Selama dekade terakhir, dalam Gereja berkembang paham rasionalisme yang berlebihan, sehingga eksesistensi roh jahat kurang disadari bahkan diragukan. Tentunya hal ini merupakan ekses (karena dianggap tidak ada) roh jahat bekerja secara bebas dan merajalela.
Dan ada juga ekses yang justru melebih-lebihkan keberadaan roh jahat (melihat setan di mana-mana). Oleh karena itu menghadapi realitas kehadiran roh jahat perlu sikap seimbang dan kebijaksanaan (discerment = pembedaan roh).
Umat beriman kristiani yang mendengar pengalaman setanik (berjumpa dengan kuasa jahat, entah apa namanya) dalam hidup bermasyarakat selalu saling bertanya, “Setan itu ada atau nggak sih?”
Setan bukanlah sekedar omong kosong melainkan kenyataan hidup manusia dengan segala ciptaan yang dijadikan Allah.
Kapankah Setan tercipta dan dari manakah makhluk supranatural itu berasal merupakan pertanyaan manusia segala zaman.
Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa (Kol 1:16).
Gereja mengajar bahwa malaikat yang jatuh (Setan/Iblis) pada mulanya adalah malaikat baik yang diciptakan Allah, tetapi mereka menjadi jahat karena kesalahannya sendiri (Konsili Lateran IV, 1215; KGK 391).
Dalam sejarah penciptaan, Allah membuat segalanya baik adanya dan “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (Kej 1:10, 12, 18, 21, 25). Begitu pula Allah menciptakan malaikat-malaikat-Nya baik adanya (patuh dan taat pada Allah).
Setan adalah seorang malaikat berdosa, yang diusir dari keberadaannya yang semula. Meskipun demikian, ia masih memiliki kuasa dan kemuliaan dari sifat malaikatnya. Manusia dan segala peristiwa tidak berdaya di hadapan kuasa rohani ini, tetapi roh-roh jahat gemetar ketakutan di hadapan Allah dan putra-Nya (Yak 2:19).
Namun peristiwa jatuhnya para malaikat ini tidak mengurangi hakikatnya sebagai malaikat, sehingga ia tetap berada di hadirat Allah (Ayb 1:6).
Kejahatan sendiri tidaklah diciptakan oleh Allah, tetapi kejahatan yang disebut dosa itu adalah pilihan bebas ciptaan Allah.
Banyak orang tidak menyadari bahwa Setan sebenarnya bekerja dalam dosa mereka. Yang ada dalam pikiran sering kali “yang penting gue enak!” tanpa memperhatikan bahwa hidup kita ada di tangan Tuhan: masanya tujuh puluh tahun dan jika kuat, delapan puluh tahun (Mzm 90:10).
Walaupun secara kodrat, roh jahat lebih kuat dari manusia, tetapi harus disadari bahwa ia tidak berdaya bila berhadapan dengan Allah.
Tidak bisa dipungkiri, walaupun di tengah-tengah jaman yang dikatakan modern ini dan ditengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa, manusia dewasa ini banyak yang tidak mengetahui tujuan hidupnya, sehingga dunia dengan pelbagai kesemarakannya menawarkan gaya hidup dengan isme-isme tertentu, seperti gaya hidup yang hedonisme, materialisme dan konsumerisme.
Akan tetapi semua itu tidak memuaskan hati manusia. Sesungguhnya dalam hati manusia yang terdalam ada suatu kerinduan yang mendasar, yaitu kerinduan akan Allah.
Akan tetapi dalam pencariannya manusia tidak selalu menemukan Allah, bahkan tidak jarang disesatkan dari tujuan hidupnya.
Disinilah dapat dilihat peranan si jahat yang selalu berusaha menjauhkan manusia dari tujuan hidupnya, berusaha menjauhkan manusia dari Allah, bahkan bila mungkin ia akan berusaha sekuat tenaga agar manusia kehilangan keselamatan jiwanya.
Tujuan akhir setan ialah menghancurkan Kerajaan Allah. Setan juga bekerja dalam hidup individu-individu, baik orang Kristen maupun bukan. Dia ingin menghancurkan dan mengubah manusia sebagai makhluk yang diciptakan sesuai dengan citra Sang Pencipta. Maka dari itu dia menghadapkan manusia pada tekanan emosional, mental, spiritual.
Maka Setan melawan Allah di mana-mana dengan menggunakan bermacam-macam senjata. Dia berjuang tanpa mengenal belas kasihan dan seringkali memakai hal-hal yang baik dalam senjatanya. Kitab Suci memperingatkan bahwa Setan sering datang menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor 11:14).
Peperangan rohani ini berkobar dalam peristiwa-peristiwa dunia (politik, krisis internasional, sebab-sebab penderitaan manusia, perang, rasisme, kelaparan, kejahatan, kemiskinan, penyakit).
Setan juga bekerja secara halus untuk mengguncangkan ketertiban sosial, seringkali dengan menggunakan individu-individu yang berkehendak baik dan gerakan-gerakan populer untuk menghancurkan dunia.
Rencana Setan bahkan mempengaruhi Tubuh Kristus, menyebabkan perpecahan dan kelemahan di dalam Gereja.
Sebagai umat beriman, kita pun tidak pernah lepas dari pengaruh Setan dalam hidup kita sehari-hari, karena kita selalu cenderung menikmati dosa dan jatuh dalam dosa yang sama - kuasa Setan mencengkram hidup manusia dalam pelbagai cara yang sering kali tidak kita sadari.
Kualitas iman yang ala kadarnya menjadi lahan subur bagi Setan untuk mengepakkan sayapnya agar “kerajaan Iblis” menjadi semakin luas.
Setan sudah memegang “ekor” kita sejak kita dilahirkan, karena saat itu kita sudah menerima dosa asal.
Oleh sebab itu dalam pembaptisan, kuasa Setan dilenyapkan dan orang yang dibaptis menjadi manusia baru. Namun, Setan selalu mencari kesempatan agar kita mau menjadi pengikutnya.
Ciptaan Allah yang paling unggul dari segala makhluk di bumi adalah manusia. Kehendak bebas, akal budi, hidup batin dan keterbatasan diri menjadi bagian hakiki hidup manusia - yang menjadi arena bagi Setan untuk melawan Allah.
Setan sebagai “penguasa dunia” (1 Yoh 5:19) dan menunggu waktu yang tepat untuk memulai lagi karyanya.
Setan selalu menjumpai manusia dalam pelbagai cara, dari cara yang halus (melalui keputusan dan pergumulan batin) sampai yang vulgar (Setan menampakkan dirinya pada seseorang).
Setan lahir dalam hidup kita saat kita “mengikuti jalan dunia ini”. Saat seperti inilah yang memungkinkan kita menjadi “pendurhaka” atau “pekerja para Iblis – perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat palsu” ( 2 Tes 2:9), bahkan mampu membuat pelbagai tipu daya jahat yang menyeret orang kepada lorong neraka. Iblis telah mempersiapkan suatu lorong bawah tanah di bawah tempat kita berjalan menuju Allah. Ia berharap suatu saat kita dapat terpana olehnya dan jatuh ke lorong itu untuk menghantar kita menuju Neraka.
Salah satu kebutuhan terbesar Gereja ialah perlindungan terhadap kejahatan yang disebut Iblis. Kejahatan bukanlah hanya kekurangan akan sesuatu hal (absentia boni), melainkan suatu kekuatan yang aktif, suatu makhluk hidup, yang bersifat rohani, yang menyesatkan. Suatu realita yang dahsyat, misterius dan mengerikan…(Paus Paulus VI dalam audiensi umum tanggal 15 November 1972).
Tindakan Setan secara langsung dilakukan dengan menggunakan tubuh manusia, yaitu kerasukan (Mat 8:28, 9:32, 11:18, 12:22, 15:22 dsb) dan menggerakkan hidup batin manusia ke arah kecenderungan duniawi (perbuatan-perbuatan daging – Gal 5:19-21).
Dalam tradisi Gereja dibedakan taraf-taraf kerasukan dalam menguasai hidup manusia:
1. obsessio (obsideo, mengurung, menguasai, mengikat, mengintai) – menguasai manusia dengan cara membuat pikiran sesat. Pikiran tidak terkontrol mengalir dalam arus kejahatan. Pertimbangan moral dan suara hati nurani tidak terdengar lagi.
Pikiran obsesif, sering absurd, tetapi manusia sendiri tidak mampu melepaskannya walaupun senantiasa menyusahkan, menyiksa dan membuat hidup dalam keadaan sangat lelah, sering kali membawa orang untuk bunuh diri.
2. oppressio (opprimo, menindih, melemaskan, menghancurkan, memegang kuat-kuat tak melepaskan) – pelbagai siksaan fisik yang mengerikan berbentuk penderitaan, kesakitan sporadis, tidak umum, menyangkut kesehatan badan – gerak dan perasaan – dan relasi dengan orang lain.
Misalnya orang yang tiba-tiba sakit dan tidak terdeteksi secara medis. Hal ini bisa terjadi karena kuasa jahat itu dengan kehendaknya sendiri langsung menyiksa orang yang bersangkutan; ada orang tertentu (misalnya dukun) yang memanfaatkan roh jahat untuk menyiksa seseorang yang dituju.
3. infestatio (infesto, merusak, menyerang, menjadikan tidak aman) – mengikat kebebasan manusia untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, tetapi juga merusak tubuh dengan cara yang tidak dikehendaki manusia.
4. posessio (possideo, memiliki, menguasai, menempati) merupakan bentuk kerasukan paling berat yang berakibat dengan kehadiran Setan di dalam tubuh manusia.
Walaupun gejala kehadiran itu tidak nampak terus-menerus. Bisa muncul reaksi yang kuat sekali, sering menampakkan kekuatan fisik yang luar biasa, pengetahuan akan hal-hal yang tersembunyi dan akan pikiran orang lain, mengungkapkan kebencian yang luar biasa terhadap semua yang suci, ketidakmampuan untuk berdoa dan gejala yang lainnya.
Setan mencari-cari kesempatan untuk membuat manusia secara bebas memilih hidup bersama Setan (tidak ada unsur paksaan).
Sedikit saja kita memberi kesempatan, sedikit demi sedikit kita dihanyutkan dalam kegelapan sehingga hampir tidak kita rasakan dan sadari.
Segala sesuatu yang menyesatkan dan bertekun dalam kejahatan (Mat 13:41)
Apa yang keluar dari hati kita, yaitu: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan (Mrk 7:21-22).
Pikiran yang terkutuk, yaitu: kelaliman, kejahatan, keserakahan, kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat, kefasikan, pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan (Rm 1:29-31).
Mendukakan Roh Kudus, yaitu: dengan segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, segala kejahatan dan perkataan kotor (Ef 4:29-31; Kol 3:8).
Menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan (Tit 3:3), terlalu cinta uang ( 1 Tim 6:10) – dimana hartamu berada, disitulah hatimu berada ( Mat 6:21; Luk 12:34).
Perbuatan-perbuatan daging, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dsb. (Gal 5:19-21).
Ada beberapa ungkapan yang membuat kita tidak dapat diserang Setan
1. Menghayati ucapan bahagia (Mat 5:1-12; Luk 6:20-23).
Iman akan berkembang bila orang mau hidup di dalam “ucapan bahagia” yang diwartakan Yesus (Mat 3-10). Karena itu, berjaga-jagalah! Berdirilah teguh dalam iman!
2, Menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16).
3. Membangun keadilan (Mat 7:1-5; Luk 6:27-36, 41-42).
4. Hidup yang benar dalam memberi sedekah, berdoa, berpuasa (Mat 6:1-18).
5. Menghindari ajaran sesat (Mat 7:15-23).
6. Hati-hati terhadap perceraian (Mat 19:1-12; Mrk 10:1-2), karena yang sudah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia (Mat 19:6; Mrk 10:9).
7. Melepas apa yang paling berharga dalam hati yang mengesampingkan Allah (Mat 19:16-26; Mrk 10:17-27, Luk 18:18-27).
8. Menghindari hal-hal yang munafik (Mat 23:1-36; Mrk 12:38-40; Luk 11:37-54; Luk 20:45-47)
9. Hidup dalam buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).
10. Hidup dalam cinta kasih terhadap Tuhan dan sesama (Mrk 30-31).
Pengaruh Setan dalam pergulatan batin adalah berdusta (Yoh 8:44), menyombongkan diri, pemfitnah, berontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang lain, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, berlagak tahu, dan lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah (2 Tim 3:2-4).
Berjuang melawan Setan berarti berjuang untuk hidup menghayati diri sebagai citra Allah.
Nama-nama Setan
1. Diabolos - menguasai manusia dengan rupa-rupa muslihat dan kejahatan (Kis 13:10), menggunakan amarah sebagai kesempatan untuk menjatuhkan martabat manusia sebagai anak Allah ( Ef 4:26-27), sombong ( 1 Tim 3:6-7), yang tidak berbuat kebenaran (1 Yoh 3:10).
2. Satanas (biasanya diterjemahkan “Iblis”) - lebih dilihat sebagai malaikat kegelapan yang jatuh ke bumi, mempunyai kerajaannya sendiri yang didiami sekutunya.
Ia mengambil firman yang ditaburkan Allah dalam diri kita (Mrk 4:15), membelemggu hingga jatuh sakit (Luk 13:16), menguasai kita dengan mendustai Roh Kudus (Kis 5:3), menggodai orang yang saling menjauhi karena tak tahan bertarak – menahan hawa nafsu (1 Kor 7:5), menyamar sebagai malaikat terang ( 2 Kor 11:14), mencegah perutusan (1 Tes 2:18), mendatangkan pendurhaka disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mukjizat palsu (2 Tes 2:9), menghujat kebenaran Allah ( 1 Tim 1:20) dan menyesatkan (1 Tim 5:15).
3. Daimon - kekuatan gelap yang menguasai/merasuki seseorang dan menyebabkan kesakitan jasmaniah, dikaitkan dengan roh roh kenajisan/tidak murni (1 Tes 2:3), roh yang membisukan ( Mrk 9:17) dan roh tenung (Kis 16:16).
4. Beelzebul – penghuni surgawi yang hidup di kuil-kuil.
5. Legion – roh kenajisan.
6. Belial – mereka yang mempunyai sifat jahat untuk menghancurkan.
7. Apollion – malaikat jurang maut.
Orang yang jiwanya dipengaruhi Setan membuat tubuhnya malas melakukan kebaikan dan kebenaran.
Cara-cara menanggulangi kerja roh-roh jahat dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah (Ef 6:10-20):
1. Kebenaran – perlengkapan senjata paling utama.
Setan menggoda dengan memberikan tipu daya mengenai Allah tidak mencintai kita/kita orang yang tidak berharga, bahkan sesama kita tidak mencintai kita dan dunia luar melawan kita.
2. Keadilan – baju zirah dari perlengkapan senjata Allah. Kita hidup dengan adil bila menyerah kepada perintah-perintah Allah.
3. Iman – perisai iman adalah sumber kuasa kita melawan Setan.
Kepercayaan kita akan kuasa, kebijaksanaan dan kewibawaan Allah mengatasi kuasa Setan. Kita tidak bisa melawan Setan dengan kekuatan sendiri.
4. Sabda Allah – pedang orang Kristen.
Bila Setan mengganggu kita dengan suatu godaan, kita bisa menemukan kebenaran ilahi dalam Kitab Suci mengenai wilayah kita yang diserang Setan.
Komunitas Kristiani – sumber kekuatan melawan setan. Suatu Komunitas Kristiani melindungi kita melalui discerment yang dilakukan sesama kita, karena kita sendiri tidak bisa melihat kerohanian kita dengan jelas.
Saat kamu sering kali berkumpul, kekuatan Setan dihancurkan. Dan bahaya dari Setan dilarutkan dalam harmoni imanmu - surat St. Ignatius dari Antiokia kepada umat di Efesus ( 50-107).
(Sumber: Warta KPI TL No. 19/XI/2005 » Setan Menurut Orang Katolik, Stefanus Pranjana; Menanggulangi Kerja Roh-roh Jahat, Vacare Deo edisi no. 45 Maret 2002).