Pages

Jumat, 24 Februari 2017

Keluarga yang beriman: Keluarga Abraham dan Sara



Iman dimulai oleh kemampuan mendengarkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari

Perbedaan antara orang beriman dan tidak beriman kadangkala sangat tipis. Ketika orang tidak beriman lulus ujian, ia berkata: "Saya lulus karena rajin belajar." Tetapi orang beriman berkata: "Semua itu karena anugerah Tuhan, saya bersyukur kepada-Nya." 



Ciri orang beriman: selalu bersyukur kepada Allah, mereka menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.

Iman adalah satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat (Tomas Aquinas, KGK 155)

Marilah kita belajar dari Abram (Kej 12:1-9)

[1] Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu

» Abram hidup dalam lingkungan kafir, tidak mengenal hukum Tuhan, namun Tuhan memanggilnya untuk meninggalkan negerinya.

Jadi, panggilan dari Tuhan tidak menuntut prasyaratan tertentu, entah itu latar belakang keluarga yang baik, kekayaan, iman, atau kesalehan yang istimewa. 

Di mata Abram, keberangkatan ini adalah jawaban atas perintah Tuhan. Iman merupakan jawaban atas firman atau panggilan Tuhan. Inisiatifnya selalu dari Tuhan

Beriman berarti menerima Allah sebagai tempat pertama dalam hidup kita, mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya, dan mengakui-Nya sebagai penopang, tonggak dimana kita membangun hidup kita. 

Singkatnya, Abram diminta pergi meninggalkan akar hidupnya, dasar yang menopang hidupnya, yang memberi dia rasa aman, yakni tanahnya, masyarakatnya, dan keluarga dekatnya. 

Sanak saudara = bersaudara karena hubungan darah atau perkawinan rumah bapa = keluarga besar/orang sekampung. 

[2] Aku akan membuat engkau untuk menjadi bangsa yang besar (1), dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur (2); dan engkau akan menjadi berkat (3 = sumber berkat) 

» Alasan Tuhan memanggil Abram ialah karena Tuhan mempunyai rencana besar yang hendak Ia wujudkan melalui Abram

Rencana besar ini berupa janji berkat I. bagi Abram. Manusia ingin mencari nama (Kej 11:4), namun mereka tidak mendapatkannya. Abram tidak mencari nama, namun ia akan mendapat dari Allah "nama" yang masyhur, yang begitu didambakan oleh umat manusia.

[3] Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." 

» janji berkat II bagi semua orang. Abram akan menjadi sumber berkat, sehingga nasib seseorang tergantung dari hubungannya dengan Abram

Mereka yang memberkati Abram akan diberkati, sedangkan yang mengutuknya akan dikutuk. Mengutuk bertentangan dengan memberkati. 

Berkat dimaksudkan untuk berkembang biak, untuk mengembangkan kehidupan, sebaliknya kutuk untuk menghancurkan kehidupan

Mengutuk ialah mengucapkan kata-kata yang mengandung kuat kuasa untuk memisahkan sesuatu atau seseorang dari dunia Tuhan, yakni dari hidup maupun dari lingkungannya (keluarga, suku, kota dll).

[4-5] Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun , ketika ia berangkat dari Haran. 

Abram membawa Sarai, istrinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ

Abram tidak melakukan tawar-menawar dengan Tuhan. Dia langsung melaksanakan perintah Tuhan.

Perikop Kej 12:1-9 ini berisi pengulangan-pengulangan yang memberi informasi tambahan (ay 4 » Lot; ay 5 » Sarai dan Lot) atau agak berbeda (ay 1 » Abram diminta pergi oleh Tuhan ke negeri yang akan ditunjukkan kepadanya; ay 5 » Abram sepertinya tahu ke mana ia harus pergi, yakni Kanaan). 

Adanya pengulangan-pengulangan seperti itu mendorong banyak penafsir untuk melihat Kej 1-9 sebagai teks yang berasal dari dua sumber yang berbeda: tradisi Yahwis (ay 1-4a, 6-9) dan tradisi Imamat (ay 4b-5). 

Namun, pembagian itu tidak perlu terlalu membuat kita memisahkan perikop ini dalam dua tradisi, melainkan tetap melihatnya sebagai satu kesatuan yang utuh sebagaimana adanya.

[6] Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu 

»  pohon besar yang dianggap keramat.

[7] Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya. 

Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan. Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb 

» Kisah perjalanan Abram (ay 4-9).

Kadangkala keraguan menyelimuti hati kita sehingga pikiran kita melakukan tindakan bodoh seperti Abram (Kej 12:10-20; 20:1-2 » mengakui Sarai sebagai adiknya bukan istrinya; Kej 16:1-6 » mengawini Hagar, hambanya) karena meragukan kemahakuasaan Tuhan dan kesetiaan Tuhan pada janji-Nya. Namun, berkat penyertaan Tuhan, Abram berhasil taat sampai akhir


Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikannya itu, tetapi di tanah air sorgawi mereka melihatnya dan melambai-lambai … mereka mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini (Ibr 11:13-16).


Bagaimana dengan kita?


(Sumber: Warta KPI TL No.114/X/2013 » Renungan KPI TL tgl 22 Agustus 2013, Dra Yovita Baskoro, MM)