Abraham yang dijanjikan akan diberikan seorang anak oleh Tuhan. Abraham pertama kali menerima janji ini ketika dia berumur 75 tahun. Kejadian 5:1-6 berisikan bagaimana Tuhan menampakkan diri-Nya dan memberikan janji-Nya kepada Abraham:
“Kemudian datanglah firman Tuhan kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” Abram menjawab: “Ya Tuhan Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.”
Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” Tetapi datanglah firman Tuhan kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.”
Lalu Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Luar biasa sekali bukan jan
ji Tuhan kepada Abraham? Namun, jika kita melanjutkan kisah Abraham, kita akan menemukan bahwa setelah 20 tahun menunggu, Abraham tetap belum mendapatkan anak yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Pada akhirnya, janji Tuhan baru sungguh ditepati ketika Abraham berumur 100 tahun.
Kisah Abraham ini mau mengajarkan kita tentang apa yang dinamakan percaya kepada Tuhan. Bukan sekedar percaya bahwa Tuhan itu nyata, melainkan lebih tentang percaya akan janji-Nya di dalam hidup kita. Satu hal yang haru kita mengerti adalah: Jika ada janji, berarti akan ada menunggu. Janji dan menunggu adalah sesuatu yang kita terima sebagai satu paket.
Tiga poin penting tentang apa yang harus kita mengerti dalam menunggu akan janji Tuhan.
1. Waktu kita tidaklah sama dengan waktu Tuhan
Jika kita ditanya akan kapan kita ingin agar janji Tuhan ditepati di dalam hidup kita, tentu kita pasti akan menjawab: “Sekarang.” Kita pasti ingin mendapatkan berkat dari Tuhan secepat mungkin, namun seringkali secepat mungkin bukanlah yang Tuhan kehendaki. Tuhan ingin mengajarkan sebuah pelajaran penting kepada kita melalui proses menunggu akan janji-Nya.
Yang pertama adalah agar kita belajar bersabar, dan yang kedua adalah agar kita belajar untuk mempercayai-Nya di tengah-tengah proses menunggu.
Kita harus mengerti bahwa akan selalu ada jarak antara kapan janji Tuhan diberikan dan kapan janji Tuhan ditepati. Janganlah berekspektasi akan terkabulnya janji yang luar biasa tanpa proses menunggu yang luar biasa.
Kita harus selalu ingat bahwa memang benar Tuhan tidak pernah terlambat, tetapi Dia juga tidak pernah terlalu cepat. Jadi percayalah akan waktunya Tuhan. Dia sebenarnya memiliki maksud baik di dalam setiap rancangan-Nya.
2. Hanya karena janji Tuhan belum ditepati, bukan berarti Dia tidak akan menepati-Nya
Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: “Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?” (Kej 17:17)
Tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.” (Kej 17:19)
Sudah lebih dari dua puluh tahun menunggu dan janji Tuhan masih belum ditepati, Abraham pun mulai berpikir bahwa Tuhan adalah Tuhan yang PHP (pemberi harapan palsu). Tetapi, Tuhan membalas Abraham dengan mengatakan bahwa Dia bukanlah Tuhan yang PHP, Dia mengatakan bahwa Dia akan tetap memberikan anak perjanjian yang telah Dia janjikan.
Singkat cerita, anak perjanjian sungguh terlahir bagi Abraham, seorang anak yang akhirnya diberikan nama Ishak. Saya menemukan bahwa hanya karena janji Tuhan di dalam hidup kita belum ditepati hingga sekarang, bukan berarti Dia tidak akan menepatinya. Kita mungkin dapat berpikir bahwa Tuhan sudah terlambat dan janji-Nya sudah tidak dapat terjadi, tetapi sesungguhnya, Tuhan tidak pernah terlambat dan janji-Nya masih dapat terjadi bahkan ketika kelihatannya sudah mustahil untuk terjadi.
3. Janganlah membuat Ismail ketika telah dijanjikan Ishak
Jangan sampai kita menukar janji Tuhan untuk sesuatu yang lebih rendah hanya karena kita tidak sabar menunggu. Jika Tuhan telah menjanjikanmu seorang pasangan yang cinta Tuhan dan dapat membangunmu ke arah yang baik, janganlah malah berpacaran dengan seseorang yang beda agama dan hanya membuatmu berjalan ke arah yang buruk. Tetap bersabarlah menunggu yang tepat yang berasal dari Tuhan.
Jika Tuhan telah menjanjikanmu sebuah pekerjaan yang baik dan jujur, janganlah malah ikut bisnis yang tidak jujur. Tetap bersabarlah menunggu pekerjaan yang tepat dan jangan tergiur dengan pekerjaan-pekerjaan yang korup.
Teruslah menunggu dengan sabar, semuanya akan indah pada waktu-Nya. Tuhan tidaklah lupa akan janji-Nya kepadamu, Dia akan menepatinya pada waktu yang tepat.
(Sumber: @gracedepth).