disingkirkan dari lingkungan hidup masyarakat, Dia merangkul dan bergaul dengan mereka.
Dalam pergaulan, belajarlah untuk mencintai dan bersikap belas kasih terhadap sesama, bersikap adil-lah terhadap sesama dan menghormati derajat hidup orang lain. Janganlah memandang orang lain hanya karena sikap atau perbuatannya yang kurang baik.
Bagi Tuhan semua manusia adalah anak-anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Maka, marilah kita meneladan Yesus dengan cara saling mencintai sesama sebagaimana Allah kehendaki supaya terciptalah keharmonisan antar sesama.
2. Kuasa perkataan
Kata-kata lebih tajam dari pada pedang bermata dua. Menggunakan kata-kata selalu memiliki dua sisi yang berbeda; entahkah membangun atau menjatuhkan; entahkah menghujat atau memuji; tapi juga ada segumpal kelicikan dalam kata-kata yang kita gunakan yakni “menghina dan menjatuhkan dalam sebuah pujian yang pura-pura diucapkan dengan manis nan lembut.” Semuanya tergantung motivasi orang yang mengucapkan kata-kata itu.
Dosa telah menjauhkan bahkan memisahkan Matius dari cinta Allah dan sesamanya. Namun, dua kata lembut Yesus ini (3), yang tidak menghukum, yang tidak mengungkit dosa-dosanyalah yang membuat Matius terkagum-kagum akan daya cinta yang luar biasa dibalik kata-kata Yesus sehingga ia pun meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia.
Apakah sapaan kita lembut dan penuh cinta, atau sebaliknya mengungkapkan kritik tajam bahkan kasar? Apakah kata-kata kita bersifat membangun dan memeluk orang lain ataukah menjatuhkan dan bahkan membunuh orang lain?
Marilah kita mengevaluasi kata-kata yang biasanya kita gunakan kepada orang lain, terutama ketika ada salah dan dosa dari sesama yang kita ketahui.
Semoga kita pun bertobat seperti Matius dan menjadi jalan atau jembatan kecil yang menghubungkan sebanyak mungkin orang kepada Yesus.
(2) Banyak orang menolak untuk memeriksakan dirinya ke dokter karena mereka menganggap dirinya masih cukup sehat. Demikian pula dengan keselamatan, tidak sedikit orang menolak untuk datang kepada Tuhan Yesus karena mereka menganggap sudah cukup baik, tidak ada kekurangan atau melakukan dosa sedikit pun.
(1) Adalah mudah bagi kita untuk melihat kelemahan, kekurangan dan juga dosa yang diperbuat oleh orang lain. Kita dengan gampanganya melontarkan kritikan atau menghakimi mereka dan menganggap diri kita ini lebih benar dari mereka.
Sebagai murid Kristus, janganlah kita menghakimi orang lain, tetapi hendaknya kita mempunyai kasih dan belas kasihan. Dengan cara merangkul orang lain yang belum diselamatkan dan disampaikan kepada Tuhan Yesus.
3. Punyailah kasih dan belas kasihan
(2) Banyak orang menolak untuk memeriksakan dirinya ke dokter karena mereka menganggap dirinya masih cukup sehat. Demikian pula dengan keselamatan, tidak sedikit orang menolak untuk datang kepada Tuhan Yesus karena mereka menganggap sudah cukup baik, tidak ada kekurangan atau melakukan dosa sedikit pun.
(1) Adalah mudah bagi kita untuk melihat kelemahan, kekurangan dan juga dosa yang diperbuat oleh orang lain. Kita dengan gampanganya melontarkan kritikan atau menghakimi mereka dan menganggap diri kita ini lebih benar dari mereka.
Sebagai murid Kristus, janganlah kita menghakimi orang lain, tetapi hendaknya kita mempunyai kasih dan belas kasihan. Dengan cara merangkul orang lain yang belum diselamatkan dan disampaikan kepada Tuhan Yesus.
4. Mengikuti panggilan Allah
Pengalaman akan panggilan itulah yang ia syukuri sebagai tanda bahwa Allah mengasihi dan membutuhkannya untuk sebuah tugas dan pekerjaan ilahi.
Allah mengenal kita secara pribadi dan mengetahui semua tentang kita. Oleh karena itu Allah juga senantiasa menyapa dan memanggil kita secara pribadi untuk bersama dengan Dia mewartakan kabar sukacita dan keselamatan kepada setiap orang yang kita jumpai. Marilah membuka hati untuk mengikuti panggilan Allah dalam kehidupan ini.