00.20 -
*Puasa*
Aku berbagi dengan saudaraku
Puasa tidak membuat kita menjadi lebih kudus dari pada orang lain. Tetapi puasa membawa suasana batin kita lebih dekat kepada Tuhan dan kita lebih waspada dalam menghadapi kehidupan.
Praktek berpuasa yang dilakukan dunia … suara kita tidak didengar oleh Tuhan (Yes 58:3-5):
Engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
Berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena.
Engkau menundukkan kepala dan membentangkan kain kabung dan abu.
Berpuasa yang dikehendaki-Nya (Yes 58:6-7)
Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk
» berdamai dengan Tuhan dan sesama.
Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
» rela berbagi.
Marilah kita belajar dari Mat 5:42-48:
Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu
» perintah ini sangatlah sulit untuk dilakukan. Hanya dengan rahmat Allah-lah hal ini dapat dilakukan. Jika hendak menolong seseorang, mintalah hikmat Tuhan.
Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu
» berdoalah dari hati.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar
» jika kita bisa melakukan hal di atas maka kita menjadi anak-anak Tuhan. Jika belum dapat melakukan, refleksi kembali hidup kita.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
(Sumber: Warta KPI TL No. 85/V/2011 » Renungan KPI TL tgl 31 Maret 2011, Dra Yovita Baskoro, MM).