Kekeringan rohani akan datang karena dua sebab:
1. karena hidup kita menjauh dari Allah dan kita memupuk dosa; juga karena kita lalai dalam doa dan menjadi malas.
Maka, kita menjadi murung, sedih, lesu, kendor, suram, kacau, dan berbeban berat. Hidup kita akan mengarah kepada kedagingan, karena kita lalai dan sengaja.
Ini semua berawal dari sikap teledor, tak tahu mengatur diri dan menyusun prioritas dalam hidup. Kekeringan rohani semacam ini merupakan konsekuensi logis dari sikap teledor kita.
Seperti petani yang malas mengairi sawahnya, sawah sumber hidupnya mengering dan padi-padinya juga akan mati.
Untuk mengatasinya, kita harus memakai prinsip agere contra, melakukan yang sebaliknya, yakni dengan lebih tekun dalam disiplin diri dalam doa, askese, meditasi, dan laku tapa.
Dengannya pula kita mesti menundukkan perasaan-perasaan yang dominan dengan akal budi yang sehat dan merenungkan bahwa tanpa bantuan Allah kita tidak dapat berbuat apa-apa juga untuk maju dalam hidup rohani.
Dosa bukan melulu melanggar perintah Allah, namun lebih serius dari itu, dosa menolak dan menghina cinta Allah; memalingkan diri dari Allah, mengarahkan diri pada ciptaan (Thomas Aquinas).
Konsekuensinya sungguh besar, dengan menolak Allah, kita berarti menolak diri sendiri dan menolak sesama kita.
2. karena kita sedang ditarik Allah untuk masuk lebih dalam lagi dalam hidup rohani kita, yakni berjalan melintasi padang gurun (keheningan dan kesendirian).
Dalam keadaan ini lagu-lagu rohani yang dengan manis telah menghibur kita menjadi hambar, kalimat-kalimat dalam Kitab Suci seolah-olah berlarian di hadapan kita, dan doa hening kita menghasilkan kehampaan.
Kita lalu sering mengeluh mengapa kita yang sudah berusaha hidup teratur dan baik secara moral, rajin dan tekun dalam latihan doa, kita justru mengalami kekeringan.
Kekeringan itu “baik” bagi kita dan jika kita mengeluh di sini, kita kurang rendah hati karena dalam tahap yang maju ini mungkin kita berpikir bahwa kita sudah “ahli” dalam hidup rohani dan layak menjadi guru.
Kamu tidak dapat mengharuskan Allah menganugerahkan rahmat khusus padamu. Sebaliknya, dia yang telah menerima banyak, dituntut banyak pula ... Rupanya kita lebih suka penghiburan daripada salib (St. Teresa Avila ).
Terhadap kekeringan jenis ini sikap kita hendaknya lebih dengan rendah hati menyerahkan diri pada Allah untuk dibentuknya, seperti tanah liat di tangan tukang tembikar.
(Sumber: Warta KPI TL No. 88/VIII/2011 » Berkobar-kobar Bagi Allah, Benny Phang , O. Carm).