Pages

Selasa, 26 September 2017

Ketika Tuhan menguji, luluskah kita

Dalam perjalanan spiritual, kita akan mengalami "fase ujian". Kenapa Tuhan menguji iman kita? Tuhan ingin melihat kemurnian iman kita (1 Ptr 1:7). 

Tuhan ingin mengetahui apa yang ada dalam hati kita, yakni: apakah kita mencari Dia karena berkat-Nya (Yoh 6:26) atau kita sungguh-sungguh ingin mengasihi-Nya dan berpegang pada perintah-Nya atau tidak (1 Kor 8:3; Ul 8:2). 

(Baca juga: - Fase perjalanan spiritual).

Jika kita lebih mengutamakan janji-janji Tuhan di dalam hidup kita daripada Pribadi Tuhan itu sendiri, maka janji-janji Tuhan akan menjadi "berhala" dalam hidup kita.

Ada 7 faktor yang bisa membuat kita lulus dalam setiap ujian
1. Relakan milik yang sangat dikasihi ketika Tuhan minta. 
2. Taat kepada perintah Tuhan 
3. Tetap taat ditengah kelelahan dan kesulitan 
4. Tindakan yang nyata 
5. Mampu melihat yang tidak kelihatan 
6. Tetap taat meskipun dalam keadaan kritis 
7. Memiliki rasa takut akan Tuhan 

Marilah kita belajar dari Abraham (Kej 22:1-13)

[1-2] Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

» Faktor yang membuat lulus ujian: (1) Relakan milik yang sangat dikasihi ketika Tuhan minta.

Ishak adalah anak perjanjian (Rm 9:7-8) yang dikasihi Abraham. Tuhan ingin anak itu dipersembahkan sekalipun anak itu adalah anak perjanjian.

Karena iman Abraham taat (Ibr 11:8). Dia tidak hidup menurut manusia biasa, dia sudah mendapat yang lebih baik dari janji itu, yaitu persahabatan dengan Sang Pemberi Janji. Maka dia rela melepaskan apa yang menjadi haknya, meskipun hal itu terasa sakit.

Karena mengenal dan kasihnya kepada Allah, dia menuruti perintah-perintah-Nya, Jadi, janji Tuhan tidak menjadi "berhala" baginya, dia lebih mengasihi Sang Pemberi Janji daripada janji-Nya. Baginya: perintah-perintah-Nya itu tidak berat (Yak 2:23; Yoh 15:15; 1 Yoh 2:3; 1 Yoh 5:3).

[3] Keesokan harinya (A) pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia (B) membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.

» Faktor yang membuat lulus ujian: (2) Taat kepada perintah Tuhan

Taat adalah masalah yang besar bagi manusia, apalagi harus taat pada yang tidak disukainya, yang bertentangan dengan logikanya, pertentangan dengan keinginannya, pertentangan dengan harapannya.

Taat pada hal yang masuk akal dan memberi harapan (Luk 5:4 - taat dengan sedikit terpaksa untuk mendapatkan berkat, Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.") lebih mudah dari pada taat karena harus melepaskan hak.

Abraham mampu taat pada Pribadi Allah dibandingkan dengan apa yang dijanjikan-Nya. Hal ini terjadi karena kasihnya kepada Allah, dia ingin menyenangkan hati Allah sehingga dia merasa perintah ini tidak berat (Bdk. Kej 29:20; 1Yoh 5:3).

[4-6] Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.

» Faktor yang membuat lulus ujian: (3) Tetap taat ditengah kelelahan dan kesulitan

Ketaatan adalah suatu keputusan dan pilihan yang harus diambil oleh setiap orang Kristiani di tengah kehidupan yang sulit dan melelahkan. 

Hanya ketaatan yang dilakukan dengan antusias dan penuh pengorbanan (melepaskan hak) yang akan membawa kepada kemenangan demi kemenangan dalam terobosan rohani.

Penyebab kekalahan dan berhentinya kerohanian adalah "ketaatan yang setengah-setengah", menjalankan kewajiban agama karena ada imbalan yang akan diterima (Luk 5:4), bukan karena ingin mengenal dan mengasihi Allah (1 Yoh 2:3; 1 Yoh 5:3).

Abraham tidak putus asa ketika mengalami kelelahan dan kesulitan. Dengan antusias dan penuh pengorbanan dia menjalankan perintah Tuhan, sebab dia percaya penuh pada sahabatnya, Sang Pemberi Janji.

Jadi, jangan hanya dari kata orang saja mendengar tentang Tuhan, tetapi kenalilah Dia secara pribadi (Ayb 42:5).

[5-6] Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

» Faktor yang membuat lulus ujian: (4) Tindakan yang nyata

Taat sampai pikiran dan kemauan saja belum cukup. Ketaatan baru bisa disebut ketaatan sampai hal itu diwujudkan dalam tindakan yang nyata. 

Jadi, jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:17).

Abraham dibenarkan karena iman dan perbuatannya (Ibr 11:17; Yak 2:21).

Contoh lainnya: 2 Raj 4:1-7

[1-4] Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan Tuhan. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya."

Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak."

Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!"

» Secara akal sehat, perintah ini tidak masuk akal dan terkesan konyol, memalukan namun janda ini mau taat dengan perintah abdi Allah.

[5-7] Pergilah perempuan itu dari padanya; ditutupnyalah pintu sesudah ia dan anak-anaknya masuk; dan anak-anaknya mendekatkan bejana-bejana kepadanya, sedang ia terus menuang.

Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir.

Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."

» Ketika bejana masih kosong, minyak dalam buli-buli tetap mengalir. Artinya: sumber berkat dari Tuhan tidak akan berhenti mengalir sepanjang hidup kita, jika kita mau menjadi bejana kosong dan terus-menerus mengosongkan diri seperti Yesus (Flp 2:7 - mengosongkan diri-Nya ... dan mengambil rupa hamba).

Jadi, percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Ams 3:5) agar mengalami mujizat dan hadirat Allah secara nyata seperti janda dan kedua anaknya.

[7-8] Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.

» Faktor yang membuat lulus ujian: (5) Mampu melihat yang tidak kelihatan

Abraham adalah seorang pemenang, dia mampu melihat melampaui apa yang dilihat oleh mata jasmaninya, dia mampu berjalan mengikuti sesuatu yang tidak pasti, dia tetap tenang ketika imannya dipertanyakan.

Contoh lainnya: 2 Raj 6:13-17

Berkatalah raja: "Pergilah melihat, di mana dia, supaya aku menyuruh orang menangkap dia." Lalu diberitahukanlah kepadanya: "Dia ada di Dotan." Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu.

Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" Jawabnya: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka."

Lalu berdoalah Elisa: "Ya Tuhan: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka Tuhan membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.

» Elisa menyimpan janji Tuhan dalam hatinya. Janji inilah yang memberi kekuatan padanya: 

Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja (Kel 14:14) dan satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang (Ul 32:30).

Banyak orang yang beriman tetapi masih mempercayai fakta-fakta yang kelihatan sehingga hidupnya tidak tenang (Yak 1:8) seperti bujang Elisa. Hidup mendua hati adalah musuh iman.

Ingatlah! Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Iman bukan hanya percaya pada hal-hal yang tidak kelihatan tetapi juga menolak percaya pada fakta yang kelihatan.

[9-10] Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.

» Faktor yang membuat lulus ujian: (6) Tetap taat meskipun dalam keadaan kritis

[11-13] Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.

» Faktor yang membuat lulus ujian: (7) Memiliki rasa takut akan Tuhan

Bagi orang yang tidak percaya, takut akan Allah adalah takut kepada penghakiman Allah dan kematian kekal, yang merupakan pemisahan untuk selama-lamanya dari Allah (Lukas 12:5).

Bagi orang percaya, takut akan Allah adalah rasa hormat kepada Allah (Ibr 12:28). Inilah faktor yang memotivasi kita untuk berserah pada sang Pencipta alam semesta.

Kalau kita memahami siapakah Allah itu, dan mengembangkan rasa takut yang penuh hormat kepada-Nya, maka kita akan berusaha menghidupi kehidupan kita dengan cara yang berkenan kepada-nya.

Kita tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, maka Roh Allah diam di dalam kita. Roh kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh kita. Jadi, yang bisa mengerti Roh Allah adalah roh manusia (Rm 8:1-14).

Kita akan tunduk kepada disiplin-Nya (Ibr 12:5-11), kita akan hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada-Nya dengan segenap hati dan jiwa (Ul 10:12, 20-21). 

Jadi, takut akan Allah adalah permulaan pengetahuan (Ams 1:7), dasar bagi kita untuk mengikuti jalan-Nya, melayani-Nya, terutama mengasihi-Nya.

(Sumber: Warta KPI TL No.149/IX/2017 » Renungan KPI TL Tgl 3 Agustus 2017, Dra Yovita Baskoro, MM).