Banyak sekali anak-anak Tuhan yang tekun beribadah, rajin membaca Alkitab dan ikut berbagai macam kegiatan dalam komunitas tetapi pada saat Tuhan menampinya, mereka kecewa dan akhirnya murtad.
Apakah penyebabnya? Karena mereka tidak mengenal Tuhan secara pribadi dan motivasi mereka mengikuti Tuhan hanya untuk mendapatkan berkat-berkat-Nya saja.
Jadi, ketika semuanya digoncangkan, mereka sangat mudah menjadi mangsa musuh sehingga kecewa atau sakit hati baik terhadap Allah maupun hamba Allah. Hal ini terjadi karena mereka hanya memandang sesuatu dari kacamatanya sendiri sehingga mudah diperdaya oleh musuh.
Andaikata mereka memandang sesuatu memakai kacamata Allah, maka mereka akan mengerti bahwa rancangan Allah bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera, hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).
Marilah kita belajar dari Luk 22:14-34
Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. ... Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata ... Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya ...
Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya ia diserahkan!" Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang berbuat demikian
» Ketika pertama kali mendengar pemberitahuan tentang penderitaan Yesus, reaksi para rasul terkejut dan mengadakan penyelidikan.
Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dianggap terbesar di antara mereka ... Yesus berkata kepada mereka: "... yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. ... Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan
» Mendengar pemberitahuan itu, tidak ada yang ber-empati, malahan mereka bertengkar karena keserakahan. Jadi, penyelidikan mereka itu tidak murni. Melihat kenyataan ini Yesus tidak marah dan kecewa. Ini adalah teladan kasih dan kesabaran.
Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum
» Simon Petrus tidak berjalan dalam kerendahan hati sehingga Allah mengijinkan musuh untuk menggoncangkan imannya (Bdk. Ayb 1-2). Menampi, berarti menggoncangkan, iman diuji sampai tahap menjatuhkan.
Jawab Petrus: " Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau." Tetapi Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku."
» Simon Petrus mempunyai kemauan yang kuat dan keyakinan yang tidak berakar dalam kasih tetapi berakar dari kesombongan.
Jika kita membangun kehidupan hanya mengandalkan kemauan dan keyakinan maka kita segera murtad pada saat datang penindasan dan penganiayaan (Mrk 4:16-17).
Jadi, berjuanglah untuk meletakkan dasar iman kita kepada Yesus Kristus (1 Kor 3:11) sehingga kita mengerti bahwa Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita pada saat datang penindasan atau penganiayaan (Rm 8:28). Allah memandang dari segi kekekalan, sedangkan kita memandang dari segi kenyamanan dalam kehidupan.
Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu
» Seharusnya kita sangat bersyukur mempunyai pemimpin yang selalu mendoakan kita sehingga iman kita kuat. Bagikanlah pengalaman berjalan bersama Tuhan agar saudara-saudara kita memperoleh kekuatan dalam menjalani kehidupan ini.
Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan. Ungkapan "satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan (Ibr 12:26-27).
Ada dua murid yang menolak Yesus pada hari-hari terakhir kehidupan-Nya, namun kedua orang itu mempunyai perbedaan yang sangat besar.
Marilah kita belajar dari Simon Petrus dan Yudas Iskariot.
Simon Petrus
Yesus ditangkap dan Petrus mengikuti dari jauh. Seorang hamba perempuan melihat dia dan mengamat-amatinya, lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia."
Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!" Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!" Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea." Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata padanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedih (Luk 22:54-62)
» Selama 3 1/2 tahun hidup bersama Yesus, Petrus rindu mengenal Tuhan sehingga dia menerima pewahyuan secara pribadi (Mat 16:16-17). Ketika menyadari dosanya, dia menyesal dan bertobat.
Yudas Iskariot
Yudas Iskariot berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yoh 12:6).
Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: Bukan aku, ya Rabi?" (Mat 26:25). Yudas Iskariot pergi kepada imam-imam kepala berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan untuk menyerahkan Yesus (Mat 26:14-16). Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia.
Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri (Mat 27:3-5)
» Selama 3 1/2 tahun hidup bersama Yesus, Yudas Iskariot tidak ada kerinduan untuk mengenal Tuhan sehingga dia tidak pernah menerima pewahyuan secara pribadi, motivasinya mengikuti Yesus hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri.
Dia tidak mengenal Allah dan kebenaran sehingga berbohong dan berbuat dengan memakai perhitungan manusia, pikirnya: "Yesus seorang yang luar biasa, Dia pasti tidak mati di kayu salib."
Ketika menyadari dosanya, dia menyesal dan menggantung diri. Andai kata Yudas mengenal kasih Allah yang maharahim, dia pasti bertobat dan kembali kepada Tuhan.
(Sumber: Warta KPI TL No.105/I/2013 » Renungan KPI TL tgl 8 November 2012, Dra Yovita Baskoro, MM).
Mengenal Allah ... dikenal Allah.
(Gal 4:9)