Pages

Sabtu, 08 Oktober 2016

Tuhan baik, suka mengampuni

Pada hari Sabtu, 26 Juni 2010 saya mendapat telpon dari anak saya, dia mengatakan bahwa tempat tinggalnya yang ada di sebelah Sinar Bintoro kebakaran. 

Mendengar itu saya bingung, tidak dapat berbuat apa-apa. Saya hanya bisa berdoa: “Tuhan, ampuni saya dan anak saya jika kami bersalah. Tapi saya percaya bahwa Tuhan punya rencana yang indah bagi kehidupan keluarga saya.” 

Saya berusaha menelpon anak saya, tetapi tidak bisa. Keesokan harinya dia menelpon lagi, katanya: “Ma, tolong bereskan rumah, mungkin aku dan keluargaku mau tinggal di sana.” 

Tiba-tiba saya diingatkan masa lalu saya, maka saya menanyainya: “Win, apakah peristiwa kemarin itu membuat kamu marah sama Tuhan.” 

Jawabnya sambil menangis: “Tidak ma, mama jangan kuatir, aku nggak akan menghujat Tuhan. Aku bersyukur pada Tuhan karena aku masih sempat mengeluarkan istri, anak-anak dan pembantu. Bahkan aku masih sempat ganti pakaian karena saat itu aku memakai pakaian santai. Terlebih lagi aku masih sempat mengeluarkan mobil sebelum elpiji 50 kg yang berada di Sinar Bintoro terbang dan meledak di dalam rumahku. Aku merasa dicintai Tuhan karena nyawa keluargaku terluput dari musibah ini.” 

Saya berkata lagi: “Mama senang sekali mendengar perkataanmu, bukan karena kamu kesusahan. Mama senang karena kamu masih mengandalkan Tuhan. Kamu ingat kisah Ayub? Atas seizin Tuhan, Iblis ingin mencobainya. Dan Tuhan mengizinkannya, tetapi Tuhan tidak mengizinkan nyawa Ayub hilang. 

Kamu beserta keluarga dan mertuamu diselamatkan dari musibah itu. Kamu kan masih bisa bekerja lagi. Pokoknya kamu tidak boleh mengeluh dan kuatir. Bukankah Alkitab mengatakan ‘jangan takut’ sebanyak 365 x? Yang penting kita cinta Yesus selamanya, maka Dia akan memulihkan keadaan kita seperti Ayub. Itu harus diimani terus.” 


Inilah masa lalu yang saya alami: Suami saya begitu marah pada Tuhan ketika anak kami yang ke dua meninggal karena sakit demam berdarah, sehingga dia tidak mau ke gereja. 

Karena rindu untuk beribadah di gereja, saya mengajak anak saya: “Win, ayo ke gerejanya mama aja. Mama rindu kalau tidak ke gereja. Mama kalau tidak ke gereja merasa berdosa. Mama rindu dengan Tuhan, rindu mendengarkan Sabda Tuhan.” 

Jawabnya: “Tidak ma, aku tidak mau. Gerejaku kan gereja Katolik.” Mendengar itu saya seperti ditampar Tuhan. 

Tiba-tiba saya diingatkan akan janji perkawinan bahwa saya akan menjadi seorang Katolik dan mendidik anak-anak secara Katolik. Kenapa sekarang akan berpaling lagi? 

Terjadilah pergumulan di batin saya: “Bukan maksud saya untuk berpaling dari=Mu Tuhan, tetapi dari pada saya tidak ke gereja karena saya kurang memahami cara beribadah secara Katolik.” 

Akhirnya saya ikut-ikutan suami saya tidak beribadah di gereja, saya hanya berdoa di rumah saja.

Pada suatu hari suami saya pulang dari luar kota jam dua pagi. Tiba-tiba jam empat pagi dia membangunkan saya dan mengajak ke gereja. Mendengar itu saya merasakan seperti mendapat lotre. 

Sepulang dari Gereja dia bercerita bahwa Tuhan begitu mencintainya sehingga dia diluputkan dari musibah kecelakaan. 

Pada malam itu, hujan sangat deras sehingga pandangan di depan tidak jelas. Tanpa sadar, dia belok di suatu tikungan. Ketika sadar, dia berbalik arah ke jalan yang seharusnya. Ternyata di jalan itu begitu macet karena ada musibah kecelakaan. Truk yang ada di depan menabrak seseorang. 

Andaikata Tuhan tidak meluputkan, dia yang berada di belakang truk itu juga akan mengalami kecelakaan. Bensinnya dalam keadaan reserve, tetapi mobil masih bisa berjalan. Ketika di pom bensin, mobil tersebut diisi bensin full tang. Ketika angka sudah menunjukkan 45 liter, meteran masih jalan terus. Itu berarti pada saat mobil dijalankan, mobil tersebut tidak ada bensinnya sama sekali.” 

Saya mengomentari: “Tuhan itu baik, meskipun kita sudah salah, Dia menyertai kita secara luar biasa. Kamu ini bagaikan domba yang hilang, kamu dicari-Nya sampai Tuhan rela meninggalkan 99 domba yang lainnya.” 

Sekarang anak saya tinggal di jalan Kalianyar, tempat prakteknya sebagai dokter gigi. Jika tidak ada pasien, dia dapat bermain-main dengan anak-anaknya. 

Saya percaya bahwa Tuhan begitu luar biasa mencintai keluarga saya, sehingga keluarga saya terluput dari musibah tersebut dan Dia pun akan memulihkan keadaan anak saya.

Tuhan baik, suka mengampuni dan berlimpah kasih setia-Nya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya (Mzm 86:5).

(Sumber: Warta KPI TL No. 75/VII/2010).