Biasanya, dosa akan memberikan kenikmatan-kenikmatan sementara, tetapi iri hati tidak. Hawa nafsu memberikan kenikmatan seksual yang menggairahkan, kerakusan memberikan kenikmatan dan kesenangan dari banyaknya harta yang dimiliki, dan kesombongan memberikan perasaan senang akan diri sendiri karena merasa diri lebih baik dari yang lain. Tetapi bagaimana dengan iri hati?
Iri hati malah hanya membuat diri kita tersiksa karena mengingini apa yang orang lain miliki. Namun entah mengapa, kita seringkali jatuh ke dalamnya.
Setiap orang dapat jatuh ke dalam iri hati - mau kaya atau miskin, sehat atau sakit, tua atau muda - semua orang dapat mengingini lebih dari apa yang dirinya sudah miliki.
Iri hati adalah sebuah dosa yang dapat dengan mudah merengut rasa syukur dan rasa sukacita kita atas berkat-berkat Tuhan di dalam hidup kita. Dan seringkali, iri hati dapat memimpin kita menuju dosa-dosa lainnya. “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat” (Yak 3:16).
Maka itu, iri hati bukanlah sebuah musuh yang dapat kita anggap remeh. Kita harus dapat membuang iri hati dari dalam kehidupan kita jika kita ingin menikmati berkat Tuhan secara sepenuhnya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengalahkan iri hati di dalam diri kita:
1. Berdoa untuk memiliki perasaan puas
“Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yakobus 4:2-3)
Kekeliruan yang seringkali terjadi, ketika kita mengingini apa yang orang lain miliki, kita malah berdoa kepada Tuhan untuk memberikan hal yang sama seperti yang orang lain itu miliki. Dimana seharusnya kita berdoa agar Tuhan mengajari kita untuk menjadi puas akan apa yang sudah kita miliki saat ini.
Kebenarannya, Tuhan tidak pernah menahan berkat-berkat-Nya darimu. Setiap orang memiliki berkat yang berbeda-beda. Orang yang membuatmu iri mungkin memiliki sesuatu yang tidak kamu miliki, tetapi sesungguhnya, kamu juga memiliki sesuatu yang orang itu tidak miliki.
Kunci dari menghilangkan rasa iri hati bukanlah dengan mendapatkan apa yang kamu inginkan tersebut, melainkan bersyukur bahkan ketika kamu tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan tersebut—menyadari bahwa kamu juga telah mendapatkan berkat-berkat yang unik dari Tuhan.
2. Selidikilah dirimu akan adanya berhala
Untuk mengalahkan iri hati sepenuhnya, kita harus mencabutnya hingga ke akarnya. Dan sesungguhnya, seringkali hal-hal yang membuat kita iri adalah hal-hal yang sebenarnya merupakan berhala tersembunyi di hidup kita.
Jika kamu hidup dengan rasa iri hati akan harta orang lain, kemungkinan besar kamu secara tidak sadar telah menjadikan harta dunia sebagai berhalamu. Jika kamu hidup dengan rasa iri hati akan popularitas orang lain, kemungkinan besar kamu secara tidak sadar telah menjadikan popularitas sebagai berhalamu.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm 139:23-34)
Alkitab mengajak kita untuk berdoa dan meminta Tuhan menyelidiki hati kita. Seringkali sulit bagi kita untuk melihat akar dari dosa-dosa kita. Maka itu, kita harus senantiasa meminta pimpinan Tuhan dalam mengidentifikasinya dan mengalahkannya. Bertanyalah kepada Tuhan apakah masih ada tuhan-tuhan lain yang merengut takhta-Nya di dalam hatimu. Kebenarannya, semakin kita memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan, akan semakin mudah bagi kita untuk menyadari dan melepaskan dosa-dosa kita, termasuk dosa iri hati.
3. Letakkanlah pandanganmu pada Injil Kristus
Injil Kristus adalah kebenaran bahwa kita telah menerima keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang begitu mengasihi kita. Jika kita mengetahui identitas kita di dalam Yesus Kristus dan menyadari seberapa berharganya yang kita miliki di dalam diri-Nya, tentu kita dapat lebih bersyukur di dalam setiap keadaan.
“Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:11-13)
Rasul Paulus mengatakan bahwa dia sudah menemukan kunci untuk merasa puas di dalam setiap keadaan, dan kunci itu adalah pengenalan akan Yesus Kristus. Bagi Paulus, Yesus bukanlah sekedar tambahan di dalam hidupnya yang membuat hidupnya menjadi sedikit lebih baik, melaikan Yesus adalah satu-satunya yang membuat hidupnya berharga. Sukacita dan rasa syukur Paulus di dalam hidupnya tidak lagi ditentukan oleh apa yang dia miliki dan apa yang tidak dia miliki, melainkan ditentukan oleh apa yang Yesus Kristus telah lakukan di atas kayu salib untuknya.
(Sumber: @gracedepth).