Sarapan Pagi
Agar Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Selasa, 10 Juli 2018: Hari Biasa XIV - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Hos 8:4-7, 11-13; Mzm 115:3-4, 5-6, 7ab-8, 9-10; Mat 9:32-38
1. Belas kasihan
Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel."
Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Melihat orang banyak itu, (*) tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Renungan:
Belas kasihan lahir dari kualitas hati yang baik, yakni hati yang peka dengan situasi yang berada di luar diri kita, khususnya yang menderita. Dengan demikian, kita perlu belajar terus-menerus untuk mengasah hati kita agar peka terhadap kebutuhan sesama dan mampu mewujudkannya dalam tindakan nyata.
Maka belas kasihan itu bukan soal pikiran dan perasaan saja, tetapi perbuatan nyata terhadap sesama. Marilah kita membiasakan diri untuk peka terhadap kebutuhan sesama kita.
Tuhan Yesus memberkati.